Ketulusan Cinta Nada

"Kamu serius mau pergi ke pernikahan mereka? Gak usah ya," sekali lagi mama Sarah membujuk, sejak kemarin ia sudah melarang Nada untuk menghadiri pernikahan Farhan dan Kania namun Nada tetap saja ingin pergi membuatnya merasa kesal terlebih beberapa hari Nada kembali tinggal dirumahnya tidak pernah sekalipun Farhan datang menemui istrinya.

"Mas Farhan akan merasa malu, Ma, kalau tidak ada satupun keluarganya yang datang. Apa kata keluarga Kania nanti?" Ucap Nada, setelah selesai mengenakan hijabnya ia menghampiri mama Sarah yang duduk di tepi tempat tidur yang menatapnya dengan penuh kerisauan.

"Tapi apa kamu akan kuat menyaksikan pernikahan suami kamu sendiri dengan wanita lain? Mama aja gak sanggup bayangin nya."

"In Sha Allah aku akan kuat, Ma. Buktinya aku sudah sampai sejauh ini." Nada tersenyum.

"Mama benar-benar heran sama kamu, kenapa sih kamu gak menceraikan Farhan aja? Apa kamu tidak lelah menjalani rumah tangga yang seperti ini?"

"Sangat, aku sangat lelah, Ma. Tapi biarlah lelahku menjadi bukti bahwa rasa sabar ku kian Allah perluas."

"Tapi sampai kapan kamu akan terus begini, Nada? Farhan itu gak akan perduli sama kamu!" Mama Sarah mulai geram.

"Ya, mungkin sampai kesabaran ku lelah dengan rasa sabarnya sendiri, Ma." Nada tersenyum getir. "Aku pernah mendengar bahwasanya, Ali bin Abi Thalib RA, pernah berkata: Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kau jalani, yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit."

Mama hanya Sarah hanya bisa mengelus dada sambil menghela nafas berat mendengar ucapan Nada, tidak tahu harus berkata apa lagi untuk menyadarkan putrinya itu.

"Ya sudah kalau kamu memang mau pergi, tapi kamu perginya sama Alfan." Mama Sarah pun beranjak dari tempat duduknya, mengambil ponselnya diatas nakas lalu menghubungi keponakan dari almarhum suaminya.

"Ma, gak usah telepon Mas Alfan. Biar aku pergi sendiri aja, belum tentu juga Mas Alfan mau pergi." Nada masih ingat betul beberapa hari lalu Alfan juga memintanya berpisah dari Farhan.

"Alfan pasti akan mau kalau Mama yang suruh," ujar mama Sarah, dan setelah panggilan teleponnya terhubung dengan Alfan ia sedikit menjauh dari Nada.

Benar yang dikatakan oleh Nada bahwa Alfan juga tidak mau pergi menghadiri pernikahan Farhan dan Kania, tetapi setelah dibujuk mama Sarah akhirnya Alfan mau dan mama Sarah juga meminta keponakannya itu mengenakan kostum yang sama dengan yang dipakai oleh Nada.

Setelah panggilan teleponnya dengan Alfan terputus, mama Sarah pun kembali menghampiri dan duduk disampingnya.

"Tunggu lima belas menit lagi Alfan akan datang jemput kamu, kalian pergi bareng." Ujar Mama Sarah.

Nada pun hanya bisa mengangguk, lebih baik ia menurut daripada tidak diperbolehkan pergi.

Beberapa saat menunggu, Alfan pun akhirnya datang namun melewati dari waktu lima belas menit karena harus berurusan dulu dengan Key yang ingin ikut, dan tidak mungkin ia mengajak putrinya itu menghadiri pernikahan kedua Farhan apa yang akan dikatakannya nanti. Setelah Nada dan Farhan menikah saja Key masih tak hentinya terus mengatakan ingin menjadikan Nada sebagai bundanya.

Kedua mata Nada membulat melihat kostum yang dipakai Alfan sama dengan yang dipakainya. Ia langsung menoleh menatap mama Sarah, pasti mamanya itu yang sudah menyuruh Alfan mengenakan kostum yang sama dengannya.

"Udah gak usah lihatin Mama kayak gitu, sekarang kalian cepat pergi dan cepat juga pulang. Gak usah lama-lama disana, sebenarnya alangkah lebih baiknya kalian itu tidak usah pergi ke pernikahan itu tapi pergi jalan-jalan aja sana." Ujar mama Sarah.

Baik Alfan maupun Nada tidak ada yang menanggapi, mereka hanya saling melirik sekilas. Alfan dengan cepat mengalihkan tatapannya dari Nada, ia merasa malu karena memakai kostum yang sama, namun apalah daya ini permintaan tantenya sendiri yang tidak bisa ia tolak.

.

.

.