*** Menjadi pemuas nafsu suami sendiri tetapi mendapat bayaran yang sangat besar. Itulah yang keseharian dilakukan Jesica Lie dan suaminya yang bernama Gavin Alexander. Status pernikahan yang di sembunyikan oleh Gavin, membuat Gavin lebih mudah menaklukan hati wanita manapun yang dia mau sampai tak sadar, jika dirinya sudah menyakiti hati istrinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gustikhafida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Orang suruhan Raisa membawa Jesica kedalam mobil.
"Aku sudah berhasil mendapatkan Jesica." ucap Raisa setelah tersambung dengan Mami Rita.
"Sesuai janji kita, kalau aku berhasil membawa Jesica, kamu akan membayarku lebih dari biasanya."
"Kau tenang saja, tapi jika terjadi sesuatu denganmu, aku angkat tangan! Karena lawanmu ini adalah Gavin. Dia bukan orang sembarangan." jawab Mami Rita di sebrang sana.
"Tenang saja, mereka hanya pacaran dan aku akan merebut Gavin dari Jesica." ucap Raisa yang sangat percaya diri.
"Kau tak akan bisa, Raisa! Tapi aku suka dengan usahamu!" jawab Mami Rita kemudian mengakhiri telfonnya.
Raisa tersenyum sinis, 'Kau tidak boleh bahagia, Jesica!' ucapnya dalam hati.
Raisa berjalan menuju mobilnya dengan perasaan bahagianya.
Di sisi lain.
Tania baru saja sampai di depan rumah baru Jesica. Dia sangat takjub saat melihat rumah yang sangat indah dan mewah walaupun minimalis.
"Bagus sekali rumah Jesica! Dia sangat beruntung! Aku jadi tidak sabar menginap di sini." ucap Tania lalu mencoba menghubungi sahabatnya.
"Ish, Jesica kenapa tidak mengangkat telfonku! Apa jangan-jangan dia belum pulang kerumah atau dia sengaja tidak mau mengangkat telfonku karena aku tidak di perbolehkan menginap di rumahnya! Keterlaluan sekali, sih!" keluh Tania dengan membawa beberapa kantong makanan dan pakaian.
Tania mencoba mengetuk dan memencet bel rumah Jesica.
Ting … Tong ….
Tok … Tok ….
"Jesica!" teriak Tania.
Krek ….
Tania terkejut saat melihat Gavin yang membukakan pintu rumah.
"Tuan? Maaf, kelihatannya Tania salah mengirim alamat. Maaf, sudah mengganggu Tuan." ucap Tania panik.
"Ada apa?" tanya Gavin sembari melihat barang bawaan Tania.
"Tuan tidak ingat saya? Saya sahabat Jesica, pembantu Tuan. Dan kebetulan, saya malam ini mau menginap di rumah Jesica tapi kelihatannya, Jesica salah mengirim alamat." jawab Tania dengan gerogi.
Tania meletakkan barang bawaanya dan mencoba menelfon sahabatnya dengan tangan gemetar.
'Aduh, Jesica kemana sih! Kenapa telfonku tidak di angkat! Apa dia sengaja mengirimkan alamat rumah majikannya? Dia sengaja menjebakku?' gumam Tania dalam hati.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Gavin lagi.
"Saya menelfon Jesica. Tapi telfonnya tidak diangkat. Mungkin, dia sedang sibuk. Ya sudah, saya permisi." jawab Tania memasukkan ponselnya kedalam tas dan hampir saja terjatuh karena gerogi.
Gavin menatap jam di pergelangan tangannya. 'Sudah 2 jam dia pergi. Dan dia bilang kalau dia mau menemui sahabatnya, tetapi bukankah sahabatnya adalah Tania? Sedangkan, Tania ada di depanku? Lalu, kemana dia pergi?' tanya Gavin dalam hati.
Tania memutar tubuhnya dan berjalan menjauh.
"Tunggu!" teriak Gavin membuat Tania terpaku.
'Astaga, Tuan memanggilku? Apa dia marah? Matilah aku! Pasti Aku tidak akan bisa bekerja di perusahaannya.' gumam Tania dalam hati.
"Apa kau bersama Jesica?" tanya Gavin membuat Tania menautkan kedua alisnya, dia memutar tubuhnya menghadap Gavin.
"Saya?" Tania menunjuk dirinya sendiri.
"Tadi saya di rumah sakit bersama Jesica. Tapi Jesica tiba-tiba ada urusan mendadak, dia bilang dia ada urusan dengan suaminya. Setelah itu, kita tidak bertemu lagi. Memangnya, ada apa dengan Jesica, Tuan?" tanya Tania penasaran.
"Sedari tadi, ponselnya tidak aktif." ucap Tania lagi.
