Hans dan Lily telah menikah selama 2 tahun. Mereka tinggal bersama ibu Meti dan Mawar. Ibu Meti adalah ibu dari Hans, dan Mawar adalah adik perempuan Hans yang cantik dan pintar. Mawar dan ibunya menumpang di rumah Lily yang besar, Lily adalah wanita mandiri, kaya, cerdas, pebisnis yang handal. Sedangkan Mawar mendapat beasiswa, dan kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Bandung, jurusan kedokteran. Mawar mempunyai sahabat sejak SMP yang bernama Dewi, mereka sama-sama kuliah di bagian kedokteran. Dewi anak orang terpandang dan kaya. Namun Dewi tidak sepandai Mawar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Hari itu Dewi datang membawa buah-buahan segar ke rumah Mawar untuk menjenguk Hans. Perasaan bersalahnya kepada Hans dan Mawar yang membuatnya datang ke rumah sahabatnya itu. Mawar menyambut kedatangan Dewi dengan hati yang riang.
Dewi: "Rumahmu kok sepi? Di mana tante Meti dan mas Hans?" tanyanya dengan rasa penasaran.
Mawar: "Ibu ke rumah temannya. Mas Hans ada di dalam kamar." ucapnya.
Dewi: "Aku yang membuat mas Hans sakit." ucapnya dengan rasa bersalah.
Mawar: "Jangan cemas. Mas Hans hanya perlu beristirahat, kok." ucapnya dengan wajah tenang. "Mas hanya kelelahan saja, kok." ucapnya lagi. Mawar berusaha membuat hati Dewi tenang agar tidak panik. Dewi adalah gadis yang mudah baper, sensitif, dan mudah tertekan.
Dewi: "Bolehkah aku menjenguknya?" tanyanya dengan ragu-ragu.
Mawar: "Boleh, kok." ucapnya sambil mengajak Dewi ke kamar kakaknya. Mawar mengetuk pintu kamar Hans, lalu membukanya dengan pelan.
Mawar: "Mas, ada Dewi yang ingin menjengukmu." ucapnya sambil melangkah pelan menghampiri Hans yang sedang tiduran di atas ranjangnya. Hans menatap Dewi yang melangkah pelan ke arahnya.
Dewi: "Hai, mas." sapanya sambil duduk di tepi ranjang. "Maafkan aku, mas." ucapnya dengan rasa bersalah.
Hans: "Mengapa meminta maaf? Apa salah kamu?" tanyanya dengan penuh keheranan.
Dewi: "Gara-gara aku, mas dan Mawar pulang tengah malam." ucapnya dengan wajah sedih. Hans tersenyum kecil, lalu menatap Dewi.
Hans: "Aku hanya kelelahan. Tidak ada hubungannya denganmu, Dewi." ucapnya. "Jangan sedih, ya." ucapnya lagi. Hans berusaha menenangkan hati Dewi yang gampang baper dan sensitif.
Mawar: "Aku buatkan minum dulu, ya, Wi." ucapnya. Mawar membalikkan badannya, lalu melangkah ke arah pintu meninggalkan Hans dan sahabatnya. Hans menatap wajah Dewi yang bulat, timbul rasa kagum dalam hatinya terhadap Dewi.
Hans: "Apakah pacarmu masih mengganggumu?" tanyanya dengan rasa ingin tahu. Dewi menghela nafas pendek, lalu tersenyum kecil kepada Hans sambil menggelengkan kepalanya.
Dewi: "Andi hanyalah mantanku, mas. Aku sudah memutuskannya." ucapnya. "Aku juga sudah memberitahu kedua orang tuaku." ucapnya lagi dengan perasaan lega.
Hans: "Harus itu, Dewi. Kedua orang tuamu harus mengetahuinya." ucapnya dengan tegas.
Dewi: "Iya, mas. Terima kasih karena sudah membantuku saat itu." ucapnya. Hans hanya tertawa kecil, baginya Dewi adalah gadis yang mudah tersentuh dengan hal-hal kecil.
Hans: "Itu hal yang biasa, Dewi." ucapnya dengan santai. Saat itu Hans sangat haus dan ingin meraih gelas kaca yang berisi air yang terletak di atas meja di samping ranjangnya, dan meja itu berada di belakang Dewi. Dengan susah payah Hans berusaha meraih gelas kaca itu, dan Dewi berniat membantu Hans untuk mengambil gelas kaca yang berisi air putih itu.
Dewi: "Biar aku saja yang mengambilnya untukmu, mas." ucapnya. Dewi buru-buru meraih gelas kaca itu, lalu memberikannya kepada Hans.
