Menjadi wanita single parent untuk anak laki-laki yang ditemukan di depan kosnya saat kuliah dulu membuat Hanum dijauhi oleh orang-orang terdekatnya bahkan keluarganya karena mereka mengira jika anak itu adalah anak Hanum dari hasil perbuatan di luar nikah.
Hanum hanyalah sosok figuran bagi orang di sekitarnya. Terlihat namun diabaikan begitu saja oleh mereka. Walau begitu Hanum tak mempermasalahkannya karena menurutnya cukup ada anak laki-laki itu di hidupnya itu sudah cukup membuatnya bahagia.
Menjadi sosok figuran ternyata terus berlanjut di hidup Hanum saat ia memutuskan menerima permintaan menikah dengan seorang pria anak dari Dekan fakultasnya yang telah membantunya menyelesaikan studynya saat kuliah dulu.
"Bagaimana bisa Mama memintaku menikahi wanita beranak satu itu?!" Pertanyaan berupa hinaan itu terdengar oleh telinga Hanum dari pria yang berstatus sebagai calon suaminya.
Kehidupan rumah tangga yang ia harapkan dapat bahagia ternyata justru sebaliknya karena pria yang telah menjadi suaminya itu hanya menganggapnya sosok figuran yang hanya terlihat tapi tidak dianggap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa dia serius padamu?
Akhirnya satu minggu kemudian Dio membuktikan perkataannya untuk mendatangi Calista ke luar negeri dengan maksud untuk menjemputnya. Harapan Dio yang sangat besar agar Calista mau ikut pulang bersamanya dan menikah dengannya akhirnya pupus sudah karena Calista masih bersikeras tetap tinggal dan menyelesaikan studynya lebih dulu.
Dio hanya bisa memendam rasa kekecewaannya sendiri akibat penolakan kekasihnya itu untuk yang kesekian kalinya. Usahanya untuk menjemput Calista hanya berakhir percuma dan sia-sia. Karena tidak ingin menahan rasa kekesalannya lebih lama pada Calista dan melampiaskannya dengan marah-marah pada wanita itu, akhirnya Dio pun memilih segera kembali ke tanah air.
"Calista, kenapa kau sangat sulit untuk diajak menikah? Kau bahkan bisa menyelesaikan studymu itu di saat kita sudah menikah nanti." Ucap Dio merasa frustrasi.
Jika sudah begini Dio tidak tahu lagi bagaimana cara membantah perkataan mamanya yang memintanya untuk menikah. Mungkin hal yang bisa Dio lakukan hanyalah dengan mengurangi waktu untuk berjumpa dengan mamanya dan jarang menghubungi mamanya itu.
"Bagaimana?" Tanya Marvel saat mendatangi Dio ke Cafe miliknya siang itu.
"Aku gagal membawanya kembali." Jawab Dio singkat.
Marvel menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. "Masih ada waktu dua bulan lagi untuk kau berjuang membawanya kembali. Kau bisa meyakinkan dirinya jika pendidikannya masih bisa berlanjut walau kalian sudah menikah." Ucap Marvel.
"Calista tidak menerima pendapat itu. Menurutnya menikah hanya akan menghambat pendidikannya. Dia tidak mau waktunya terbagi antara mengurus keluarga dan pendidikan." Jawab Dio.
Marvel tersenyum miris. "Sungguh egois." Lirihnya.
"Apa kau berbicara sesuatu?" Tanya Dio tak begitu mendengar perkataan Marvel.
"Tidak." Jawab Marvel berbohong.
Dio mengangguk saja dan tak lagi melanjutkan pembicaraan di antara mereka. Melihat sahabatnya yang sangat frustrasi karena penolakan kekasihnya membuat Marvel ikut berfikir apakah Calista benar-benar mencintai Dio atau tidak.
"Dio, apa kau yakin jika Calista benar-benar mencintaimu?" Tanya Marvel hati-hati.
Dio sontak menatap Marvel dengan tajam. "Tentu saja dia mencintaiku. Kenapa kau bertanya seperti itu?" Ketus Dio.
Marvel mengerutkan keningnya mendengar perkataan ketus Dio. Entah mengapa ia merasa sahabatnya itu begitu menjunjung tinggi Calista hingga tak ingin Calista tersinggung sedikit pun.
"Dio, selama ini kaulah yang sering memberi nasihat padaku tentang sebuah pernikahan hingga aku akhirnya menikah dengan Windi. Tapi kali ini kenapa kau tidak bisa menasehati dirimu sendiri?" Tanya Marvel sedikit menyindir.
"Ck. Permasalahan kita berbeda dan kau tidak perlu menyindirku." Dio semakin berkata ketus.
Marvel pun memilih diam saja tak melanjutkan percakapan di antara mereka. Marvel pun akhirnya memilih berpamitan untuk kembali ke perusahaannya dari pada berdebat dengan sahabatnya yang terlalu bucin pada kekasihnya itu hingga membenarkan segala sikap kekasihnya yang sudah jelas salah.
"Dio... Dio. Kau hanya bisa menjadi penasehat terbaik untuk orang lain sedangkan kau tidak bisa menasehati dirimu sendiri." Gumam Marvel sambil melangkah meninggalkan cafe milik Dio.
Sementara Dio yang masih berdiam diri di ruangan kerjanya kini nampak meraih ponselnya yang bergetar di atas meja kerjanya.
"Waktumu tinggal dua bulan lagi. Mama akan menuntut janjimu jika dalam waktu dua bulan lagi kau tidak bisa membawa wanita itu kembali." Gumam Dio membaca pesan yang baru saja dikirim Bu Shanty padanya.
"Agh, sial!" Geram Dio tertahan.
***
tidak mudah berada di posisi Calista yang dulunya sama2 saling mencintai tapi Calista benar2 sadar Dio bukan jodohnya.
good Calista....semoga kau segera mendapatkan pengganti cintamu.