Istriku! Oon!?.
Eric Alaric Wiguna , seorang Mafia & CEO perfeksionis, mendapati hidupnya jungkir balik setelah menikahi Mini.
Mini Chacha Pramesti adalah definisi bencana berjalan: ceroboh, pelupa, dan selalu sukses membuat Eric naik darah—mulai dari masakan gosong hingga kekacauan rumah tangga yang tak terduga.
Bagi Eric, Mini itu oon tingkat dewa.
Namun, di balik ke-oon-annya, Mini punya hati yang tulus dan hangat. Mampukah Eric bertahan dengan istrinya yang super oon ini?
Atau justru kekonyolan Mini yang akan menjadi bumbu terlezat dalam pernikahan kaku mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon simeeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12: Ultimatum Matriark dan Sedikit Kebenaran
selamat membaca
Nenek Alessandra Conti berdiri di ambang pintu Ruang Kaca, pistol permata di tangannya diarahkan lurus ke dada Mini Chacha Pramesti. Di antara mereka, tergantung ketegangan klan yang rapuh dan rahasia kontrak darah yang baru terungkap.
Eric Alaric Wiguna segera melangkah di depan Mini, tubuhnya menjadi perisai. Ia menatap Neneknya, mata dinginnya menunjukkan kekecewaan yang mendalam.
“Nenek,” suara Eric sangat rendah dan berbahaya. “Anda tahu saya akan menemukan Ruang Kaca. Anda membiarkan kami membuka pintu ini. Apa tujuan Anda?”
“Tujuanku, Eric,” jawab Nenek Alessandra tanpa berkedip, “adalah menjebak dua burung dengan satu batu. Mengkonfirmasi bahwa gadis itu memegang Il Chiaro Doppio—Kunci Ganda (Cincin dan Sumpah) dari Kakek Pranoto—dan membuktikan loyalitasmu. Kau, Eric, baru saja memilih pengkhianat itu daripada klanmu.”
Mini, yang air matanya sudah mengering, mencengkeram jas Eric dari belakang. Kontrak Perjodohan yang dibuat Ayah Mini dan Nenek Eric selama ini adalah kebohongan terbesar yang ia ketahui.
“Ini bukan tentang loyalitas, Nenek. Ini tentang kebenaran,” Eric membalas. “Kontrak ini. Perjodohan ini adalah skema Anda dan Kakek Pranoto untuk mengendalikan klan Valerius yang tersisa! Kami tidak akan membiarkan Anda terus menggunakan Mini.”
Nenek Alessandra tertawa dingin. “Kau bodoh. Kakek Pranoto menjual cucunya untuk menyelamatkan klan Valerius dari kehancuran total. Perjodohan ini adalah penebusan termahal klan Valerius. Dan sekarang, cincin itu sudah ada di jarinya. Ambil cincin itu darinya, Eric. Sekarang. Atau aku yang akan melakukannya.”
Eric tidak bergerak. Pistol Nenek Alessandra semakin dekat. Tiba-tiba, Eric merasakan Mini melepaskan cengkeramannya pada jasnya. Mini melangkah keluar dari belakang Eric, menghadap Nenek Alessandra.
“Saya tidak akan melepaskan cincin ini,” kata Mini, suaranya bergetar, tetapi matanya menatap tajam ke arah Matriark klan Conti. “Kalian menggunakan saya, tapi cincin ini adalah satu-satunya kekuatan yang saya miliki. Saya tidak tahu cara kerjanya, tapi saya tahu ini harus tetap bersama saya.”
Mini tidak lagi mengandalkan 'Naluri Kekacauan', tapi murni keberanian dan naluri untuk melindungi satu-satunya hal yang menghubungkannya dengan Kakeknya, bahkan jika Kakeknya adalah pengkhianat.
Nenek Alessandra tertawa mengejek. “Anak bodoh. Pistol ini tidak akan membunuhmu. Tapi akan melukai tanganmu, dan kami akan mendapatkan cincin itu tanpa darah kotor Valerius di lantai ini.”
Eric tahu Neneknya tidak bercanda. Ia akan menembak.
DOR!
Bukan Nenek Alessandra yang menembak. Itu adalah Eric. Dia menembak lampu gantung kristal yang berada tepat di atas Nenek Alessandra. Kristal-kristal itu jatuh berhamburan, menciptakan efek suara yang memekakkan dan mengganggu bidikan Nenek Alessandra.
