Di kenal seorang pendiam dan tidak banyak bergaul membuatnya minder , sejak di usia belia seorang gadis desa sangat aktif dan sudah mengenal yang namanya jatuh cinta , apakah sekedar jatuh cinta saja atau sudah mengenal lebih dari sekedar cinta monyet ?
Dibalik kisah asmara ada sekelumit masalah pada sikap saudaranya yang membuatnya risih dan menjadi tertutup . lambat laun ia tahu siapa dirinya yang sebenarnya .
Mampukah ia menjalani kehidupan di luar sana tanpa ia sadari sudah terjebak dalam arus kehidupan dunia luar yang penuh dengan drama dan masalah ?
Apakah gadis yang dulu pendiam akan menjadi pendiam atau akan menjadi sosok yang lain ?
Yuk baca pelan-pelan dan berurutan agar tidak salah paham .jangan lupa dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter Latihan Jelang Pentas Seni
Hari itu adalah acara puncak perpisahan kelas tiga semua kelas menyumbangkan karya seni untuk pentas . Ira sedang tidak mood untuk ikut justru di ajak oleh teman-temannya yang dari kelas lain .
"Ira kamu sudah dapat kelompok apa belum ?" tanya Heni duduk di depan kelas Ira . Ira menggeleng dengan malas mendengar Heni yang antusias .
"Ikut kelompokku yuk kurang satu orang nih , mau ya ... ya , please ," Heni menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada memohon agar Ira mau menjadi anggota kelompoknya .
Ira melihat Heni memohon merasa kasihan tapi di sisi lain ia tidak mau ikut dan tidak suka dengan yang namanya kontes atau sejenisnya .
"Aku pikir-pikir dulu deh ," kata Ira kemudian . "Yes , tapi jangan lama-lama ya ?' Heni menatap mata Ira lekat membuat Ira risih dan menjauhkan diri dari Heni .
"Jangan gitu napa ,biasa saja ," kata Ira .
"Besok mulai latihan oke ," kata Heni berlalu pergi meninggalkan Ira sendiri .
"Huhh ,, maksa banget tuh anak ," gumam Ira melihat kepergian Heni dengan perasaan kesal . Dari belakang ada dua teman cowok sedang berbicara entah apa yang mereka bicarakan tiba-tiba mencabut karet kuncir milik Ira .
Ira yang tidak tahu kalau di belakang ada orang yang mau jahil padanya menoleh lalu berteriak . Dua teman cowok melempar karet kuncir milik Ira sambil tertawa senang ngerjain Ira berlari .
"Hey , Fian , Nando kembalikan karet kuncirku ... Kembalikan ," teriak Ira kesal matanya mulai berair mau jatuh namun ia tahan karena malu kalau di lihat banyak teman .
Ira tidak bisa mengejar mereka karena mereka berlari cukup jauh dan membiarkan karet kuncir miliknya di buat mainan sama dua teman cowoknya .
Dengan hati kesal Ira masuk ke dalam kelas , di tempat duduk ia menangis .
"Jahil sekali mereka berdua , kenapa selalu ngerjain aku ," gumamnya melihat ke arah pintu siapa tahu dia temannya kembali dan memberikan karet kuncirnya .
Bel masuk kelas berbunyi semua siswa masuk ke dalam kelas masing-masing. Seorang guru masuk kelas memberikan informasi mengenai perpisahan kakak kelas yang akan diadakan satu minggu lagi .
"Persiapkan latihan kalian dan buat kelompok terserah mau berapa orang yang penting berkelompok ," jelas Bu guru . Kemudian kelas pulang lebih awal .
Kelas menjadi riuh suara siswa semua membentuk bebeapa kelompok untuk pentas seni . Semua sudah mempunyai kelompok masing-masing hanya Ira yang masih saja diam tidak ikut membentuk kelompok .
Fian berjalan melangkah ke depan meja Ira mengembalikan karet kuncir kepada Ira . "Nih ku kembalikan ,gitu aja nangis . Cengeng ," katanya sambil berlalu .
Ira menatap tajam pada Fian hatinya sangat kesal dengan ulah Fian dan Nando .
“Ira kamu sudah dapat kelompok atau belum , kalau belum gabung sama aku gimana ?" tanya Rea . Ira bingung ingin gabung sama Rea atau Heni .
"Maaf ,Re . Aku sudah dapat kelompok ," jawab Ira padahal belum yakin kalau Heni belum atau tidaknya dapat teman baru kelompok mereka .
