Sebuah lampu Tumblr yang ia pasang di antara kelambu dipan ranjang nya menyala seperti bintang.
Hanya ini yang Keisha bisa lakukan, menciptakan sebuah bintang yang akan menemani nya di kamar nya.
Saat ini, Keisha tak lagi ingin melawan Syarif. Ia takut jika Syarif benar-benar membuat nya berhenti kuliah. Jika itu terjadi, maka hancur sudah semua cita-cita nya.
Keisha memejamkan mata nya, setetes air mata slalu saja keluar dari pelupuk mata nya setiap malam. Sejenak ia akan bahagia, saat lampu-lampu tersebut menyala. Tapi, Lama-lama saat Keisha memandangi nya, ia merasa bahwa dirinya saat ini sangatlah miris sekali. Takdir begitu kejam kepada nya. Sebelum nya, ia tidur di rumah mewah dengan design kamar atap kaca. Hidup bebas, tertawa, dan bisa pergi ke sana kemari. Tapi, sekarang tidak lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mumtazah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan
Syarif berjalan bersama Rozi dan Anisa. Mereka, tiga bersaudara itu sedang berjalan menuju sebuah tenda berwarna putih yang di dominasi warna biru.
Langkah kaki Syarif mulai bergetar, saat tenda itu semakin dekat. Jantung nya juga berdetak kencang, keringat dingin juga keluar dari kening nya. Bukan Syarif yang akan menikah, namun dia yang gugup.
Hari ini, mereka sedang menghampiri resepsi pernikahan teman Fendi, anak Ustadz Akhmad. Dia menikah dengan salah satu santriwati, bisa di bilang teman sekolah Anisa.
"Selamat ya, Fen. Akhirnya bisa menjalani ibada terpanjang di hidup"
"Alhamdulillah gus, Yang sabar ya. In syaa Allah sampean juga akan menyusul nya"
"Aamiin" Suara Anisa yang berdiri di belakang Syarif terdengar semangat.
Fendi tersenyum sambil menepuk pundak Syarif. Tepukan itu mungkin tanda untuk menguatkan ku.
Setelah memberi selamat, mereka bertiga masuk dan duduk di sebuah kursi khusus, sambil menikmati hidangan yang sudah di sediakan.
"Maaf Ustadz, Abi dan umi gak bisa ikut"
"Iya gus Rozi, saya sudah tau dan sangat tau jika hari ini pak kyai ada acara"
Syarif menghiraukan perbincangan Rozi dengan Ustadz Akhmad. Saat ini, Syarif sibuk mencari sosok wanita yang sudah sangat lama dia tak melihat nya.
Setelah hampir setengah jam, Rozi pun memutuskan untuk mengajak kedua adik nya itu untuk pulang. Syarif dan Anisa pun menurut, mereka berjalan di belakang Rozi.
Nampak terlihat wajah Syarif sangat kecewa. Syarif terpaksa membawa pulang lagi rasa rindu nya itu.
Clinggg
Suara ponsel Syarif berbunyi, ia segera merogoh saku celana nya untuk mengambil benda pipi yang ajaib itu. Ternyata itu adalah pesan dari sahabat nya, sekaligus asisten nya yang slalu mengatur jadwal ceramah nya.
"Assalamualaikum, Gus Sya"
Syarif langsung menoleh, tentu ia tau siapa yang memanggilnya dengan panggilan berbeda dari yang lain nya.
"Assalamualaikum, gus Rozi, Ning Anisa"
Syarif melongo, terhipnotis dengan senyuman manis nya.
"Waalaikumsalam, Wawa" Syarif baru menjawab nya, setelah Rozi menyenggol nya dan membuyarkan lamunan ku. Aku pun jadi malu, sungguh aku bingung harus berbuat apa. Di hadapan nya aku slalu mati gaya.
"Cie cie" Anisa yang slalu celometan, dan slalu senang dengan suasana seperti nya.
"Aku tunggu di mobil, jangan lama-lama" setelah mengatakan itu, Rozi mendekat ke arah Syarif yang masih diam mematung "Ingat, masih belum muhrim"
Jantung Syarif langsung berdetak kencang, saat Rozi dan Anisa pergi meninggalkan nya. Bibir Syarif terasa keluh, bingung mau bicara apa dengan gadis bernama Najwa yang berdiri di depan nya.
"Maafkan wawa, Gus Sya"
Syarif langsung menunduk, saat Najwa meminta maaf kepada nya.
"Hemm.. sudah jangan di bahas, WA" Hanya itu yang bisa Syarif katakan.
"Jika Gus Sya tidak marah, kenapa Gus Sya tidak pernah mengirimkan pesan kepadaku lagi dan tak pernah membalas pesanku?"
Syarif mendongak, memandang wajah yang dia rindukan. Ternyata mata Najwa sudah berkaca-kaca. Kenapa Najwa menangis? apa dia terluka? seharusnya Syarif yang terluka disini, apa Najwa menyesal?
"Hanya tinggal beberapa bulan lagi Gus, Wawa harap Gus Sya bisa bersabar"
Syarif tersenyum kaku, ternyata Najwa tidak menyesal sama sekali. Dugaan Syarif keliru, padahal dua tahun yang lalu, Syarif bahagia sekali mendengarnya telah lulus dari Universitas ternama di ibu kota, sesuai dengan impian Najwa. Tapi, kebahagiaan itu sirna, saat Najwa mengatakan bahwa dia akan melanjutkan studi nya sampai S2.
