Eldoria, yang berarti negeri kuno yang penuh berkah. Negeri yang dulunya selalu di sinari cahaya matahari, kini berubah menjadi negeri yang suram.
Ratusan tahun telah berlalu sejak peperangan besar yang menghancurkan hampir seluruh negeri Eldoria, membuat rakyat harus hidup menderita di bawah kemiskinan dan kesengsaraan selama puluhan tahun sampai mereka bisa membangun kembali Negeri Eldoria. Meskipun begitu bayang-bayang peperangan masih melekat pada seluruh rakyat Eldoria.
Suatu hari, dimana matahari bersinar kembali walau hanya untuk beberapa saat, turunlah sebuah ramalan yang membuat rakyat Eldoria kembali memiliki sebuah harapan.
"Akan terlahir 7 orang dengan kekuatan dahsyat yang dapat mengalahkan kegelapan yang baisa di sebut Devil, di antara 7 orang itu salah satu dari mereka adalah pemilik elemen es yang konon katanya ada beberapa orang istimewa yang bisa menguasai hampir semua elemen dari klan Es"
Siapakah ketujuh orang yang akan menyelamatkan negeri Eldoria?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AzaleaHazel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Keesokan harinya Liz kembali ke hutan tempat latihannya kemarin, tapi hari ini dia menggunakan elemen angin untuk membantunya melesat denga cepat.
"Apa kau siap, Liz?" Tanya Eve.
Eve selalu muncul dengan cepat begitu Liz memanggilnya, sekarang Phoenix itu terbang di hadapannya yang sedang berdiri tegang karena akan segera memanggil Rudeon keluar.
"Ya, kapanpun aku selalu siap." Balas Liz penuh keyakinan walau ada sedikit keraguan di hatinya.
"Kemarin itu benar-benar gawat sekali." Ucap Eve. Sebenarnya kemarin ada kejadian tak terduga yang membuat Eve maupun Liz sangat terkejut.
Liz mengangguk setuju. "Sepertinya Rudeon benar-benar tidak mudah di taklukkan." Ucapnya.
Rudeon adalah nama sabit milik Liz, kemarin saat dia ingin berlatih menggunakan senjatanya itu, alih-alih berjalan lancar, semuanya jadi sangat kacau. Walaupun dia bisa memegang Rudeon, tapi sabit itu tidak mau mengikuti kehendaknya. Itu jadi sangat menyulitkan Liz, sepertinya latihan ini tidak akan berjalan dengan mudah sebelum dia benar-benar berhasil mengendalikan Rudeon.
"Bagaimana jika kau mempelajari kitabnya terlebih dulu?" Eve berusaha memberikan saran pada Liz. Menurutnya lebih baik melakukan hal-hal yang mudah lebih dulu agar tidak menambah kesulitan untuk Liz.
Tapi sayangnya Liz terlihat tidak setuju dengan saran Eve. Gadis kecil itu mengalihkan pandangannya kearah Eve lalu berkata. "Kita akan lebih sering berpergian ke tempat yang lebih berbahaya kedepannya, kau tau sendiri kan bagaimana Ayahku? Menurutku lebih baik jika aku segera menaklukkan Rudeon agar bisa menjamin perjalanan kita berjalan dengan mudah." Ucapnya. Liz memang berbeda, di saat semua orang akan mengerjakan hal yang lebih mudah terlebih dulu, maka dia akan mengerjakan sesuatu yang lebih sulit lebih dulu. Lagipula mereka pasti akan segera pergi ke tempat yang lebih berbahaya karena ambisi Acrus, dan Liz yakin itu.
"Tapi kau bisa mengandalkan ku–"
"Yang Ayahku inginkan adalah perkembangan ku bukan kau, Eve." Sela Liz sebelum Eve meneruskan kata-katanya. Liz mengatakan itu karena dia mengerti posisinya, hanya dia yang di tuntut oleh Acrus dan Eve tidak ada hubungannya dengan hal itu, karena Eve adalah pelindungnya.