"Memangnya kamu ikut kelompok siapa ?" tanya Rea ingin tahu . "Tadi Heni mengajak aku ikut gabung kelompoknya ," jawab Ira .
"Oh begitu , ya sudah kalau begitu ," sahut Rea kemudian gabung dengan yang lainnya .
Sepulang sekolah Heni ke rumah Ira . “Ra , Ira ,“ panggil Heni sudah berada di depan rumah Ira . Ira dengan malas berjalan keluar rumah .
"Ada apa , Hen ?" tanya Ira melihat wajah Heni begitu bersemangat .
"Ayo latihan , di rumah Nita ," ajak Heni melihat Ira seolah enggan ikut latihan .
"Tunggu sebentar," Ira berjalan masuk ke dalam membasuh wajah kemudian keluar menghampiri Heni . "Ayo berangkat ,“ ajak Ira .
Ira dan Heni berjalan kaki menuju rumah Nita .Di sana sudah berkumpul Ina , Norma , Nita .dan Okta . Mereka membentuk barisan dan menyusun gerakan di setiap lirik pada musik yang sudah di pilih .
“Bagus juga musiknya ," kata Ira menyukai jenis aliran musik pop ala grup band terkenal dari negeri Paman Sam . Baru kali ini Ira tahu tentang musik manca negara padahal awalnya ia menyukai musik dangdut .
Gerakan satu per satu di dapat kemudian di padukan dengan lirik musik . "Besok kalau tampil posisi kalian tidak seperti ini tapi nanti kita ubah posisi yang lebih bagus ," kata Heni menjadi pemandu gerakan .
"Siap , kita ikut saja lah ," sahut Ina . Mereka melanjutkan latihan sampai menjelang sore hari .
“Latihannya cukup sampai di sini dulu ,kita lanjutkan besok , waktunya masih lama jadi kita latihannya setiap pulang sekolah dan gantian di rumah siapa besok dan besoknya sampai menjelang hari H ,“ kata Heni memberi saran .
"Besok di rumah Norma saja gimana?" tanya Nita memberi ide .
"Boleh juga , siapa yang setuju ?" tanya Heni . Semuanya setuju besok latihan di rumah Norma yang rumahnya agak jauh dari sekolah bahkan dari rumah mereka .
"Latihannya pulang sekolah langsung saja gimana , kalau pulang kan tidak mungkin , karena waktunya buat bolak baliknya susah ," Ina memberi solusi .
"Oke deh , deal ," sahut Heni dan disetujui yang lainnya . Usai latihan semua pulang ke rumah masing-masing.
Malam harinya Ira tidur lebih awal . Mata Ira masih terbuka ketika menoleh ke arah celah pagar tidak ada mata yang mengintip . Hatinya merasa lega namun juga waspada .
" Syukurlah tidak ada yang mengintip jadi aman tidurku ," batin Ira menghembuskan napas lega .
Menjelang pagi Ira bangun bergegas pergi ke kamar mandi membersihkan tubuh dan berganti pakaian dengan seragam sekolah . kemudian ia sarapan seorang diri . Ibunya sudah berangkat bekerja .
Kedua kakaknya masih tidur semua . Ira berangkat ke sekolah sendirian sampai di sekolah pintu gerbang belum di tutup berarti belum terlambat .
Di kelas teman sedang latihan buat acara pentas seni . Mereka sangat bersemangat latihan Ira duduk dengan santai matanya tertuju pada sosok teman pria sedang berbincang dengan teman sebangku terlihat begitu serius membuat Ira penasaran .
"Apakah dia sudah punya pacar ?" batin Ira pikirannya diliputi rasa ingin tahu . Entah kenapa Ira merasa ada teman perempuan yang suka pada teman pria yang ia sukai . Itu baru feeling semoga tidak dengan nyata karena kalaupun jadian amat sangat sakit hatinya pria yang disukai sudah ada pacar .
Setiap jam mata pelajaran Ira curi pandang pada teman pria bernama Bian . "Kenapa dia manis sekali beda dengan Ruli ," batin Ira tiba-tiba membandingkan Bian dengan Ruli beda jauh lah .
Bian beda keyakinan dengannya juga Ruli yang satu keyakinan dengannya . Ira di buat galau dengan hadirnya dua pria yang memikat hatinya . Ini belum menjadi kekasih bagaimanan jika terjadi nyata bakal perang dunia ke tiga gumam Ira membayangkan kemungkinan terjadi .
Rea memperhatikan Ira merasa heran .