Land Of Eldoria
Malam ini seluruh Negeri Eldoria terasa sangat dingin, sepertinya musim dingin akan segera tiba. Tapi tahun ini terasa sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, udaranya terasa sangat aneh karena hawa dingin ini terasa menembus sampai ke tulang, bahkan banyak orang yang lebih memilih mengurung diri di dalam rumah termasuk penghuni kerajaan Frostharbor, dimana tempat para elemen Es tinggal. Biasanya mereka tahan di cuaca dingin walaupun tinggal di dataran salju tapi sekarang rasanya sangat berbeda. Suhu tahun ini terasa tidak normal.
Frostharbor: Pelabuhan berlapis es tempat kapal berlayar di lautan beku, dan aurora memandu jalurnya, menciptakan pemandangan yang dingin dan menakjubkan. Kerajaan yang di pimpin oleh Raja Aphelion Frostine.
Malam semakin larut dan udaranya juga semakin dingin, tepat saat salju pertama turun, ada suara tangisan bayi dari salah satu kamar yang ada di istana kerajaan Frostharbor.
Wajah Raja dan Ratu sangat bahagia melihat putri kedua mereka yang baru saja lahir dengan selamat tanpa kekurangan apapun. Di ruangan dengan lampu temaram ini hanya ada mereka berempat termasuk tabib yang membantu persalinan dan juga bayi kecil itu. Setelah tabib itu keluar meninggalkan kamar Ratu, tiba-tiba angin berhembus kencang membuat jendela terbuka lebar hingga memperlihatkan langit berwarna biru karena sinar bulan yang di sebabkan oleh gerhana bulan biru yang terjadi malam ini.
Sebuah kitab berwarna biru keunguan terbang di atas bayi itu. Sontak raja dan ratu sangat terkejut, mereka langsung menatap putri kecil mereka yang tampak tersenyum menatap kearah cahaya yang berasal dari kitab itu.
"P-putri kita." Ratu sontak membekap mulutnya melihat kejadian itu, ia lalu beralih menatap suaminya yang terlihat sama terkejutnya.
"Bagaimana aku bisa lupa jika sekarang adalah malam gerhana bulan biru." Ucap sang raja melihat jendela terbuka yang menampilkan birunya langit malam ini. Raja bergegas menutup jendela dengan rapat lalu kembali mendekati istri dan putrinya yang baru saja lahir karena takut jika ada yang mengetahui hal ini. Meskipun mereka yakin jika berita ini akan segera menyebar.
"Aku pernah mendengarnya, orang yang terlahir di malam gerhana bulan biru akan mendapatkan senjata atau kitab.... Dan putri kita mendapatkan kitab, yang sangat terlihat sangat tebal."
"Dari beberapa buku yang pernah ku baca, sepertinya kitab yang di miliki putri kita memang lebih tebal dari orang-orang sebelumya."
Bayi kecil itu seolah mengerti apa yang sedang di bicarakan orang tuanya, mata birunya bergerak kesana kemari mengikuti arah suara yang berasal dari orang tuanya. Saat Raja dan Ratu masih membicarakan hal itu, sebuah cahaya ungu kehitaman bersinar, membuat perhatian kedua orang dewasa itu teralihkan. Mata mereka kembali membelalak saat muncul sebuah sabit yang memancarkan aura yang sangat kuat, tanpa sadar mereka melangkah mundur karena pekatnya aura yang di keluarkan sabit itu.
"Hey hey, yang benar saja, nak.... Selain kitab apa kau juga mendapatkan senjata ini?" Selain terkejut, Aphelion juga panik saat merasakan aura yang di pancarkan sabit itu.
"Kenapa auranya pekat sekali? Kekuatan macam apa yang di miliki senjata ini?" Charlotte tidak kalah panik dari Aphelion.