"Yeah, aku tau." Balas Eve merasa bersalah, dia tau bagaimana posisi Liz dan sangat paham bagaimana kondisi anak itu, jadi tidak seharusnya dia bicara seperti itu dan akhirnya menambah beban Liz.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud bicara buruk padamu, tapi kau tau sendiri kan?" Liz juga merasa bersalah karena merasa jika cara bicaranya agak kasar pada Eve, sungguh dia benar-benar tidak bermaksud seperti itu.
"Tentu saja, kau tidak perlu meminta maaf, kalau begitu aku juga akan berlatih sendiri agar tidak tertinggal di belakangmu." Balas Eve, kini suaranya sudah lebih santai dari sebelumnya, itu menandakan jika dia sudah kembali dan terdengar sedang menggoda Liz.
"Apa yang kau katakan, jangan merendahkan dirimu seperti itu Eve. Bagaimana bisa kau tertinggal di belakangku sedangkan kau sendiri setara dengan roh pelindung, apa kau sedang mengejekku, huh?" Terlihat sekali rasa tidak terima di wajah Liz, dia melipat kedua tangannya seraya menatap Eve dengan kesal.
"Jadi kau memujiku? Huh, sepertinya aku harus memberimu hadiah setelah ini." Eve masih semangat menggoda Liz. Keadaan yang lumayan tegang sebelumnya hilang begitu saja seolah tidak pernah terjadi di antara mereka.
"Lebih baik kau diam, Eve, jangan membuat fokusku hilang." Ucap Liz pura-pura kesal.
"Baiklah baiklah." Eve akhirnya mengalah dan berhenti menggoda Liz agar anak itu bisa kembali fokus pada latihannya.
Seperti yang telah mereka bicarakan tadi, Eve memilih meninggalkan Liz untuk berlatih sendiri, jadi sekarang mereka sama-sama berlatih untuk keadaan apapun yang akan mereka hadapi di kemudian hari. Kini hanya menyisakan Liz di tepat ini, dia mengatur nafasnya untuk mengembalikan fokusnya.
"Rudeon."
Sabit itu langsung muncul setelah Liz memanggilnya, perlahan dia meraih sabitnya, sampai 5 detik tidak terjadi apa-apa setelah dia menghitung dalam hatinya. Rudeon tidak menunjukkan reaksi apapun, baiklah, Liz bisa bernafas lega sekarang.
[Apakah dia sudah mulai menurut denganku?] Batin Liz dalam hatinya karena tidak merasakan reaksi apapun dari Rudeon.
"Rudeon, apa sekarang kau sudah bisa bekerja sama denganku?" Tanya Liz pada Rudeon yang tentunya tidak akan mendapatkan jawaban sama sekali.
Liz tertawa hambar. "Tentu saja kau tidak akan menjawab, karena itu bagaimana kalau kita langsung mencobanya saja." Ucapnya seraya menepuk Rudeon beberapa kali.
Baru saja Liz menutup mulutnya, Rudeon sudah hilang kendali dan terbang ke sembarang arah membawa tubuhnya yang terpontang-panting.
"Yaaa!!! Apa yang kau lakukan, Rudeon?!! Cepat berhenti sekarang juga!!" Teriakkan Liz menggema di hutan ini, untungnya hanya ada dirinya yang berada di sini.
Mungkin Eve mendengar teriakan Liz, dia segera terbang ke tempat dia meninggalkan Liz terakhir kali. Saat sampai, Eve sangat syok melihat Liz yang di bawa terbang kesana kemari oleh Rudeon. Karena merasa kasihan, Eve segera terbang untuk mengejar Liz.
"Liz, apa yang terjadi?" Eve bertanya pada Liz setelah berhasil terbang beringingan dengan Rudeon.
"Penyakit Rudeon sepertinya kambuh lagi!" Tentu saja yang Liz maksud adalah Rudeon belum bisa di taklukkan sejak kemarin.
