NovelToon NovelToon
Cassanova - Dendam Gadis Buta

Cassanova - Dendam Gadis Buta

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Spiritual / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Dendam Kesumat
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Wida_Ast Jcy

Casanova seorang gadis cantik. Namun sayang sekali dengan parasnya yang cantik ia memiliki kekurangan. Kedua matanya buta. Meski ia buta ia merupakan kembang desa. Karena kecantikannya yang luar biasa. Walaupun ia buta ia memiliki kepandaian mengaji. Dan ia pun memiliki cita cita ingin menjadi seorang Ustadzah. Namun sayang...cita cita itu hanya sebatas mimpi dimana malam itu semuanya telah menjadi neraka. Saat hujan turun lebat, Casanova pulang dari masjid dan ditengah perjalanan ia dihadang beberapa pemuda. Dan hujan menjadi saksi. Ia diperkosa secara bergantian setelah itu ia dicampakan layaknya binatang. Karena Casanova buta para pemuda ini berfikir ia tidak akan bisa mengenali maka mereka membiarkan ia hidup. Namun disinilah awal dendam itu dimulai. Karena sifat bejad mereka, mereka telah membangkitkan sesuatu yang telah lama hilang didesa itu.

"Mata dibayar mata. Nyawa dibayar nyawa. Karena kalian keluarga ku mati. Maka keluarga kalian juga harus mati.

Yuk...ikuti kisahnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12 INGIN MEMBALAS JALAN SESAT

Bu Rahmi, yang sejak tadi hanya bisa termenung di kamarnya, akhirnya berdiri. Langkahnya pelan, ragu-ragu, seolah setiap hentakan kakinya mengusung beban berat yang tak kasat mata. Ia mendekati kamar putrinya, membuka pintu pelan-pelan, takut jika suaranya akan mengusik ketenangan Casanova.

Tapi ternyata, Casanova belum tidur. Gadis itu terbaring dengan mata kosong menatap ke langit-langit, seakan mencari sesuatu di sana yang tak bisa dijangkau. Begitu mendengar suara pintu yang terbuka, Casanova bergumam lirih. Suaranya hampir tak terdengar, tetapi sarat dengan luka.

"Ibu, kenapa mereka benci terhadap ku?" tanyanya dengan suara pecah, suaranya mengandung ketakutan yang membuat dada Bu Rahmi terasa makin sesak.

Pertanyaan itu sederhana, tapi dalamnya seperti jurang tak berdasar jurang yang menelan seluruh harapan seorang gadis yang tak bersalah. Bu Rahmi tak langsung menjawab. Ia hanya berdiri di ambang pintu, menatap putrinya yang kini terlihat begitu rapuh.

Napasnya tercekat. Satu kalimat dari mulut Casanova saja mampu membuat jantungnya berdenyut tak karuan. Ia ingin memeluk, ingin menjawab, tapi bibirnya terasa terkunci. Ia hanya bisa berjalan pelan mendekati putrinya, menahan air mata yang hampir tumpah, lalu duduk di tepi ranjang dan menggenggam tangan Casanova yang dingin.

Air mata yang sempat tertahan akhirnya kembali mengalir di pipi Casanova.

“Bukan kamu yang salah, Nak. Dunia ini… memang kejam,” bisik Bu Rahmi lirih, suaranya penuh getir.

Jari-jarinya membelai rambut putrinya dengan penuh kasih, mencoba meredam kegelisahan meski hatinya sendiri bergejolak hebat.

“Tapi... mereka bilang aku...” ucap Casanova tercekat, suaranya patah-patah. Tubuhnya mulai bergetar, menahan tangis yang mendesak keluar. Bu Rahmi menggenggam tangannya lebih erat, seolah tak ingin putrinya hancur sendirian.

“Ssstt... abaikan mereka. Ibu di sini, Nak. Ibu tahu siapa kamu, ibu tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ibu percaya padamu. Kita akan melewati ini bersama,” bisik Bu Rahmi, suaranya bergetar namun penuh ketegasan. Tapi air matanya tak bisa lagi ia tahan.

Tangis Casanova pun pecah. Ia melingkarkan lengannya ke tubuh sang ibu, menenggelamkan wajahnya di dada wanita yang selalu menjadi tempat pulangnya. Rasa sesal menggelayut kuat di hati Casanova, andaikan saja ia mendengarkan nasihat ibunya sore itu, andaikan saja ia tak pergi ke surau... semua ini mungkin tak akan pernah terjadi.

“Bu, kalau dunia ini memang tak akan pernah adil padaku... biarkan aku membalasnya! Izinkan aku membuka kotak itu! Aku ingin menuntut balas dengan bantuannya!” ucap Casanova dengan suaranya yang meninggi, penuh luka dan putus asa. Ucapan itu membuat Bu Rahmi terhenyak. Wajahnya berubah pucat, matanya membelalak.

“Tidak!” seru Bu Rahmi. “Jangan pernah berpikir untuk membuka kotak itu! Jangan pernah membangkitkan kekuatan itu lagi, Casanova! Ingat, butuh pengorbanan besar nenekmu untuk mengurung iblis itu. Jangan kau ulangi kesalahannya!”

Nafas Bu Rahmi memburu, wajahnya tegang oleh amarah dan ketakutan.

“Meski iblis itu menjanjikan kemudahan dunia, percayalah, murka Allah jauh lebih pedih di akhirat. Jangan pernah bersekutu dengannya. Jangan, Nak... ibu mohon. Iblis bukan lah kawan kita. Nenek pun berkesan untuk tidak mengambil jalan pintas seperti kesalahan yang ia pernah lakukan. Tolong dengarkan ibu Sayang!!!! "jawab Bu Rahmi dengan suara yang nyaris memohon, kecewa karena putri yang selalu taat kini mulai terombang-ambing oleh dendam yang membakar.