"Bisa-bisanya dia tersenyum saat orangnya sedang menderita seperti ini." Aphelion menatap putri kecilnya yang kini tampak tersenyum, tidak seperti mereka, anak itu sama sekali tidak terganggu oleh aura yang di keluarkan sabit itu.
Belum selesai dengan rasa terkejutnya, Raja dan Ratu kembali di kejutkan oleh cahaya terang yang bersinar di dahi putri meteka. Perlahan terukir sebuah tanda di dahinya, membuat raja dan ratu saling menatap satu sama lain lalu kembali menatap putri mereka. Bahkan jika di perhatikan baik-baik warna mata bayi itu berwarna biru, bukan silver seperti kebanyakan pemilik Es lainnya.
"Tanda ini-" sang ratu tidak bisa meneruskan kata-katanya lagi, tangannya mengusap tanda yang terukir apik di dahi putrinya.
"Sepertinya putri kita adalah salah satu dari ketujuh orang yang di ramalkan." Sahut sang Raja membuat Ratu meneteskan air matanya.
Perasaan mereka campur aduk, keduanya menangis sambil memeluk bayi kecil itu. Bukannya mereka tidak bahagia, hanya saja putri mereka baru saja terlahir dan sudah mendapatkan tugas yang berat. Tiba-tiba sang Ratu merasakan rasa pusing menghampirinya, dia mendapat penglihatan jika Devil akan menyerang istana ini untuk membunuh putrinya yang baru saja lahir.
"Tidakk!!!" Teriak Charlotte, tiba-tiba di kepalanya ada seputar kejadian mengerikan sampai membuatnya ketakutan.
"Ada apa? Kenapa kau berteriak?" Tanya Aphelion panik, ia sampai mengguncang tubuh Charlotte karena istrinya itu tidak mendengarnya.
"D-devil akan menyerang istana ini u-untuk membunuh putri kita." Charlotte memeluk erat bayinya, rasa takut muali memenuhi pikirannya.
Musuh umat manusia adalah penguasa kegelapan dan pemilik kekuatan hitam yang bisa di sebut iblis/ Devil. Mahkluk itu memiliki tanduk di kepalanya, membuatnya tampak mengerikan. Umumnya mereka memang memusuhi manusia, tapi mungkin ada beberapa Devil yang tidak menganggap manusia sebagai musuh, karena ada beberapa keturunan campuran yang menjadikannya anak setengah manusia dan Devil. Tapi manusia jarang sekali menemukan setengah Devil, mungkin mereka berpikir jika manusia akan memburunya karena bangsa mereka adalah musuh umat manusia.
Ratu memang memiliki kemampuan melihat masa depan dan masalalu, kemampuan yang jarang di miliki oleh orang lain. Selain ratu, Raja juga memiliki kemampuan healing tingkat tinggi. Jika kebanyakan orang biasanya memiliki kemampuan healing berwarna hijau, maka healing milik raja berwarna putih atau hampir transparan.
"Dengarkan aku, kita bisa menyelamatkan putri kita berkat kemampuanmu. Jadi tenanglah, kita akan menyelamatkan putri kita apapun yang terjadi, meskipun nyawaku taruhannya." Aphelion meraih wajah istrinya, meyakinkan jika semua akan baik-baik saja selama mereka memiliki kekuatan Charlotte.
"Lusa Devil akan sampai di istana ini." Ujar Charlotte, membuat suaminya mengangguk.
Baru saja Ratu merasa sedikit tenang, kembali muncul cahaya, kini ada seekor burung Phoenix dengan sayap berwarna putih dan merah. Sepertinya itu adalah Phoenix es dan api.
"P-phoenix?" Charlotte tidak menyangka akan ada hewan legendaris muncul di hadapannya.
"Anak ini benar-benar sangat di berkati oleh Tuhan. Sudah berapa kali dia mengejutkan kita? Sekarang sudah muncul Phoenix es dan api." Antara percaya dan tidak percaya jika putri mereka sangat di berkati. Aphelion menatap putrinya yang tampak sedang tersenyum pada Phoenix itu.
