NovelToon NovelToon
Bodyguard Om Hyper

Bodyguard Om Hyper

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Playboy / Model / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Pengawal / Bercocok tanam
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: Pannery

"Lepasin om! Badan gue kecil, nanti kalau gue penyet gimana?!"

"Tidak sebelum kamu membantuku, ini berdiri gara-gara kamu ya."

Gissele seorang model cantik, blasteran, seksi mampus, dan populer sering diganggu oleh banyak pria. Demi keamanan Gissele, ayahnya mengutus seorang teman dari Italia untuk menjadi bodyguard.

Federico seorang pria matang yang sudah berumur harus tejebak bersama gadis remaja yang selalu menentangnya.

Bagaimana jadinya jika Om Hyper bertemu dengan Model Cantik anti pria?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pannery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sixpack Om

"AAAAAKK!!"

Teriakan Gissele membara di dalam kamar, memekakkan telinga Federico.

Di ambang pintu, beberapa pembantu berdiri dengan ekspresi super heboh.

Mata mereka terbelalak lebar, tangan menutupi mulut, dan beberapa bahkan langsung menggenggam dada seperti orang yang baru saja menonton adegan dramatis.

"WAAA!! TUAN FEDERICO MENYERANG NONA LAGI!"

Gissele nyaris kena serangan jantung.

"OM APAAN SIH?! KELUAR SANA!!" Kemudian Gissele juga melirik para pembantu yang masih mengintipnya.

"KALIAN JUGA KELUAR!!"

Pembantu-pembantu itu langsung kabur sambil tertawa cekikikan, meninggalkan Gissele yang hampir meledak karena malu.

Tapi masalahnya belum selesai.

Saat dia menoleh ke Federico, pria itu masih menatapnya dengan lekat.

"Jawab Nona, kalau nggak-"

Gissele menggeram dan menatap tajam Federico. Jelas sekali ia tidak ingin dicium pria itu lagi. "IH UDAH! DIA MANTAN GUE."

Federico terdiam sejenak, matanya sedikit menyipit, nafasnya terdengar lebih rendah dari biasanya.

"Mantan? Kamu ada mantan?"

Gissele makin kesal karna Federico banyak bertanya, "Udah, om! Nggak usah banyak tanya! Sana pergi!"

Tapi Federico tidak menurut dan malah mendekat lagi. Makin dekat sampai Gissele tidak bisa bernafas.

Gissele hampir pingsan. Dengan refleks tingkat tinggi, dia langsung mendorong dada Federico dengan kedua tangannya.

"UDAH! KELUAR KELUAR KELUAR!!"

Dorongan terakhirnya berhasil dan Federico terpaksa mundur beberapa langkah.

Begitu ada celah, Gissele langsung membungkus dirinya sendiri dengan selimut seperti kepompong.

Di luar selimut, Federico masih berdiri di tempatnya..Matanya tajam, ekspresinya tak terbaca.

Ada sesuatu yang terasa mengganggu.

Kenapa hatinya terasa aneh mendengar kata "mantan" keluar dari mulut Gissele?

Ada rasa tidak nyaman.

Sial. Kenapa saya jadi kesal begini?

Dengan perasaan getir yang tidak ia pahami, Federico akhirnya memilih keluar dari kamar Gissele.

Sementara di luar, para pembantu sudah berkumpul lagi di sudut lorong.

Begitu melihat Federico keluar dengan wajah kelam, mereka langsung mendekat dengan ekspresi penuh gosip.

"Om… berhasil nggak?"

"Pergi." Federico mendengus.

"Yahhh."

Mereka langsung berseru kecewa.

Sementara itu, di dalam kamar, Gissele masih bersembunyi dalam selimut.

Namun, di balik amarahnya… wajahnya mulai terasa panas.

Sial.. Kenapa detak jantungnya malah tambah kencang... 

...****************...

Di sisi lain, Federico melangkah ke lorong dengan dengusan kesal. Bukan karna diusir oleh Gissele—itu sudah biasa.

Bukan juga karena para pembantu yang selalu berisik—dia sudah kebal. Tapi entah kenapa, hatinya terasa panas.

"Mantan, huh?" Gumamnya pelan, menekan rahangnya.

Sejak kapan dia peduli dengan mantan Gissele? Harusnya dia tidak ambil pusing. Harusnya itu tidak ada hubungannya dengan dia. Tapi kenapa tetap mengganggu?!

Tanpa sadar, langkahnya terhenti di depan beberapa pembantu yang sedang ngobrol sambil sesekali melirik ke arahnya dengan tatapan penuh gosip.

"Bibi." Federico menegur dengan suara rendah.

Mereka terkejut dan langsung berdiri lebih tegak. "I-Iya, tuan?"

Federico menyipitkan mata. "Bibi tau siapa mantan Gissele?"

Para pembantu itu langsung bertukar pandang dengan ekspresi penuh semangat gosip.