"Kurasa ini lebih parah dari kemarin." Balas Eve, menurutnya Rudeon lebih parah di bandingkan kemarin.
"Kurasa juga begiAAAAAA!!" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Liz kembali berteriak karena sudah di bawa terbang lebih tinggi oleh Rudeon dengan cepat.
"Liz!!! Yaaa, senjata bodoh! Cepat turunkan Liz!" Eve segera terbang mengejar Rudeon yang membawa Liz terbang semakin tinggi.
Lama-lama kepala Liz terasa pusing karena terbangnya tidak punya arah, kadang ke bawah kadang ke atas. "Rudeon, bisakah kau berhenti? Cobalah berdamai denganku, kumohon." Ucapnya memelas.
Seolah mengerti atau kasihan, Rudeon terbang lebih tenang dan mulai merendah. Liz merasakan kakinya mulai menapak ke tanah, akhirnya dia benar-benar bisa turun ke bawah. Mungkin kakinya sudah terlalu lemas sampai dia langsung ambruk, terlihat wajahnya sangat kelelahan.
"Liz, apa kau baik-baik saja? Jawab aku!" Tanya Eve panik, ia terbang mengitari Liz yang masih terduduk.
Eve terbang kearah Rudeon. "Hey senjata bodoh! Lihat apa yang sudah kau lakukan pada pemilikmu!" Omelnya pada senjata itu yang tentunya tidak akan mendapatkan jawaban apapun.
"Aku baik-baik saja, Eve, jangan menyalahkan Rudeon." Liz berkata dengan suara lemah karena masih tampak kelelahan.
"Tapi–"
"Tidak apa-apa, bukankah semuanya akan begitu pada awalnya? Rudeon tidak mau mendengarkan ku karena kita masih belum saling mengenal, mungkin?" Sela Liz, dia hanya tidak ingin Eve meributkan hal-hal seperti ini lebih jauh lagi, lagipula dia tidak apa-apa.
"Apanya yang belum saling mengenal! Hey senjata bodoh, apa kau sudah lupa siapa pemilikmu? Ini adalah orang yang sama dengan orang yang 4 tahun lalu kau temui, tapi saat itu Liz masih bayi!" Ucap Eve menatap kesal pada Liz, lalu beralih pada Rudeon dan kembali memarahi sabit itu.
Apa yang di ucapkan Eve membuat Liz sangat terkejut. "Jadi tidak hanya kau, tapi Rudeon juga sudah pernah bertemu denganku saat aku lahir?" Tanyanya tidak percaya, sepertinya masih banyak misteri yang belum ia ketahui saat kelahirannya.
"Ya, benar, tapi si bodoh ini dengan mudahnya melupakanmu." Balas Eve masih dengan nada kesal.
"Kenapa kau terus mengomel, Eve." Kekeh Liz, dia merasa tingkah Eve benar-benar lucu karena terus marah-marah sejak tadi.
"Tentu saja karena aku sangat kesal." Ucap Eve lagi, tapi Liz hanya menggelengkan kepalanya lalu beralih pada Rudeon.
"Baiklah Rudeon, sepertinya sekarang kau sudah mulai mengingatku, jadi bagaimana kalau kita bekerja sama mulai sekarang dan seterusnya?" Tanya Liz pada Rudeon, lebih tepatnya seperti membuat kesepakatan.
Seolah mengerti, Rudeon perlahan mendekat pada Liz lalu berakhir di genggamannya. Liz tersenyum karena berhasil menaklukkan Rudeon, semoga setelah ini semuanya akan jauh lebih baik.
Liz beralih menatap Eve lalu berkata. "Lihatlah, Eve, sepertinya Rudeon benar-benar mau mendengarkanku sekarang." Pamernya pada Phoenix itu. Eve diam-diam menghela nafasnya, meskipun masih merasa kesal pada sabit itu, tapi dia juga senang karena Liz bisa menaklukkan nya sekarang.