Ketika Liora terjebak dalam malam penuh kesialan, ia tak pernah menyangka hidupnya akan berubah selamanya setelah bertemu Felix Dawson, Sang CEO yang dingin sekaligus memikat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourhendr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tubuhmu Membuatku Kecanduan
Keheningan menyelimuti kamar Liora. Sejak tadi Liora hanya diam tak mengatakan sepatah kata pun. Begitu juga dengan Felix yang duduk di hadapan Liora masih tetap diam. Posisi mereka sudah tak lagi seintim tadi. Nampaknya Felix tak ingin memaksa Liora. Well, sebrengsek-brengsek Felix rupanya Felix memang tak pernah memaksa.
Sejak awal, memang Liora duluan yang mendekati Felix. Sekalipun dalam keadaan mabuk, tetapi saja sumbu api bermula dari Liora, bukan Felix. Namun, sayangnya saat Felix mulai menikmati keadaan yang ada, Liora tak bisa menerima itu. Terlebih kenyataan di mana Felix adalah CEO di tempatnya bekerja membuat perasaan Liora campur aduk. Takut, malu, bingung, kesal, dan marah. Itulah perasaan yang dirasakan oleh Liora Jolie.
Akan tetapi, kejadian hari ini membuktikan bahwa gengsi Liora mulai sirna bagaikan diterpa oleh ombak. Jika tidak, mana mungkin Liora Jolie sampai menangis. Hal itu yang membuat Felix gemas pada Liora. Di depan Liora selalu menolak mati-matian Felix. Menghindar layaknya virus berbahaya. Tapi di belakang, Liora akan cemburu jika Felix dekat dengan wanita lain. Bukti kuat adalah saat Liora melihat Felix mencumbu Catalina.
“Aku dan Catalina hanya teman.” Felix memulai percakapan, memecahkan keheningan. Pria itu tahu kalau bukan dirinya yang memulai percakapan, maka sudah pasti kondisi akan tetap hening.
“Maksudmu teman bercumbu?” Liora menatap Felix, nadanya tenang, tapi tersirat memberikan sindiran pedas pada Felix.
Felix terkekeh mendengar ucapan to the point Liora. Ucapan yang tentunya dia tahu memiliki makna menyindir. “Aku mengenal Catalina lebih dulu sebelum mengenalmu, Liora. Aku tidak mau munafik. Apa yang kau katakan itu benar. Aku sama sekali tak akan berbohong.”
Liora berusaha untuk mengabaikan Felix. “Baiklah, itu sama sekali bukan urusanku. Kau memiliki kehidupan sendiri begitu juga dengan diriku.” Lalu, Liora bangkit berdiri dari tempat duduknya dan hendak meninggalkan Felix, tapi baru saja Liora bangkit berdiri—Felix sudah menarik tangan Liora, memaksa Liora duduk di pangkuannya. Sontak, Liora terkejut akan tindakan gila Felix itu.
“Felix, apa yang kau lakukan? Lepaskan aku,” seru Liora seraya memukuli dada bidang Felix.
Felix meraih kedua tangan Liora, dengan satu tangannya, dan membenamkan wajahnya di leher Liora seraya berbisik serak, “Aku tidak akan lagi menyentuh Catalina, jika aku mendapatkan sentuhan yang aku inginkan darimu, Liora.”
Liora memejamkan mata seraya menggigit bibir bawah menahan desahan saat embusan napas Felix menerpa kulitnya. “F-Felix s-stop! Menjauhlah, akh—” Jeritan lolos di bibir Liora saat Felix meremas dadanya.
“Felix—”
“Aku tahu kau menyukai sentuhanku, Liora,” bisik Felix seraya menyelipkan tangannya ke dress wanita itu, lalu mengusap-usap puncak dada Liora yang sudah berdiri tegak.
“Ah—” Desahan lolos di bibir Liora. Tubuhnya menggelinjang dengan mata yang terpejam saat jemari Felix membelai puncak dadanya dengan lembut. Rasa geli bercampur nikmat membuat titik sensitif Liora berkedut.
