Dimas, Arya, dan Steven lahir dengan keistimewaan yang sama. Sama-sama memiliki orang tua kaya raya membuat mereka bebas melakukan apa saja. Hidup mereka hanya berisi tentang bermain dan foya-foya.
Hingga suatu ketika, peristiwa yang menimpa mereka memaksa mereka untuk bersikap dewasa dan bijaksana dengan caranya masing-masing.
Elena yang terlahir cantik merasa hidupnya selalu sengsara. Hanya kakek dan neneknya yang merawatnya sejak kecil dengan tulus yang membuatnya mampu bertahan hidup.
Bagaimana mereka bertemu? Apakah setelah bertemu dengan trio tangguh hidup Elena menjadi berubah? Mari kita simak kisah mereka yang penuh warna-warni..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Rencana Investigasi
Di hari Rabu pagi, Steven mengadakan Video Call untuk Trio Tangguh.
"Dims, semalam kamu kemana sih? Mas Akash telepon kamu ga bisa-bisa, akhirnya dia telepon ke aku" Ujar Steven.
"Oh iya, semalam Handphone aku mati trus lupa di charge!" Ujar Dimas
"Emang ada apa Tev? Kayaknya penting ya?" Arya akhirnya ikut bersuara.
"Soal kasus kemarin mas Akash kayaknya udah curiga sama seseorang, tapi dia perlu bukti dan di Singapura ada kebobolan data, sepertinya ada yang sengaja mencuri informasi penting perusahaan tapi belum tahu tujuan si pencuri itu apa. Jadi mas Akash mau minta kamu Dims selidiki kasus ini"
"Jadi aku harus ke Singapura, Tev?"
"Iya"
"Kapan?"
"Besok pagi"
"Waduh, aku bukannya ga mau, tapi lagi banyak kerjaan disini. Lagipula waktunya mepet takutnya hari Sabtu belum selesai nanti aku ga bisa datang ke ultah eyang lagi! Bisa ngambek lagi deh eyang sama aku"
"Tenang Dims, aku wakilin. Itu kan emang udah tugas aku juga untuk ngewakilin kamu" Ujar Arya menimpali.
"Oh iya ya... Oke deh, tapi kabarin terus ya kalau ada apa-apa"
"Tapi... Berarti kalau belum selesai sampai hari Sabtu bisa-bisa Arya sama mas Akash ga dateng dong ke ultah Eyang? Ujar Steven.
" Kalau aku sih ga apa-apa Tev kalau ga bisa datang, tapi mas Akash yang bakalan di omelin Eyang kalau ga datang! Tapi aku akan usahain sih hari Sabtu selesai, yang penting mas Akash bisa datang" Ujar Arya.
"Oke, thanks ya'. Sampai sini dulu ya VC-nya. Aku mau siap-siap berangkat dulu, padat banget soalnya jadwal hari ini"
"Ya sama juga kali, jadwal aku juga padat hari ini. Lagian aku kan yang nelepon duluan mestinya aku yang akhiri telepon" Ujar Steven seperti merajuk.
"Cieee... Tumben Tev ngambek, biasanya Dimas. Gantian nih ceritanya!" Arya menggoda Steven sambil tertawa terbahak-bahak.
"Ish... Kamu nih ya'... Awas aja kalau ketemu nanti!" Ujar Steven yang masih pura-pura merajuk.
"Ya udah aku minta maaf deh. Sampai ketemu lagi ya, nanti aku kabarin lagi" Akhirnya malah Arya yang menutup percakapan. Setelah itu mereka melanjutkan aktivitas masing-masing.
**
Setelah tiba di kantor, Dimas langsung mengecek data calon pegawai yang kemarin di interview. Lalu ia memanggil bu Astri via intercom.
"Bu, tolong hubungi Elena dan tanya apakah hari ini dia bisa datang. Jam berapa saja boleh. Saya tunggu sampai sore ini."
"Baik, pak. Saya akan segera hubungi Elena"
Bu Astri kemudian langsung menghubungi Elena dan menyampaikan pesan dari Dimas.
"Baik Bu, Saya akan usahakan datang secepatnya. Terima kasih, bu... "
Setelah itu ia langsung berteriak kegirangan. Akhirnya ia dapat pekerjaan juga. Lalu ia memberitahu nenek dan segera bersiap untuk berangkat ke Kantor Dimas.
**
Sejam kemudian Elena tiba di kantor Dimas dan langsung menuju lantai atas ke tempat ruangan Dimas. Setelah tiba, bu Astri meminta Elena untuk masuk ke dalam.
"Selamat pagi, Pak!"
"Selamat pagi, Elena. Cepat juga ya kamu sampai sini" Ujar Dimas sambil melirik jam tangannya.