"Oh, ada! Ada! Cowoknya ganteng banget, Om! Anaknya cool, pinter, terus pokoknya tipe yang dikejer cewek-cewek!"

Federico mendengus, kesal mendengar pujian itu.

"Tapi…" Bibi itu tiba-tiba tersenyum usil.

"Tapi bibi lebih suka neng Gissele sama tuan Rico, sih."

"HAHAHAHA." Tawa mereka meledak.

Federico menekan pelipisnya, mereka ini seperti penggemar drama romansa.

"Kita nggak bakal bilang ke bos kok kalau Tuan Rico tadi nyiumin Nona Gissele. Semangat Tuan deketinnya.." Sahut mereka lagi.

Federico menghela napas panjang,  itu bukan masalah utama sekarang.

"Namanya siapa?" Tanyanya akhirnya.

Para pembantu itu kembali saling melirik sebelum salah satu menjawab.

"Hmm, kalau nggak salah Dion. Dia sekampus sama Nona."

Nama itu terngiang di kepala Federico.

Setidaknya sekarang dia tau siapa yang harus dicurigai.

Tapi untuk saat ini… Dia harus fokus menjaga kesehatan Gissele dulu. Urusan Dion jika berniat mengganggu Gissele, ia akan turun tangan.

Malam itu, Gissele merasa matanya mulai terbuka lebar, tetapi tubuhnya terlalu lelah untuk tidur.

Entah kenapa, pikirannya terus berputar, berkutat dengan hal-hal yang tidak bisa diungkapkan. Ia menatap langit-langit kamarnya yang sepi, berusaha menenangkan diri.

Tapi, semakin ia memikirkan, semakin hiduplah suara desahan dalam hatinya.

“Kenapa sih..” Gumam Gissele dalam hati, bingung dengan perasaan yang mengganggu. Ia merasa gelisah—seperti ada sesuatu yang tidak beres, dan bisa jadi itu karna kejadian tadi pagi bersama Federico.

Sebenarnya, ia ingin tidur. Ia benar-benar ingin tidur, tapi ada sesuatu yang menghalangi. Suasana kamar yang tadinya terasa nyaman sekarang berubah menjadi sesak.

Six-pack Federico..

Hal itulah yang terus menghantuinya dan Gissele sempat tersenyum-senyum sendiri memikirkannya.

Setelah beberapa saat yang terasa lama, Gissele bangkit dari tempat tidurnya.

Matanya melirik ke pintu kamar, berharap bisa menenangkan pikiran. Tapi sebelum ia bisa melakukan apa-apa, terdengar ketukan halus dari luar.

“Nona? Sudah tidur?”

Suara Federico yang tiba-tiba itu benar-benar mengganggu ketenangannya.

Gissele menatap pintu, cemas. Jantungnya berdegup lebih cepat.  "BELUM! GUE GABISA TIDUR!"

Federico membeku, "Saya buka pintu ya." Pintu kamar Gissele lalu dibuka dan mereka kembali bertatapan.

Mata Gissele berkilat penuh frustrasi, rambut acak-acakan, dan ekspresi mirip singa kelaparan.

"Mau minum susu?" Tanya Federico dengan tenang.

"Gue bukan bocil, om!"

"Yasudah, hitung domba."

"GUE UDAH NGITUNG 178 EKOR MASIH NGGAK NGANTUK!"

Federico menghela nafas panjang. "Nona pejamkan mata saja nanti juga tidur."

Gissele menatapnya tajam.

"Kalau gue masih nggak bisa tidur, om harus tanggung jawab!"

Federico mengangkat alis. "Hah? Tanggung jawab gimana?"

"Bacain cerita!"

Hening melanda dan Federico berpikir keras. Seumur hidupnya, dia bisa melakukan banyak hal.

Melawan preman? Bisa.

Nyetir mobil sambil kejar-kejaran? Jago.

Bikin cewek kelepek-kelepek? Sering.

Tapi bacain dongeng?

"Oh.. kayanya bisa." Federico akhirnya menyeringai, ia suk ke kamar Gissele dan duduk di sampingnya.

"Mau diceritain apaa?"

Gissele lalu membungkus dirinya dengan selimut lagi.

"Ceritain apa aja.. Yang seru!"

Federico langsung memijat pelipisnya. Baiklah, ia akan berusaha. Demi ketenangan malam ini, dia akhirnya mulai bercerita. Hanya dongeng biasa seperti putri tidur dan kelinci lawan kura-kura.

Tapi dia lupa satu hal penting.

Suara beratnya yang rendah dan lembut terlalu berbahaya untuk suasana malam begini.

Gissele yang awalnya mendengarkan dengan serius…

Perlahan mulai tergigit bibir.

"Aduh.." suaranya tiba-tiba lirih.

Federico berhenti. "Kenapa?"

Gissele menatapnya penuh dosa.

"Nggak kok."