Felix menurunkan dress Liora hingga menumpuk di pinggang wanita itu. Tampak mata Felix berkilat menatap penuh gairah bra warna maroon berenda Liora. Ukuran dada Liora padat dan menantang sempurna.
Flix sudah pernah melihat ini. Saat pertama kali mereka berhubungan intim, yang mabuk hanya Liora, bukan Felix. “Kau memiliki tubuh yang indah, Liora.” Lalu, Felix melepaskan bra Liora, menatap gundukan kembar di dada wanita itu. Puncaknya berwarna merah muda, berdiri tegak seolah meminta Felix untuk segera menyantapnya.
“F-Felix—” Liora menutupi dadanya dengan kedua tangannya. Pipinya merona malu saat Felix melihat tubuh bagian atas Liora yang telanjang ini.
“Jangan ditutupi. Aku ingin melihatnya.” Felix menyingkirkan tangan Liora yang menutupi dada wanita itu. Lalu, dia menundukkan kepalanya mengisap puncak dada Liora seperti bayi kelaparan.
“Ah, Felix!” Dada Liora membusung seraya menjambak pelan rambut Felix. Mata wanita itu terpejam merasakan puncak dadanya berada di dalam mulut hangat Felix. Tubuhnya bergetar nikmat tak sanggup menahan gejolak hasrat yang membakarnya.
Liora ingin menghentikan kegilaan ini, tapi tubuhnya seakan lemah hingga tak mampu menolak sentuhan pria sialan ini. Desahan dan erangan terus lolos di bibir Liora, membuatnya benar-benar tak bisa berkutik.
Felix membaringkan tubuh Liora ke ranjang. Pria itu melucuti dress Liora, dan melempar ke sembarangan arah. Dia masih mengisap puncak dada Liora layaknya bayi yang tak mau dilepas.
“Felix—” ringis Liora perih saat Felix mulai menggigiti puncak dadanya.
“You’re so hot, Liora.” Lidah Felix bergerak erotis di atas puncak dada Liora.
“Ahhhh!” Liora mendesah tak keruan merasakan nikmat sentuhan Felix.
Felix menyelinapkan tangannya masuk ke dalam celana dalam berenda Liora, menyentuh titik sensitif wanita itu—dan sukses membuat Liora menjerit keras meloloskan erangan tak tertahankan.
“Felix—” Dada Liora semakin membusung. Matanya kian berkalut gairah. Tak sanggup lagi menahan. Sesaat, Liora melihat ke bawah—Felix terus mengisap puncak dadanya dan jemari pria itu kini masuk keluar ke titik sensitifnya.
Felix menyejajarkan wajahnya ke wajah Liora. “Kau masih sangat sempit, Liora. Seperti aku memasuki mu pertama kali.” Pria itu memasukan dua jarinya ke dalam titik sensitif Liora seraya melucuti celana dalam wanita itu—melempar ke sembarangan arah.
“Ah, ah, ah.” Liora mendesah tak karuan. “Felix, please!”
Felix tersenyum puas melihat Liora memohon padanya. “Say it again,” bisiknya serak seraya menggigit telinga Liora.
Liora menatap Felix penuh permohonan. “Please, Felix, ah!”
Felix bangkit berdiri, menanggalkan pakaiannya, lalu ketika tubuh pria itu sudah telanjang—pipi Liora tersipu malu. Tubuh Felix begitu gagah dan tampan. Lengan kekar. Otot perut. Dada bidang. Tato di tubuhnya semua sempurna. Satu lagi yang membuat Liora tak mampu berkedip yaitu kejantanan Felix begitu panjang dan keras. Layaknya pusaka yang gagah.
“Open your legs,” bisik Felix seraya membelai paha bagian dalam Liora.