"Iya, Pak"
"Oke, saya langsung saja ya. Kamu saya terima disini sebagai sekretaris untuk menggantikan bu Astri. Nanti detailnya kamu tanya bu Astri saja. Maaf saya tidak bisa lama-lama bicara sama kamu karena hari ini jadwal saya padat sekali."
"Baik, Pak. Iya tidak apa-apa, saya mengerti. Terima kasih telah menerima saya disini. Saya pamit dulu Pak ke depan untuk menemui bu Astri."
"Baik, Elena. Selamat datang di Loekito Corp. " Dimas tersenyum sambil mengulurkan tangannya.
"Terima kasih Pak" Elena menyambut uluran tangan Dimas sambil membalas senyumnya.
Dia cakep juga kalau senyum, pasti banyak gadis yang antri pengen jadi pacarnya, ujar Elena dalam hati.
Setelah itu Elena mendapatkan pengarahan dari bu Astri sampai jam kantor selesai di sore hari.
**
Steven memandang keluar jendela dan termenung. Hari ini padahal jadwalnya juga padat seperti Dimas. Ia mendapat laporan dari asistennya kalau Aldo hari ini ada perjalanan dinas ke luar kota, tetapi setelah di selidiki ternyata ia pergi ke Singapura.
Sebenarnya Steven sudah curiga kalau Aldo adalah dalang dari pembobolan data Loekito Corp di Singapura yang di pimpin oleh mas Prakash, kakak Dimas. Tapi ia tidak bisa menuduh tanpa membeberkan bukti untuk mengadu kepada papinya. Ia berharap Arya dan mas Prakash berhasil menangkap pelaku beserta bukti-buktinya.
**
Arya bersiap-siap untuk perjalanan dinas besok pagi ke Singapura. Terdengar ketukan di pintu kamar Arya.
"Arya, lagi sibuk ga?" Ternyata ibunya yang mengetuk pintu.
"Ga terlalu kok, bu. Sebentar... " Arya kemudian beranjak untuk membukakan pintu.
"Kamu mau kemana?"
"Ke Singapura bantuin Dimas, bu."
"Ada masalah di kantor Singapura?"
"Iya, bisa di bilang begitu."
"Hati-hati, nak. Nanti kalau ayah tanya Ibu bilang apa nih?"
Ayah Arya memang belum mengetahui kalau Arya bekerja sebagai wakil direktur di perusahaan Dimas. Untuk itu ia memakai nama Ksatria, nama depannya, agar tidak ketahuan oleh ayahnya.
Karena ayah Arya akan sangat marah jika tahu. Bekerja untuk perusahaan sendiri tidak mau, tapi malah mau bekerja untuk perusahaan orang lain. Tapi sebenarnya Arya juga tidak bisa selamanya seperti itu. Suatu hari nanti ia harus bisa mengambil keputusan akan masa depannya, termasuk jujur kepada ayahnya, dan Elena.
Ah, Elena. Arya jadi ingat kalau seharusnya ia segera menceritakan yang sebenarnya kepada Elena tapi sepertinya harus tertunda sampai kasus di Singapura selesai.
"Arya... Nak... Ibu tanya kok malah bengong sih?"
"Eh... Iya maaf Bu... "
"Lagi mikirin gadis yang tempo hari kamu bawa ke butik itu ya?" Ujar Ibu Arya sambil tersenyum menggoda Arya.
"Ah ngga kok. Lagi mikirin jawaban pertanyaan Ibu tadi. Kalau ayah tanya bilang aja aku lagi jadi bolang naik gunung. Gunung apa ya? Terserah Ibu deh mau jawab ke gunung mana"
Ibunya hanya bisa geleng-geleng kepala. Arya memang sesekali suka naik gunung bersama Trio Tangguh atau kadang bersama teman-teman komunitasnya sesama pecinta alam.
"Ya sudah sini Ibu bantuin berkemas. Kamu berangkat kapan dan rencananya berapa hari?"
"Besok pagi, Bu. Kira-kira tiga hari deh. Ibu lagi ga ke butik hari ini?"
"Ngga. Ibu lagi pengen istirahat dulu hari ini. Habis semalam capek juga abis pergi sama ayah. Sampai sini aja udah jam 12 malam"
"Iya sesekali istirahat aja bu, kan di butik juga udah pada bisa handle kan? Ibu sebenarnya tinggal mengawasi aja."
"Iya habis kalau Ibu di rumah juga sering sepi. Ayah kamu sama Dita kerja, kamu juga sering pergi jarang di rumah. Jadinya Ibu ke butik aja"
"Iya, maaf Bu. Arya usahain deh sering-sering di rumah kalau lagi ga ada keperluan demi Ibu." Ujar Arya sambil mencium pipi ibunya dengan sayang.
r dan dim jgn karena ditolak trs main perempuan lg jgn ya di. justruk tu jukan padA dita lanjut up lg mks