"Mulai sekarang dan seterusnya aku akan menjaga anak ini." Phoenix itu mengepakkan sayapnya dan terbang ke udara lalu menghilang. Tepat setelah Phoenix itu menghilang, ada sesuatu terjatuh ke lantai.
Aphelion mengambilnya, sebuah liontin seperti kristal yang bening dengan perpaduan warna merah dan biru di dalamnya seolah melambangkan Phoenix tadi. Setelah mengambilnya, Aphelion berjalan mendekat kearah istri dan anaknya, lalu memasangkan liontin itu pada bayi itu.
"Kita masih punya waktu. Tenanglah aku akan menjagamu." Raja berusaha menenangkan sang Ratu. Bagaimanapun juga mereka harus menjaga bayi yang baru lahir ini dengan hati-hati karena dialah yang akan memusnahkan Devil kelak.
"Theresa dan Ana juga?" Charlotte menatap suaminya dengan sisa air matanya.
Raja mengerutkan keningnya. "Ana?" Tanyanya dengan raut wajah yang bingung.
Ratu mengangguk. "Nama putri kedua kita, bagaimana menurutmu?" Tanyanya yang kini sudah mulai tenang. Terlihat sang Raja tampak berpikir, lalu mengangguk setuju.
"Celizana Blaze Frostine." Ujar Ratu memberitahu nama yang dia berikan untuk putri kedua mereka.
"Indah, apakah memiliki arti tertentu?" Raja tersenyum mendengar nama putrinya yang begitu indah, lalu beratnya apakah nama itu memiliki arti sehingga istrinya memilihnya.
"Aku baru memikirkan nama tengahnya saat Phoenix itu muncul." Jawab Ratu semakin membuat Raja penasaran, tapi masih tetap menunggu agar istrinya melanjutkan ucapannya.
"Blaze memiliki dua arti yang berbeda, salah satunya adalah api, dan makna lainnya sangat berkebalikan yaitu es/salju." Sambung Ratu. Jika Phoenix tadi adalah penjaga putri mereka, berarti sudah bisa di pastikan jika Ana juga memang memiliki elemen api.
"Sangat indah, semoga Tuhan selalu melindunginya." Puji Raja. Mereka berharap agar Tuhan selalu melindungi Ana, walaupun mereka tau jika jalan putri mereka akan sulit nantinya.
Raja kembali mendekap istri dan putrinya seolah memberikan rasa aman pada mereka berdua. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, seorang gadis berusia 4 tahun berjalan mendekati mereka bertiga.
"There." Ratu terkejut melihat putri pertamanya tiba-tiba datang karena ini sudah larut malam. Bukankah tadi gadis itu sudah terlelap di kamarnya.
Theresa Eirlys Frostine, putri pertama Raja Aphelion dan Ratu Charlotte. Nama tengahnya memiliki arti kepingan salju, Charlotte tidak asal memberinya nama itu. Saat lahir, Theresa sudah bisa membuat kepingan salju, karena itu Charlotte memberikannya nama tengan Eirlys, yang berarti kepingan salju.
"Ayah, ibu dimana adikku?" Tanya Theresa antusias, setelah menutup pintu kamar, kaki mungilnya berlari kecil menghampiri ranjang ibunya.
"Ohh, apakah dia adikku? Biarkan aku melihatnya." Lanjut Theresa menunjuk bayi yang ada di gendongan sang ibu.
"Oho, apakah kau senang karena menjadi seorang Kakak?" Tanya Raja seraya mengusak gemas rambut putri pertamanya.
"Yaa, tentu saja. Ayah, cepat bantu aku naik, aku mau melihat adikku." Jawab Theresa, dia meminta agar ayahnya membantunya untuk naik ke atas tempat tidur karena ranjangnya lumayan tinggi.