Liora menggigit bibir bawahnya. Wanita itu menuruti keinginan Felix—membuka lebar kedua pahanya—lalu dengan satu kali hentakan keras, Felix memasuki Liora. Sontak Liora berteriak saat Felix memasukinya dengan kasar.
“Felix!” Tubuh Liora bergetar merasakan nikmat yang bercampur dengan rintihan sakit.
“Sss, kau sempit sekali, Liora,” geram Felix menahan erangan saat kejantanannya memasuki liang sempit Liora. Perlahan, Felix menggerakkan pinggulnya menghujam Liora dengan tempo yang liar dan keras.
Liora memeluk punggung Felix seraya membenamkan wajahnya di leher Felix. “Pelan,” desahnya meminta di Felix untuk bermain pelan.
Felix tak mengindahkan permintaan Liora. Pria itu mengecup bibir Liora, dan terus menghujam Liora dengan tempo liar. “Lain kali aku akan bermain pelan. Tidak sekarang.” Felix menaikan temponya, semakin menghentak Liora dalam.
“Ah!” Liora menjerit, dan terus memeluk punggung Felix. Perlahan, rasa sakit itu mulai tergantikan dengan kenikmatan. Setiap kali hentakan Felix membuat Liora mengerang nikmat.
Tampak Felix tersenyum puas melihat Liora mendesah di bawahnya. Desahan yang membuatnya semakin lepas kendali. Jeritan Liora meracau sambil memanggil nama ‘Felix’ membat sang pemilik nama itu begitu senang.
***
Liora yang terlelap dalam pelukannya. Hujan turun membasahi kota, membuat dua insan yang berada di balik selimut tebal berpelukan begitu erat.
Di dalam kamar itu dingin, ditambah cuaca di luar pun dingin, membuat dua insan yang baru saja selesai dari pergulatan panas mereka, terus berpelukan, seolah tak ingin terlepas.
Felix sudah lebih dulu bangun. Berbeda dengan Liora yang kelelahan sampai tak kunjung membuka mata. Pergulatan panas yang tak dilakukan hanya satu kali, tentu membuat Liora kelelahan.
Lain halnya dengan Felix yang memiliki stamina kuat. Terbukti, pria itu sama sekali tak merasakan kelelahan saat selesai pergulatan panas dengan Liora. Jika bukan karena Liora tertidur, sudah pasti Felix kembali menyerang Liora.
Felix tersenyum seraya membelai bibir ranum Liora. Pria itu mengecupi bibir ranum Liora, menghirup napas wanita itu. Felix kini mengecupi pipi Liora, lalu turun mengecupi leher dan dada Liora.
Felix menurunkan selimut Liora, mengisap puncak dada Liora lembut. Pria itu tak pernah bisa puas. Dia ingin lagi dan lagi mencumbu Liora. Tubuh Liora telah berhasil membuat Felix kecanduan.
Pelupuk mata Liora bergerak. Perlahan, ketika dia membuka mata, betapa terkejut dirinya melihat Felix tengah mengisap puncak dadanya. Bahkan tangan pria itu pun kini memilin puncak dada bebasnya yang lain.
Tubuh Liora berdesir. Kewanitaannya berkedut akibat sentuhan itu. “F-Felix.”
Felix melepaskan kulumannya, lalu dia menyejajarkan wajah Felix ke wajah Liora. “Aku menginginkanmu lagi.”
“Felix, tapi—” Baru saja Liora hendak mengeluarkan suara, tapi Felix sudah langsung membungkam bibir Liora. Pria itu naik ke atas tubuh Liora, dan kembali melancarkan aksinya.
Liora menjerit saat Felix bermain dengan keras. Akan tetapi jeritan itu hanya sebentar saja, karena sekarang sudah tergantikan dengan erangan merdu. Dua insan yang tengah melakukan pergulatan panas itu saling mendesah bersahutan.
mampir karna nama PM sama kayak nama di cs aku Felix & Leora (Saudara kandung)/Sob//Sob/
lah disini malah nikah