'Jadi, dia bohong? Sebenarnya, dia tidak menemui sahabatnya' gumam Gavin dalam hati.
"Tuan? Ada apa?" tanya Tania lagi.
"Tidak ada apa-apa. Masuklah! Ini rumah Jesica." jawab Gavin.
"Rumah Jesica? Tapi kenapa ada Tuan di sini? Dan dimana Jesica?" tanya Tania kebingungan.
Gavin pergi meninggalkan Tania sendiri, dia mengendarai mobilnya dan menelfon Boy.
Boy yang sedang memainkan game di ponselnya pun terkejut saat melihat panggilan masuk dari sahabatnya.
"Ganggu saja!" gerutu Boy dengan terpaksa mengangkat telfon dari sahabatnya. "Ada apa? Blade sedang tidur di kamarmu!" ucap Boy lagi.
"Apa Jesica ada di rumah?" tanya Gavin yang fokus menyetir mobilnya.
"Ap? Jesica? Sedari tadi dia belum pulang. Bukankah dia pergi ke rumah sakit?" tanya Boy lagi.
"Jadi, dia belum pulang?" gumam Gavin yang dapat di dengar oleh Boy.
"Memangnya ada apa, Gav? Apa terjadi sesuatu dengan Jesica? Dan kau dimana, ha? Aku sudah jenuh ada di rumahmu! Aku mau pergi mencari udara segar! Blade ternyata tidak se asik yang aku pikirkan." gerutu Boy.
'Apa jangan-jangan dia ada di tempat hiburan malam itu? Dan yang menelfonnya tadi bukan Tania melainkan Tantenya? Bukankah, Mami Rita mengatakan kalau Tantenya sedang berusaha membawa Jesica ketempat itu lagi? Sialan! Berani-beraninya dia membuat masalah denganku!' geram Gavin dalam hati.
Gavin menutup telfonnya sepihak, dia mengendarai mobilnya menuju Club malam.
Boy mendengus kesal saat telfonnya dimatikan sepihak oleh sahabatnya.
"Sial! Aku belum selesai bicara, Gavin!" teriaknya.
"Tapi tunggu dulu, tadi Gavin membahas mengenai Jesica. Sebenarnya, apa yang terjadi dengan Jesica? Aku harus cari tahu." ucapnya lalu mencoba menelfon Jesica tetapi nomernya tidak aktif.
Blade yang terganggu istirahatnya pun langsung menemui Boy.
"Ada apa, Boy? Tadi aku mendengarmu teriak?" tanya Blade.
"Gavin belum pulang?" tanyanya lagi.
"Aku harus pergi sekarang!" jawab Boy lalu pergi meninggalkan Blade.
Di sisi lain.
Jesica mulai membuka kelopak matanya, dan tiba-tiba dirinya terkejut setelah melihat dirinya ada di kamar yang tak asing baginya.
"A-aku dimana?" tanyanya sembari meraba pakaiannya yang masih rapi.
"Ini tidak mungkin! Aku tidak mungkin kembali ke tempat ini lagi!" ucap Jesica lalu mengambil tas dan ponselnya. "Sial, ponselku mati! Aku harus secepatnya keluar dari tempat ini." gumamnya yang bergegas menuju pintu.
Krek … Krek ….
Ternyata pintu terkunci dari luar. "Sial, pintunya di kunci. Aku harus cari jalan keluar lainnya." ekor mata Jesica melihat ada jendela besar di kamar tersebut. "Aku harus keluar dari jendela." Jesica berlari menuju jendela.
Di saat Jesica berusaha membuka kunci jendela, tiba-tiba terdengar suara pintu yang terbuka. Dia menoleh dan melihat Mami Rita datang bersama Raisa.
"Jesica!" teriak Raisa saat melihat keponakannya berniat kabur.
"Tante!"
"Sudah aku duga, pasti Tante pelakunya! Tante sengaja memasukkan sesuatu ke minumanku!" geram Jesica.
"Tante terpaksa karena kamu tidak mau menurut dengan Tante!" jawab Raisa.
"Dan sekarang, kamu tidak boleh kabur dari sini." ketus Raisa lagi.
"Kenapa sih? Kenapa Tante sangat jahat kepadaku? Aku salah apa, ha?" teriak Jesica emosi.
"Salahmu banyak, Jes! Dan aku mau, kamu tetap di sini! Tempatmu di sini bersama pria hidung belang! Kamu tidak cocok bersanding dengan pria kaya itu!" teriak Raisa.
"Dia suamiku! Tante tidak bisa melarangku berdekatan dengan suamiku!" teriak Jesica keceplosan.
Raisa maju beberapa langkah menuju Jesica. "Oh, jadi dia suamimu? Bukan pacarmu?" gumamnya.