Pusaka Pedang Tabut

Demikian lah , sejak kepergian dari sang maharaja Prabhu Aria Agra Semantik dan di susul pula dengan menghilang nya pusaka kerajaan Mudragha yg merupakan piyandel kerajaan.

Jadi lah putri ayu Eka Rinjani dan kedua orang adik nya menjadi sangat sedih sekali.

Sebab mereka merasa keruntuhan kerajaan yg mereka pimpin ini di ambang mata.

" Apakah yg harus kita lakukan Yunda Rinjani ?" tanya Putri ayu Dwi Shintani pada suatu waktu kepada sang kakak.

" Entah lah Rayyi Shintani, mudah-mudahan dalam waktu dekat kita akan bisa mendapatkan kabar yg baik dari senopati Gangaran " sahut Putri ayu Eka Rinjani menjawab pertanyaan adik nya itu.

" Apakah Yunda Rinjani telah mengutus senopati Gangaran guna mencari pedang pusaka , pedang tabut itu ?" tanya Putri ayu Dwi Shintani lagi.

Ia menjadi sangat penasaran mendengar penjelasan dari sang kakak ini.

Mereka yg berada di dalam istana Mudragha ini sama mengetahui kelebihan dari senopati tangguh satu ini, sebab ia merupakan senopati kepercayaan dari Prabhu Aria Agra Semantik semasa masih berkuasa di Mudragha.

"Benar Rayi Shintani , aku telah mengutus paman senopati Gangaran untuk mencari senjata pusaka itu dan mudah-mudahan dalam waktu dekat ini kita akan mendapatkan kabar yg baik dari nya " terang Putri ayu Eka Rinjani kepada adik nya.

" Ada cara yg lain yg lebih baik lagi yunda Rinjani guna mendapatkan senjata pusaka itu " seru Putri ayu Dwi Shintani tiba-tiba.

" Hehh,.apa!, rencana apa yg kau punyai itu rayyi Shintani ?" tanya Putri ayu Dwi Shintani.

Putri ayu Dwi Shintani kemudian menjelaskan maksud nya , ia mengatakan rencana nya bahwa lebih baik mengadakan sayembara agar senjata pusaka lebih cepat di dapatkan kembali.

" Sayembara !?" seru Putri ayu Eka Rinjani kaget.

" Benar Yunda , kita adakan sayembara " sahut Putri ayu Dwi Shintani.

" Lalu apa hadiah nya bagi yg berhasil mendapatkan kembali pedang pusaka itu ?" tanya Putri ayu Eka Rinjani lagi.

" Hheh,.apa yg pantas sebagai hadiah nya !?

Kali ini Putri ayu dwi Rinjani lah yg tampak bingung.

Sambil mempermainkan jari jemari tangan nya di bawah dagu nya.

" Apa tidak sebaik nya yunda lah sebagai hadiah nya " kata nya kemudian sambil tersenyum.

" Hahh,..apa !, aku maksud mu sebagai hadiah nya , apa itu tidak terlalu keterlaluan !" seru Putri ayu Eka Rinjani sambil membelalak kan mata nya.

" Tidak Yunda Rinjani, senjata pusaka itu memang sepadan dengan diri kita sendiri, kalau yunda pernah mendengar kisah Ramanda Prabhu saat mendapatkan senjata itu, adalah sangat pantas sekali kita lah yg menjadi imbalan hadiah nya, atau yunda Rinjani mau diambil jadi selir prabhu Matunggal Malayangan yg gila perempuan itu, ih,..amit-amit " tukas Putri ayu Dwi Shintani menerangkan.

Terdiam lah Putri ayu Eka Rinjani saat mendengar penuturan dari adik nya ini, ia memang sangat mengetahui sekali kisah mengenai senjata pusaka yg menjadi piyandel kerajaan nya ini.

Dan ia pun dapat memahami bahwa dengan kehilangan senjata itu berarti alamat akan terjadi bala bencana dalam kerajaan Mudragha.

Cukup lama ia termenung sambil memandangi lantai istana itu.

" Apakah sayembara itu tidak akan menjadi bumerang terhadap kita sendiri rayyi Shintani ?" tanya Putri ayu Eka Rinjani kemudian setelah lama ia termenung.

" Maksud Yunda ?" tanya Putri ayu Dwi Shintani.

Putri ayu Eka Rinjani lalu menerangkan maksud perkataan nya , bahwa dengan mengadakan sayembara itu dapat membuat bencana sendiri karena akan di dengar oleh pihak lawan yaitu kerajaan Suraba yg ada di ujung pulau ini , tentu mereka akan segera datang menyerang sebab telah mengetahui senjata pusaka yg menjadi piyandel itu sudah tidak ada lagi di tempat nya.