"Baik-baik tuan putri, tenanglah." Kekeh Raja melihat tingkah Theresa yang tampak antusias ingin melihat adiknya.
Raja mendudukkan Theresa di samping Ratu, mata gadis kecil itu berbinar melihat bayi kecil yang sedang terlelap di gendongan sang ibu. Tangan mungilnya mengusap rambut silver milik adiknya, lalu beralih ke pipi gembul bayi itu, Theresa tersenyum merasakan betapa lembutnya rambut dan kulit sang adik.
Semua pemilik elemen Es umumnya memang memiliki mata dan rambut berwarna putih/silver. Tapi Ana berbeda, mata anak itu berwarna biru padahal orangtuanya murni dari klan Es, atau mungkin saja karena anak itu terlahir saat malah gerhana bulan biru.
"Ayah, ibu, dia sangat lucu. Rambut dan kulitnya sangat halus, pipinya juga besar." Kagum Theresa menatap adiknya yang terlelap dalam pelukan sang ibu.
"Apa kau tau? Warna mata adikmu berwarna biru?" Aphelion menatap Theresa.
"Woahh, benarkah?" Tanya Theresa semakin antusias dan tidak sabar melihat mata adiknya, sayangnya saat ini bayi itu sedang tertidur.
"Iya, bukankah Ayah tidak pernah berbohong padamu? Sekarang lebih baik kau sapa dulu adikmu." Balas Aphelion, membuat Theresa mengangguk dan bergeser mendekati adiknya.
"Halo, adik kecil. Namaku Theresa, aku adalah Kakakmu." Celoteh Theresa yang tidak bisa berhenti mengusap rambut silver adiknya.
Theresa diam beberapa saat seolah sedang memikirkan sesuatu. "Kau bisa memanggilku kak There. Benar kan ayah, ibu?" Tanyanya beralih pada ayah dan ibunya.
Sang ratu tersenyum. "Eum, tentu saja. Wahh lihat Ana tersenyum, sepertinya dia menyukaimu, kak There." Ucapnya seraya melirik Ana yang tersenyum setelah mendengar ucapan Theresa, sepertinya bayi itu mengerti dengan apa yang di katakan kakaknya.
"Ana?" Tanya Theresa dengan kerutan di keningnya.
Charlotte mengangguk. "Nama adikmu, apakah bagus?" Tanyanya menatap putri pertamanya.
"Emm, tentu saja." Theresa mengangguk dengan senyum manis tanda jika dia setuju.
"Baiklah, Ana. Mulai sekarang kak There akan menjagamu." Seolah mengerti ucapan Theresa, bayi itu kembali tersenyum padanya.
"Kau benar-benar Kakak yang sangat baik, There." Puji Ratu seraya mengusap kepala putrinya.
"Tentu saja karena aku sangat menyayangi, Ana." Jawab Theresa antusias.
"Iya iya, sekarang kembalilah ke kamarmu." Karena sudah malam, Raja segera mengakhiri pembicaraan mereka, tapi Theresa malah menggelengkan kepalanya.
"Tidak mau, biarkan aku tidur di sini bersama Ana." Theresa memeluk erat adiknya yang berada di gendongan ibunya.
"Baiklah, cepat kemari. Kau tidur di sebelah ayah, biarkan Ana tidur di sebelah ibu." Raja hanya bisa pasrah, lalu menepuk tempat di sebelahnya agar Theresa berbaring di sana.
"Emm." Theresa mengangguk dan segera mendekat kearah ayahnya.