Hans: "Terima kasih, Dewi." ucapnya. Hans meneguk air dalam gelas kaca itu sampai habis, lalu berniat mengembalikan gelas kaca itu di atas meja. Dewi kembali meraih gelas kaca itu dari tangan Hans, namun Hans menahannya dan bermaksud menaruhnya sendiri. Saat hendak menaruh gelas kaca itu kembali ke posisinya, tanpa sengaja Hans menyentuh gunung kembar Dewi yang montok. Hans dan Dewi sama-sama kaget, kedua pipi Dewi memerah, dan sontak menggeser duduknya.
Hans: "Maafkan aku, Dewi. Aku tak sengaja." ucapnya dengan perasaan bersalah.
Dewi: "Iya, mas." sahutnya dengan perasaan malu. Hans dan Dewi sama-sama terdiam, mereka larut dalam pikiran mereka sendiri. Dalam keheningan itu Mawar masuk ke dalam kamar Hans untuk memanggil Dewi.
Mawar: "Kita di ruang depan saja, Wi." ajaknya. "Aku sudah membuatkan minuman hangat untukmu." ucapnya. Dewi beranjak dari duduknya, lalu tersenyum manis kepada Hans.
Dewi: "Aku keluar, ya, mas." ucapnya.
Hans: "Iya, Dewi. Terima kasih, ya." ucapnya. Dewi melangkah dengan pelan meninggalkan kamar itu. Hans menatap pinggul Dewi dari arah belakang, pinggul yang begitu indah di mata Hans. Tanpa Hans sadari, dia telah terpikat dengan kecantikan dan tubuh indah Dewi. Setelah Dewi dan Mawar pergi, Hans menatap tangan kanannya yang menyentuh dada Dewi.
Hans: "Dadanya kencang dan padat." ucapnya dengan lirih. Hans menutup kedua matanya membayangkan tubuh Dewi yang molek. Tiba-tiba ponsel Hans berdering, membuatnya tersadar dari lamunannya tentang Dew, seketika Hans menatap layar ponselnya yang ternyata dari Lily.
Hans: "Hallo, sayang." sahutnya.
Lily: "Apakah kamu sudah makan, mas?" tanyanya dengan penuh perhatian.
Hans: "Aku sudah makan, sayang. Aku merasa segar kembali." sahutnya.
Lily: "Syukurlah, mas." ucapnya.
Hans: "Bye, sayang. Sampai ketemu di rumah, ya." ucapnya. Hans mematikan ponselnya, lalu menurunkan kedua kakinya dari ranjangnya dan melangkah keluar dari kamarnya. Hans berniat berjalan-jalan di sekitar taman rumahnya yang terletak di halaman rumahnya. Hans melihat Mawar dan Dewi yang sedang bersenda gurau di ruang depan. Mawar menatap kakaknya dengan penuh tanda tanya, sedangkan Dewi juga menatap Hans sambil melempar senyum manisnya kepada Hans.
Mawar: "Mau ke mana, mas?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.
Hans: "Aku ingin ke taman depan. Bosan di dalam kamar." ucapnya sambil terus melangkah keluar dari pintu rumahnya.
Dewi: "Aku sudah lama di sini. Aku pulang dulu, ya." ucapnya.
Mawar: "Apakah kedua orang tuamu ada di rumah, Wi?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.
Dewi: "Iya, Mawar. Besok mereka akan ke Bali." ucapnya dengan penuh keyakinan.
Mawar: "Ada urusan apa mereka ke Bali?" tanyanya lagi.
Dewi: "Papa akan membuka bisnis baru di sana." ucapnya. "Aku pamit, ya." ucapnya lagi. Dewi beranjak dari duduknya, lalu melangkah dengan terburu-buru keluar dari rumah itu. Dewi menyapa Hans yang sedang berada di taman rumahnya, lalu masuk ke dalam mobilnya dan melaju dengan mobilnya. Setelah Dewi pergi, Mawar menghampiri Hans di taman.
Mawar: "Apakah mas sudah merasa sehat?" tanyanya dengan penuh perhatian.
Hans: "Iya, Mawar. Bawel banget, sih." ucapnya dengan nada kesal.
Mawar: "Bawel tandanya sayang." ucapnya dengan wajah cemberut.
Hans: "Ibu ke mana?" tanyanya dengan rasa penasaran.
Mawar: "Ibu ke rumah temannya, mas. Palingan acara arisan." ucapnya. Dari depan pintu pagar pak Anto berlarian menghampiri Mawar dan Hans.
Anto: "Ada teman mbak Mawar di depan pintu." ucapnya sambil menunjuk ke arah pintu depan. "Pak Benti menyuruh saya memberitahukan pada mbak Mawar." ucapnya lagi.
Mawar: "Siapa, pak?" tanyanya dengan rasa penasaran.
Anto: "Laki-laki, mbak. Namanya tuan Dave." ucapnya dengan jelas. Hans menatap Mawar sambil tersenyum mengejek.
Hans: "Pacar kamu tuh." ucapnya.
Mawar: "Apaan sih, mas."
***