" Dan bagaimana pula bila senjata itu memang berjodoh dengan prabhu Matunggal Malayangan sendiri, tentu nasib kita akan menjadi lebih parah lagi " jelas Putri ayu Eka Rinjani sambil tertunduk lesu.

" Kalau memang itu yg terjadi, mungkin itu lah takdir dan nasib kita, tetapi kalau menurutku senjata pusaka itu akan jatuh ke tangan seorang ksatria yg ber watak baik, lihat lah apa yg telah di lakukan oleh kedua orang putra patih Aria Wurut itu , kedua nya hampir tewas saat akan mengambil nya " kata putri ayu Dwi Shintani menerangkan.

Hehm, ada benar nya apa yg di katakan oleh Rayyi Shintani ini, berkata dalam hati Putri ayu Eka Rinjani.

Dan pada akhir nya ia pun menyetujui permintaan dari sang adik , segera lah ia memanggil rakryan mahamantri wredha Lang Dumadi guna membicarakan hal tersebut.

Tidak terlalu lama Rakryan Maha mantri Wrdha Lang Dumadi pun tiba dalam istana dan langsung menjura hormat kepada putri ayu Eka Rinjani dan putri ayu Dwi Shintani.

Lalu ia pun mendengar titah dari sang junjungan guna membuat pengumuman sayembara di seluruh wilayah kerajaan Mudragha ini dengan menyebutkan bahwa bagi se siapa saja yg berhasil mendapatkan kembali serta memiliki senjata pusaka pedang tabut , maka ia akan menikah dengan putri ayu Eka Rinjani dan di nobatkan sebagai raja di kerajaan Mudragha ini.

" Apakah itu tidak terlalu terburu-buru Gusti Putri ?" tanya Rakryan Maha mantri wrdha Lang Dumadi.

Salah seorang pembesar kerajaan Mudragha ini tampak terkejut dengan apa yg telah di dengar nya itu.

Dan ia merasa bahwa dengan mengadakan sayembara tersebut dapat mengancam keamanan dari kerajaan Mudragha itu sendiri.

" Tidak paman Mantri, ini telah ku pikirkan secara matang bersama Rayyi Shintani, tidak ada cara lain agar keadaan yg sulit ini dapat teratasi selain mendapatkan pedang pusaka, pedang tabut itu kembali dan hal ini lah yg paling memungkin kan untuk di lakukan agar benda itu segera dapat di temukan dalam waktu singkat " jelas Putri ayu Eka Rinjani lagi.

Rakryan Maha mantri wrdha tidak dapat membantah lagi, ia pun mengangguk kan kepala nya seraya menjura hormat,

" Sendika Gusti Putri, semua titah Gusti putri akan hamba laksanakan.

Demikian lah , dalam kerajaan Mudragha telah di sebar pengumuman bahwa bagi siapa saja yg bisa mendapatkan kembali senjata pusaka pedang tabut maka ia akan dapat menikahi putri ayu Eka Rinjani sekaligus sebagai pewaris tahta kerajaan tersebut.

Sementara itu nun jauh di sebelah timur, tampak seorang pemuda dengan pakaian lusuh nya terus saja berjalan dan kali ini ia memang sudah mendekati tepian sebuah lautan.

Debur ombak yg membahana menciut kan nyali pemuda ini yg memang mendapatkan perintah untuk menyebrangi nya.

Mata nya nanar memandangi ke kejauhan , sedangkan di kedua tangan nya tampak busur dan anak panah yg siap ia lepaskan.

Dia adalah Diwandaka, pemuda desa semenyih yg mendapatkan perintah untuk segera menyebrangi lautan ini guna menemukan nasib nya yg lebih baik.

Pemuda ini ternyata bersiap untuk membidik ikan-ikan yg ada di tepian tersebut.

Memang dalam perjalanan nya kali ini pemuda itu jarang sekali memakan yg nama nya nasi, ia lebih banyak mengganjal perut nya dengan binatang buruan.

Kali ini aku harus mendapatkan ikan yg besar , agar diri ku memiliki tenaga guna menyebrangi laut ini, Hahh,..dengan apa aku menyebrangi nya?

Berkata-kata pemuda itu dalam hati nya , ia kini memang sedang mengarahkan senjata kesayangan nya ini pada dekat.sebongkah batu besar yg tidak terlalu jauh dari nya.