Anjir suaranya seksi juga..  Batinnya tidak tenang.

Suara Federico menambah ketegangan di ruangannya. Setiap kata yang keluar dari mulutnya, setiap nafasnya yang teratur… Itu semua seperti menari di dalam pikiran Gissele.

Dan tanpa sadar, mata Gissele terpejam perlahan, meski ia tidak bisa sepenuhnya tidur.

Setelah beberapa saat, Federico melihat Gissele dan tersenyum. "Nah kalau tenang kan Nona sangat cantik."

Malam itu, suasana kamar Gissele begitu sunyi. Di atas meja, ponselnya yang tadinya mati mendadak menyala, menampilkan notifikasi panggilan masuk.

Sepertinya Gissele sengaja mematikan ponselnya sebelum tidur, mungkin agar bisa beristirahat dengan tenang tanpa gangguan.

Namun, ia sama sekali tidak sadar bahwa di layar ponselnya kini tertera sebuah nama—Dion, mantan kekasihnya.

Federico, yang berada di dalam kamar itu, menatap layar ponsel dengan rahang mengatup rapat. Mata tajamnya menelusuri nama yang terpampang jelas.

Tanpa pikir panjang, ia mengulurkan tangan, mengambil ponsel itu, lalu berjalan keluar kamar.

Begitu ia mengangkat panggilan tersebut, suara laki-laki di seberang langsung terdengar. Suaranya berat, penuh obsesi.

"Icel, kamu baik-baik saja? Akhirnya kamu angkat teleponku… Aku di seberang sini. Aku dengar kamu nggak masuk kampus hari ini. Biasanya aku lihat kamu di kantin, kok nggak ada? Cel, jawab aku…"

Sebelum suara Dion bisa berlanjut lebih jauh, Federico menyahut dengan nada dingin dan tajam. "Jangan hubungi Gisele lagi."

Hening sejenak. Namun, setelahnya, suara Dion berubah kasar. "Lo siapa? Bangs*t! Lo yang jauhin Icel!"

Mata Federico menyipit penuh amarah. Rahangnya mengeras, genggamannya di ponsel semakin erat. "Apa mau-mu?"

"Gue abisin lo!" Teriak Dion di seberang telepon.

Tanpa peringatan, panggilan itu berakhir. Layar ponsel tiba-tiba gelap. Federico menghela nafas berat, lalu berbalik dan mendapati salah satu pembantu rumah tangga berdiri dengan wajah cemas di dekatnya.

"Tuan… siapa tadi? Tuan kelihatannya sangat marah." Tanya wanita tua itu dengan suara bergetar.

"Mantan Nona Gissele telepon dan dia mengancam saya," jawab Federico singkat.

"Astaga… ayo kita kunci semua pintu!"

Federico menoleh dengan alis berkerut. "Kenapa, Bi?"

Wanita itu menelan ludah sebelum menjawab. "Dion itu orangnya nekat, Tuan. Dia pernah datang tengah malam, membuat Nona Icel sakit. Mereka pernah bertengkar hebat di rumah ini."

Federico mengepalkan tangannya. Amarah membakar dadanya, tapi ia menahan diri.

"Nggak apa-apa, Bi. Saya di sini. Saya hadapi dia kalau berani datang lagi."

Wanita itu mengangguk lega. "Syukurlah Tuan ada di sini… Saya takut kalau dia datang lagi, Nona Gissele bisa kenapa-kenapa."

Federico memilih untuk berjaga malam itu, duduk di sofa dengan pandangan penuh kewaspadaan. Waktu berlalu, keheningan menyelimuti rumah, hingga akhirnya…

Tok. Tok. Tok.

Suara ketukan di pintu depan membangunkannya dari lamunan.

Federico bangkit dengan sigap, matanya menyipit penuh curiga. Sialan… lelaki itu benar-benar datang.

Dengan langkah mantap, ia berjalan ke arah pintu, lalu membukanya dengan gerakan kasar.

Begitu pintu terbuka, tatapan tajam Federico langsung menyambar sosok di depannya.

"SIALAN! PERGI KAU!" Teriaknya, lalu tanpa aba-aba, tinjunya melayang.

BUGH! 

"ARGH!" Sebuah jeritan kesakitan terdengar. Federico mundur selangkah, siap untuk menyerang lagi.

Tapi saat melihat sosok yang terhuyung jatuh ke lantai, matanya melebar. Bukan Dion…

"Rico! Kau sedang apa?!" Suara berat itu memekik. Federico terkejut setengah mati saat menyadari siapa yang baru saja ia pukul.

"Boss!!"

Federico terpaku. Dadanya naik turun, otaknya berusaha mencerna apa yang terjadi. Ia salah meninju orang… dan orang itu bukan sembarang orang. Itu ayah Gissele.

1
Dyah Rahmawati
lanjuut😘
Dyah Rahmawati
giseel ...ooh giseel 😘😘😀
..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!