"Aku pamit dulu ya, Wa. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Dengan langkah kaki yang bergetar, dada masih berdebar Syarif meninggalkan Najwa di saja. Jika boleh di katakan jujur, Syarif belum juga menuntaskan rindu nya kepada Najwa.
Bukkk
Syarif membanting pintu mobil setelah ia duduk di dalam nya. Sejenak Rozi dan Anisa memandangi nya.
"cie cie"
Syarif tidak menanggapi godaan dari Anisa. Ia langsung menyalakan mobil dan menginjak pedal gas nya.
...****************...
Disisi lain, Keisha sedang senyam senyum sendiri menatap layar HP nya. Ia senang sekali, saat mendapat sebuah notifikasi Direct Masseger dari Reihan. Laki-laki yang sempat bertemu dengan nya secara tak sengaja di Singapore.
Sudah 2 minggu, entah dari mana dia tau akun instagram milik Keisha. Tapi itu tak terlalu penting, mungkin Reihan sengaja mencari Keisha atau entahlah, semua itu tak penting sekali bagi Keisha.
✉Mungkin habis hari raya, aku kembali ke indo
✉**kenapa gak sebelum hari raya kak?
✉Habis hari raya, aku wisuda, jadi sekalian biar gak bolak balik, hehehe..
Hati Keisha yang sempat terluka, kini sembuh perlahan. Kehadiran Reihan sedikit membuat Keisha bisa menikmati hidup.
Tapi, dia sudah berjanji tidak akan pacaran. Tetapi bukan kah dekat tanpa mempunyai status juga saat ini sedang ramai. Keisha tak mempedulikan nya, yang penting reihan bisa membuat mood nya baik dan bisa menjalani aktifitas dengan senyuman.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuat Keisha langsung bangkit. Karena terdengar suara Anisa yang memanggil nama nya.
"Di cari umi, suruh siap-siap"
"Kemana?"
"Di ajak umi, cepatlah" Anisa langsung pergi begitu saja, meninggalkan Keisha yang masih berdiri di ambang pintu kamar nya.
Keisha sangat sebal sekali dengan Anisa, dia tidak sopan sekali menurut Keisha.
Keisha pun segera berganti pakaian, mengoleskan sedikit bedak, dan liptin agar terlihat lebih segar.
"Umi, kita mau kemana?" tanya Keisha kepada Arifah yang sedang duduk di ruang tamu.
"Kamu cantik sekali, sayang." Puji arifah.
"Makasih, umi. Ngomong-ngomong kita mau kemana?" Keisha mengulangi pertanyaan nya.
"Ikut umi ke Pasar sayang"
"Hmm, sebentar Keisha ganti baju dulu umi"
"Kenapa ganti baju?"
"Abaya ini terlalu panjang, biar Keisha ganti baju yang lebih simple"
"Gak usah, sudah pakai ini saja"
Keisha pun menyesal telah memakai baju Abaya ini. Baju ini longgar dan sangat panjang, bukan tak bebas bergerak, tapi baju ini sangat ribet sekali. Keisha harus menyincing nya agar tidak kotor terkena tanah.
Sesampai nya di pasar, ternyata tak terlalu buruk seperti yang di pikiran Keisha. Arifah bukan ingin berbelanja ikan atau sayur, melainkan berbelanja keperluan rumah dan sekalian keperluan koperasi.
"Harus umi ya, yang beli untuk isi koperasi?"
"Tidak nak, Sebenarnya tinggal ambil. Karena sebelumnya. nya sudah pesan via telepon"
"Lalu? umi mau beli apa?"
"Tuhhh" Arifah menujuk sebuah kasur
"Buat apa umi? dirumah kan ada"
"Syarif kemarin malam bilang, mau menempati rumah nya. Jadi umi mau belikan kasur sama Almari"
Keisha pun hanya bisa mengekor di belakang Arifah, dia juga mengambil beberapa barang, seperti botol, dan beberapa gelas untuk di kamar nya.
Setelah membeli semua nya, Keisha baru sadar. Bahwa ada sebuah mobil pick up yang juga ikut. Baru saja Keisha berpikir semua barang itu di angkut pakai apa, sekarang pertanyaan itu sudah terjawab sudah.
"Kei, kamu punya pacar gak?"
"Gak punya umi, Papa marah kalau Keisha pacaran"
"Gak pengen menikah?"
"Haduh, belum kepikiran, umi" Keisha tertawa, menurutnya pertanyaan itu sangat lucu sekali.
"Kamu ternyata masih polos ya," Arifah mengusap kepala Keisha.
Keisha tersenyum kaku, saat arifah mengatakan nya dia masih polos. Padahal Keisha tak sepolos itu.
biar Najwa tambah kepanasan...
knp. GK di ajarin puasa. malah sengaja di buatin nasgor tengah hari bolong
inget waktu dulu aku pernah tinggal di kampung suami
lebam 👉 krna habis terkena pukulan / jatuh atau sejenisnya
sembab 👉 krna habis nangis