Eric segera meraih tangan Mini, membaliknya, dan mencium bibir Mini dengan kasar dan mendesak. Ciuman itu bukan romantis, melainkan strategis—cara Eric untuk menanamkan sinyal tenang ke Mini di tengah kekacauan, dan cara menghentikan argumen Nenek Alessandra.
Ciuman yang keras itu mengejutkan Mini. Eric memegang wajah Mini dengan kedua tangannya, matanya masih menatap ke mata Mini. Di tengah bahaya, Eric menyalurkan semua ketenangannya dan fokusnya ke Mini. Mini memejamkan mata, merasakan keputusasaan, kemarahan, dan ketakutan Eric. Ia mencengkeram bahu Eric erat-erat. Itu adalah ciuman sumpah. Fede e Fuoco.
Nenek Alessandra berteriak marah saat pecahan kristal jatuh di sekelilingnya. “Eric! Apa yang kau lakukan?!”
Eric melepaskan ciumannya, tetapi tetap memeluk Mini erat di sampingnya, menghalangi pandangan Nenek Alessandra.
“Saya memilih, Nenek,” jawab Eric, suaranya serak. “Saya memilih Mini. Dan saya memilih untuk membuka apa pun yang disembunyikan di Ruang Kaca ini. Anda bisa menembak, tetapi Anda akan kehilangan penerus klan dan seluruh rahasia ini akan terungkap ke Interpol. Valerius sudah mengancam akan membocorkan rekaman Anda, ingat?”
Ancaman balik Eric menghantam Nenek Alessandra. Dia tahu Eric adalah satu-satunya pewaris yang sah. Dan dia tahu Mini adalah pemegang kunci terakhir.
Nenek Alessandra menurunkan pistolnya perlahan. Matanya masih membakar.
“Baik,” Nenek Alessandra mendesis. “Kita akan bermain, Capo muda. Tapi ingat, di klan ini, tidak ada yang namanya cinta. Hanya kekuatan dan kesepakatan. Kau baru saja menukar masa depanmu dengan gadis ceroboh ini.”
Nenek Alessandra mundur, tetapi meninggalkan ancaman. Eric mengunci pintu Ruang Kaca lagi. Mini masih gemetar dalam pelukannya.
Eric melepaskan pelukan Mini dan menatapnya. Wajahnya serius. “Mini, Kakek Pranoto ada di bawah. Kita harus menyelamatkannya. Tapi kita tidak bisa meninggalkan buku ini.”
Mini mengangguk. “Aku mengerti. Tapi… mengapa Ayahku sendiri membuat kontrak itu? Kenapa Kakek Pranoto mengkhianati aku?”
Eric mengambil Buku Kontrak Darah itu. Ia membalik halaman dan menemukan sebuah catatan tulisan tangan yang diselipkan di halaman terakhir, ditujukan kepada Eric, dan ditandatangani oleh Luca Wiguna, Ayah Eric.
Mini dan Eric membaca catatan itu bersama-sama:
“Eric, anakku. Jika kau menemukan ini, Matriark telah mencoba menggunakan Mini. Kontrak ini palsu. Ayah Mini yang sebenarnya, Silvio Valerius, adalah Pangeran Klan Valerius yang ingin menghancurkan klan Conti dengan ancaman rekaman. Mini bukan cucu Pranoto. Mini adalah putri Silvio, yang disembunyikan Pranoto dari Matriark. Pranoto menjadikannya 'cucu' dalam wasiat untuk memicu perang. Aku harus menandatangani kontrak palsu ini untuk mendapatkan kepercayaan Nenek dan melindungi Mini dari pembunuhan Valerius. Kakek Pranoto adalah perisai Mini, bukan pengkhianatnya. Kau harus menikahinya untuk melindunginya. Maafkan aku.”
Mini terhuyung kaget. Air mata mengalir deras. Ia bukan cucu Kakek Pranoto, melainkan putri dari musuh bebuyutan, Silvio Valerius, yang masih hidup dan menginginkan kehancuran Conti.
Eric menarik Mini kembali ke pelukannya, kali ini ciumannya lembut dan penuh janji. Mini membalas ciuman itu dengan putus asa, mencengkeram jas Eric kuat-kuat.
“Mini, aku bersumpah,” bisik Eric, memeluk Mini seerat mungkin. “Aku akan melindungimu. Kita harus menemukan Silvio Valerius sebelum dia menghancurkan kita semua. Kita akan mulai dari Kakek Pranoto.”
BERSAMBUNG.
contohnya:
"Lari! Jangan diam saja!"
"Dan, kenapa istrimu lama sekali?!"
Begitulah yang di ucapkan konsen padaku.
jadi mudah dipahami kan?