Seorang bayi perempuan yang terlahir pada gerhana bulan biru yang terjadi setiap 100 tahun sekali. Konon katanya, jika ada anak yang terlahir pada saat gerhana bulan biru akan mendapatkan kekuatan istimewa dan mendapatkan senjata yang bisa menebas/memotong apapun, juga ada beberapa kitab yang terdapat banyak mantra ajaib dan berbagai informasi di dalamnya, tapi orang-orang yang lahir di gerhana bulan biru sebelumnya hanya mendapatkan salah satu dari benda itu, jika bukan senjata, maka mereka hanya akan mendapatkan kitab. setiap orang yang terlahir pada gerhana bulan biru juga memiliki kekuatan yang berbeda-beda. Entah kekuatan istimewa apa yang akan di miliki oleh putri kedua kali ini, tentu saja hal itu membuat orang-orang di kerajaan merasa bersyukur karena bayi itu terlahir di tanah mereka. Dimana tempat para elemen es, apalagi jika anak itu termasuk orang istimewa yang menguasai semua elemen, tidak bisa mereka bayangkan sedahsyat apa kekuatan tuan putri kedua ini.
Terakhir kali, tepatnya 100 tahun yang lalu saat peperangan terjadi, tapi tetap saja mereka kalah telak oleh Devil dan mengakibatkan kehancuran bagi Negeri Eldoria.
Sayangnya kebahagiaan keluarga Frostine berakhir singkat, lusa Devil benar-benar menyerang istana. Hampir setengah istana hancur karena penyerangan tiba-tiba itu, banyak korban berjatuhan. Sekitar 50 orang luka-luka dan 25 orang meninggal, meskipun begitu mereka tidak bisa menahan Devils memasuki istana ini.
Saat Devil berpikir sudah berhasil menerobos istana dan mereka tiba di ruangan Raja dan Ratu semua tujuan mereka untuk membunuh bayi itu akan terpenuhi. Tapi saat membuka ruangan itu, suara tangisan adalah hal pertama yang di dengar oleh Devil. Raja Aphelion dan Ratu Charlotte sedang menangis sambil memeluk bayi yang wajahnya sudah pucat.
"Tidak mungkin! Anakku tidak mungkin mati!" Teriak Charlotte memeluk erat bayinya.
"Charlotte, tenangkan dirimu!" Aphelion berusaha menyadarkan istrinya yang sedang menangis histeris.
"Ana tidak mungkin mati! Bagaimana dia bisa meninggalkanku seperti ini!" Tumpah sudah air mata Charlotte, bayi yang baru saja dia lahirkan sekarang sudah pergi meninggalkannya secepat ini. Aphelion memeluk istrinya, mengerti bagaimana penderitaannya, tapi jika dirinya juga terlihat lemah lalu bagaimana dia bisa menguatkan Charlotte.
Apa ini? Devils seolah di permainkan. Mereka datang ke istana ini untuk membunuh bayi yang bisa menjadi salah satu ancaman bagi mereka, tapi saat tiba di sini ternyata bayi itu sudah meninggal sebelum mereka turun tangan. Rasanya sia-sia saja datang ke istana ini, karena sudah merasa di permainkan, pimpinan mereka menyuruh pasukannya mundur dan meninggalkan istana ini yang sudah setengah hancur akibat perbuatan mereka.
Setelah Devils pergi, berita kematian tuan putri kedua mereka sudah tersebar. Semua rakyat kerajaan Frostharbor sangat merasa sedih dan kehilangan. Apalagi sangat di sayangkan karena anak itu lahir di gerhana bulan biru yang terjadi 100 tahun sekali. Untuk mengenang putrinya yang sudah meninggal, Raja Aphelion mengumumkan nama putri keduanya yang bernama Ana di depan semua rakyat sebelum proses pemakaman. Aphelion tidak menyebutkan nama lengkap putrinya yang telah meninggal, tapi yang jelas, semua orang mengenalnya sebagai Ana, tidak ada informasi apapun lagi tentang bayi itu, mungkin karena baru lahir sudah meninggal. Rakyat juga berpikir jika mungkin saja Raja mereka sangat terpukul atas meninggalnya putri mereka, karena itu tidak terlalu banyak
"Ku serahkan putriku pada kalian berdua, tolong jaga dia, Acrus, Acresia." batin seseorang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments