"Sayang, kita hanya dua raga yang Allah takdirkan bersama melalui perjodohan. Kalau saja aku nggak menerima perjodohan dari almarhum Papamu, kau pasti sudah bersama wanita yang sangat kau cintai. Mama mertua pasti juga akan sangat senang mempunyai menantu yang sudah lama ia idam-idamkan. Tidak sepertiku, wanita miskin yang berasal dari pinggiran kota. Aku bahkan tak mampu menandingi kesempurnaan wanita pilihan kalian. Sayang, biarkan aku berada di sisimu sampai nanti rasa lelah menghampiriku. Sayang, aku tulus mencintaimu dan akan selalu mencintaimu, hingga hembusan nafas terakhirku."
Kata hati terdalam Aisyah. Matanya berkaca-kaca memperhatikan suami dan mertuanya yang saat ini tengah bersama seorang wanita cantik yang tak lain adalah Ariella, Cinta pertama suaminya. Akankah Aisyah mampu bertahan dengan cintanya yang tulus, atau justru menyerah pada takdir?
Cerita ini 100% murni fiksi. Jika tidak sesuai selera, silakan di-skip dengan bijak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jannah sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sangat tidak pantas
"Permisi," ucap Suster yang sebelumnya diperintahkan Dokter Hana.
Semua orang menolehkan wajahnya ke asal suara. Di pintu, suster itu sudah memasukkan setengah tubuhnya, menunggu izin untuk masuk ke dalam.
"Masuk, Rena," ucap Dokter Hana mempersilahkan Suster yang selalu menjadi asisten kepercayaannya di rumah sakit itu.
Karena sudah mendapatkan izin, Suster Rena pun masuk ke dalam dengan membawa kotak obat di tangannya. Suster itu. pun menghampiri Dokter Hana.
"Dokter, ini obat yang Dokter minta," ucap Suster Rena sembari menyodorkan kotak obat kepada Dokter Hana.
Dokter Hana tersenyum tipis lalu mengambil alih kotak obat itu. "Terima kasih, Rena," ucap Dokter Hana yang di tanggapi Suster Rena dengan anggukkan kecilnya.
"Sama-sama, Dokter," ucap Suster Rena lalu menunggu di posisi yang tak jauh dari Dokter Rena.
Dokter Hana menghampiri Adam. "Silahkan Tuan," ucap Dokter Hana lalu menyerahkan obat milik Ariella.
Adam mengangguk pelan lalu mengambil alih kotak obat dari tangan Dokter Hana. Pria itu tampil dengan begitu berwibawanya, sehingga siapa pun tidak akan menyangka seperti apa sikapnya ketika bersama istrinya.
"Ayo kita pulang," ucap Adam meraih tangan Ariella yang tak terluka dengan lembut.
Ariella hanya mengangguk kecil, lalu turun perlahan dari ranjang pasien dengan di bantu oleh Adam.
"Hati-hati, sayang," ucap Ana dengan lembut yang juga di tanggapi Ariella dengan anggukkan kecilnya.
Ketiganya pun berpamitan dengan Dokter Hana dan Suster Rena. Tak lupa, mereka mengucapkan terimakasih kasih.
"Terima kasih Dokter Hana dan Suster sudah merawat Ariella, kami pulang dulu ya," ucap Ana mewakili Adam dan Ariella. Dokter Hana dan Suster Rena pun mengangguk hormat pada Ana sembari tersenyum tipis.
"Sama-sama, Nyonya. Senang bisa membantu keluarga anda," ucap Dokter Hana sembari tersenyum ramah seperti biasanya.
"Hati-hati di jalan Nyonya," ucap Suster Rena tersenyum ramah.
Ana hanya tersenyum ramah menanggapi perkataan Dokter Hana dan Suster Rena.
Setelah berpamitan, ketiganya pun pergi meninggalkan rumah sakit. Adam tak melepaskan gandengan tangannya dari Ariella, hal itu pun membuat Ana yang berjalan di belakang keduanya tersenyum senang.
Mereka sangat serasi...
Ana masih saja memperhatikan Adam dan Ariella dengan tatapan lembutnya. Bahkan, wanita paru baya itu sama sekali tak lelah tersenyum.
Tak membutuhkan waktu lama menyusuri koridor rumah sakit, ketiganya pun tiba di halaman pintu keluar rumah sakit. Di sana supir sudah menunggu ketiganya.
Dengan hati-hati Adam membantu Ariella masuk ke dalam mobil, dengan tangannya yang dia jadikan sebagai pengaman kepala Ariella, agar tidak terbentur atap pintu mobil.
Ternyata sangat muda ya mendapatkan perhatian Adam dan Tante Ana. Aku seperti sebongkah berlian yang sangat di jaga oleh mereka. Kedepannya aku harus mendapatkan lebih dari ini.
Aisyah, aku kasihan sekali padamu, tapi itu sudah deritamu. Jadi, nikmati saja ya... hahaha. Aku nggak jahat Aisyah, hanya sedikit nakal saja.
Ariella tersenyum samar dengan tubuh yang sudah duduk kursinya, sedangkan Adam masuk mobil dari pintu sampingnya. Keduanya kembali duduk bersama, dengan Rena yang duduk di samping supir.
Semuanya duduk tenang di dalam mobil dengan sabuk pengaman yang sudah dikenakan. Supir Adam menghidupkan mesin mobil lalu menjalankannya meninggalkan rumah sakit.
Malam ini sudah menunjukkan pukul 21:30, mobil yang ditumpangi Adam sudah memasuki kawasan mansion Alex. Cahaya temaram yang berasal dari lampung taman, membuat suasana terasa tenang dan nyaman.
Langit malam semakin gelap, dan perlahan rintik hujan mulai terlihat. Rintikan kecil itu membasahi semua yang berada di bawahnya.
Adam bergegas membuka pintu di sampingnya lalu turun. Ana juga turun dari pintu depan mobil. Adam menunggu Ariella yang bergeser dengan pelan.
Karena melihat wanita yang dicintainya itu kesusahan, Adam pun turun tangan. Dia membantu Ariella bergeser ke dekat pintu, lalu menggendong Ariella ala bridal style.
Ariella yang terkejut reflek melingkarkan tangannya di leher Adam. Sesaat, keduanya terpaku dengan tatapan satu sama lain. Di bawah rintik hujan keduanya tersenyum samar seakan tengah berbagi energi cinta.
"Sayang," panggil Ana membuyarkan tatapan keduanya.
Baik Adam maupun Ariella reflek menoleh ke arah Ana. Keduanya tersenyum hingga memperlihatkan gigi rapi putihnya.
"Iya Ma?" sahut Adam menatap Ana yang sudah berada di teras mansion.
"Hujan sayang, nanti kalian sakit," ucap Ana dengan raut wajah khawatirnya.
"Baik, Ma," ucap Adam mengangguk patuh.
Adam mendongakkan wajahnya memperhatikan langit malam. Sadar dengan cuaca saat ini, Adam pun segera menutup pintu mobil. Dia masuk ke dalam mansion dengan Ariella yang masih berada dalam gendongannya.
Ariella begitu tenang di dalam gendong Adam. Ia bahkan tak segan menyandar manja di dada pria beristri itu. Kedua lengannya masih melingkar di leher Adam.
Ana tak henti-hentinya tersenyum melihat Adam dan Ariella yang terlihat romantis. Mbok Ima yang yang tak sengaja lewat di ruang depan, tak sengaja melihat kedatangan majikannya itu.
Adam yang menggendong Ariella juga tak luput dari pandangan. Mbok Ima menghela nafasnya dengan tatapan lemah melihat pemandangan yang tak pantas itu.
Bagaimana bisa Nyonya Ana membiarkan hal seperti ini. Perlakuan yang sangat nggak pantas dilakukan seorang pria beristri kepada wanita yang belum bersuami.
Almarhum Tuan Alex pasti akan sangat kecewa jika mengetahui hal ini. Terlebih Nona Aisyah, dia pasti semakin sedih.
"Tuan, Nyonya, sudah pulang," ucap Mbok Ima melangkahkan kakinya ke arah pintu, menyambut kedatangan majikannya itu.
"Iya, Mbok. Bisakah Mbok siapkan air hangat untuk Ariella? Tadi kami terkena hujan Mbok, Adam khawatir Ariel demam dan flu," ucap Adam menatap Mbok Ima lalu menurunkan Ariella di sopa ruang tamu.
"Baik Tuan, apakah ada yang lain?" tanya Mbok menatap Adam dengan serius.
"Bawakan air putih Mbok, Ariel harus meminum obat anti nyerinya," ucap Adam yang dipahami Mbok Ima.
"Baik Tuan, kalau begitu Mbok siapkan sekarang ya," ucap Mbok Ima sekaligus berpamitan.
"Iya Mbok," ucap Adam mengangguk kecil sembari menatap Mbok Ima.
Tak ingin membuat Tuannya menunggu, Mbok Ima pun bergegas pergi menyiapkan air mandi Ariella. Sebelum itu, Mbok Ima terlebih dahulu menyiapkan air minum untuk Ariella beserta Adam dan Ana.
Kembali ke ruang tamu, saat ini terlihat Adam duduk di sopa yang sama dengan Ariella, sedangkan Ana duduk di sopa tunggal yang berada di samping sopa keduanya.
Ariella meraih tangan Adam membuat Adam menatapnya dengan dalam. Ariella menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyum hangat di wajah cantiknya.
"Adam, makasih banyak ya. Aku pasti sangat merepotkanmu dan Tante ya?" ucap Ariella menatap Adam dan Ana secara bergantian dengan raut wajah sendunya.