Casanova yang masih duduk dalam keheningan ibadahnya, tiba-tiba terjebak dalam pusaran kenangan kelam tentang masa lalu keluarganya yang mengerikan.

Buyut Casanova, Nyi Ambar, dikenal sebagai seorang dukun sakti di kampung itu. Ia tidak sekadar mempelajari ilmu hitam ia membuat perjanjian terlarang dengan siluman ular demi mendapatkan kesaktian mandraguna yang luar biasa.

Tapi kesaktian itu tidak bisa dibawanya mati. Ia harus mewariskannya kepada putrinya ibunda Bu Rahmi seorang perempuan tegar bernama Rukmini. Namun, Rukmini menolak keras. Saat itu ia baru saja melahirkan Bu Rahmi, dan demi menyelamatkan anak yang baru dilahirkannya, ia berani bertarung nyawa dengan siluman ular yang mengerikan itu.

Dengan izin Allah, Rukmini memilih jalan tobat. Ia membuang seluruh warisan kegelapan ibunya dan berhasil menyegel iblis itu dalam sebuah pertarungan mematikan. Tapi pengorbanannya tak ringan ia harus meregang nyawa karena tertusuk sebilah bambu yang menghantam punggungnya kala itu.

Tubuhnya tergeletak bersimbah darah, namun ia berhasil mengurung iblis itu dalam pusaka kutukan: sehelai selendang milik siluman yang kini tersimpan dalam sebuah kotak tua.

Bu Rahmi, yang mewarisi penderitaan itu, beberapa kali mencoba membuang kotak terkutuk tersebut. Namun entah bagaimana, setiap kali dibuang, kotak itu selalu kembali ke rumahnya. Seolah-olah ada kekuatan gelap yang tak rela dilepaskan. Akhirnya, ia menyerah hanya bisa memperingatkan Casanova dan Kayano dengan sungguh-sungguh untuk tidak pernah membuka kotak tersebut.

Sebab jika kotak itu dibuka, dan setetes darah keturunan Rukmini darah mereka menyentuh selendang itu, maka segel kutukan akan runtuh. Iblis yang selama ini terkurung, akan bangkit kembali.

Selama ini, Casanova dan Kayano adalah anak-anak yang patuh. Mereka taat, mereka rajin beribadah, dan mereka takut akan murka Tuhan. Setelah mengetahui kisah hitam leluhurnya, mereka menjadi lebih berhati-hati. Kotak terkutuk itu pun tetap tersimpan rapi di dalam lemari milik Bu Rahmi, tak pernah disentuh, hanya menjadi bayangan gelap di sudut rumah.

Namun kini, dalam sunyi yang penuh luka dan amarah, tiba-tiba saja sebuah pikiran terlarang muncul di benak Casanova pikiran untuk membuka kotak itu… untuk bersekutu.

"Nauzu billahimin zalik… Jangan pernah berpikir seperti itu, Nak. Ibu tak akan pernah setuju!" seru Bu Rahmi dengan suara bergetar menahan marah dan takut.

"Tapi mereka harus dihukum, Bu! Mereka biadab! Bukan hanya satu orang, tapi empat! Empat pemuda, Bu! Empat!!!" teriak Casanova sambil terisak, tangisnya pecah dalam jeritan histeris.

Ucapan Casanova seketika membuat Bu Rahmi membekap mulut dengan telapak tangan. Jantungnya seolah dihantam batu besar. Tubuhnya gemetar. Ia tidak menyangka bahwa kebenaran yang selama ini disembunyikan oleh Casanova jauh lebih kelam dan memilukan.

Satu orang saja sudah cukup membuatnya hancur. Tapi kini… empat? Empat laki-laki keji telah menghancurkan hidup putrinya. Bu Rahmi merasa seolah dunia runtuh menimpanya.

Dengan pelukan erat, Bu Rahmi merangkul Casanova yang tubuhnya terguncang hebat oleh tangis. Ia usap rambut putrinya yang kusut, mencoba menyalurkan kekuatan dari hatinya yang remuk.

“Sakit, Bu…,” bisik Casanova lirih.

“Aku tahu, Nak… Ibu tahu…,” jawab Bu Rahmi pelan, menahan tangisnya sendiri. Ia harus kuat. Demi Casanova. Demi anak gadisnya yang kini terluka parah, bukan hanya fisik, tapi jiwanya.

"Ibu akan cari keadilan untukmu, Cah Ayu." ucap Bu Rahmi.

"Kamu jangan khawatir ya sayanggg... " ucapnya dengan hati yang teriris.

BERSAMBUNG...

1
Susi Santi
bgus
Susi Santi
up yg bnyak dong thor
Anyelir
hai kak aku mampir
mampir juga yuk kak ke karyaku
Wida_Ast Jcy: ok say. baiklah...tq ya sudah mampir dikaryaku. 🥰
total 1 replies
Susi Santi
plis lanjut thor
Wida_Ast Jcy: Hi... say. tq ya sudah mampir. Ok kita lanjuti ya harap sabar menunggu 🥰
total 1 replies
Wida_Ast Jcy
jangan lupa tinggal kan jejak nya yah cintaQ. TQ
Wida_Ast Jcy
Jangan lupa tinggal kan jejak nya disini ya cintaq. coment dan like
Wida_Ast Jcy: tq say.... atas komentar nya. yuk ikuti terus cerita nya. jgn lupa subscribe dan like yah. tq 😘
Nalira🌻: Aku suka gaya bahasanya... ❤
total 2 replies
Wida_Ast Jcy
Hi.... cintaQ mampir yuk dikarya terbaruku. Jangan lupa tinggal kan jejak kalian disini yah. tq
Wida_Ast Jcy
😘😘😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!