NovelToon NovelToon
Tiba-tiba Jadi Istri Rival

Tiba-tiba Jadi Istri Rival

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi / Romantis / Time Travel / Enemy to Lovers / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: zwilight

Saat membuka mata, Anala tiba-tiba menjadi seorang ibu dan istri dari Elliot—rivalnya semasa sekolah. Yang lebih mengejutkan, ia dikenal sebagai istri yang bengis, dingin, dan penuh amarah.

"Apa yang terjadi? bukannya aku baru saja lulus sekolah? kenapa tiba-tiba sudah menjadi seorang ibu?"

Ingatannya berhenti disaat ia masih berusia 18 tahun. Namun kenyataannya, saat ini ia sudah berusia 28 tahun. Artinya 10 tahun berlalu tanpa ia ingat satupun momennya.

Haruskah Anala hidup dengan melanjutkan peran lamanya sebagai istri yang dingin dan ibu yang tidak peduli pada anaknya?
atau justru memilih hidup baru dengan menjadi istri yang penyayang dan ibu yang hangat untuk Nathael?

ikuti kisah Anala, Elliot dan anak mereka Nathael dalam kisah selengkapnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zwilight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11. | Salah Paham Terus

Setelah Elliot dan Nathael kembali dari interview mendadak dengan akademi seni, suasana berubah tegang di ruang belajar yang sama seperti sebelumnya. Dua perempuan disana berdiri sambil memalingkan wajah, entah perang macam apa yang telah terjadi diantara keduanya.

Elliot memperhatikan wajah Anala dengan seksama, ia bisa sadar bahwa istrinya itu sedang dalam mode iblis. Ia menyipitkan mata lalu beralih menoleh sekilas pada Maria yang kini ekspresi wajahnya berubah lebih cerah daripada Anala.

"Kayaknya pertemuan hari ini udah cukup, El. Aku pamit pulang dulu," Maria tersenyum manis pada Elliot, ia juga mengelus rambut Nathael dengan lembut. "Sayang, Bu guru pamit dulu ya. Besok kita lanjut pelajaran berikutnya."

"Oke, Bu guru!" jawab Nathael sambil mengacungkan jempol dengan senyuman lebar.

Maria hanya melirik Anala sekilas, dia jelas tersenyum remeh dibelakang. Bagi Anala, Maria adalah perempuan yang sangat menyebalkan. Dia bahkan terang-terangan tidak bicara apapun untuk pamit, padahal ditempat ini Anala adalah Nyonya rumah.

Berasa kayak Nyonya rumah aja nih orang, padahal pemilik resminya masih disini.

Elliot makin tak mengerti, entah kenapa wajah Anala makin bete dari sebelumnya. "Kenapa sih?" tanyanya penasaran sambil fokus pada wajah lecek Anala. Pusing mengira-ngira, tak ada jawaban yang diterima.

Anala memandang Elliot dengan mata tajam, bibirnya monyong kayak bebek. Pacar kamu tuh, nyebelin! batinnya bicara.

Rasanya Anala pengen jawab dengan suara keras, tapi dia tahan karena nggak ada buktinya kalau Elliot naksir sama Maria juga. Lagipula Anala juga enggan menunjukkan sikap buruk didepan Nathael.

"Orang lagi nanya tuh di jawab, Anala." ujar Elliot lagi, dia makin tak tenang dengan sikap diam istrinya.

Wanita itu mengedikkan bahu sambil bertingkah seperti tak terjadi apa-apa. Ia buru-buru mendekat pada anaknya dan memeluk bocah kecil itu dengan erat. "Ngomong apa tadi sama orang akademi itu, sayang?"

Senyumnya lebar, tidak seperti saat ia menatap suaminya tadi. Namun bukannya suara Nathael yang terdengar, tapi malah suara Elliot yang lebih dulu memotong.

"Cuma ngomongin soal minat seni, Nael" ujar pria itu dengan wajah santai. Padahal orang nggak nanya sama dia, tapi dia malah repot-repot menjawab.

Anala mendelik kesal, wajahnya nggak santai sama sekali. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum sinis. "Aku nanya Nael, kenapa kamu yang jawab? emang sekarang panggilan kamu sayang?"

Elliot sontak tersedak air ludah sendiri. Matanya mengerjap tak percaya. "What? aku cuma jawab doang. Nggak berminat juga dipanggil sayang." wajah kesalnya nggak kalah jelek dari Anala.

"Yaudah sih, aku juga nggak niat manggil kamu sayang."

"Ya udah, sama!"

Mereka seperti balik ke masa sekolah dimana keduanya nggak pernah mau kalah. Nathael yang menyaksikan itu hanya bisa terkekeh sendirian, ia belum pernah melihat momen selucu ini dari kedua orangtuanya.

Tangan mungilnya menggapai baju Mama dan Papanya di kedua sisi, lalu berkata dengan nyaring. "Papa, Mama. jangan berantem terus, Nael capek tau ketawa mulu."

Ucapan Nathael membuat Elliot dan Anala sontak tersenyum samar, garis bibir mereka sama-sama terangkat. Elliot meraih tubuh Nathael dan menggendongnya penuh rasa sayang.

"Ya udah kalau Nael capek, Papa gendong aja deh."

Nathael hanya tertawa geli sambil berusaha untuk memberontak. "Iih Papa, Nael bukan anak kecil lagi!"

Anala hanya bisa menggigit bibirnya, entah kenapa suasana ini berhasil membuat hatinya menggelitik, seperti ratusan kupu-kupu menjalar diperutnya.

Dia nyebelin seperti biasa, tapi aneh... sekarang aku dan Elli punya anak bareng.

***

Malam menyapa dengan cepat, langit cerah berganti dengan cahaya rembulan bertabur bintang. Anala dan Elliot sudah mengganti pakaian mereka jadi pakaian piyama yang nyaman buat tidur.

Anala sedang duduk dimeja rias, mengoleskan beberapa krim pelembab diwajahnya. Matanya masih memperhatikan Elliot yang sedang memeriksa tab-nya lewat pantulan cermin wardrobe. Mulutnya gatal buat bicara.

"Elliot... Apa kamu sedang menyukai seseorang?"

Gerakan tangan Elliot refleks berhenti. Ia mengalihkan tatapan pada istrinya yang sedang duduk menghadap cermin. "Apa maksud kamu?"

Anala langsung membalikkan badan, ia tak lagi menatap cermin melainkan menatap Elliot dengan tampang serius. "Aku cuma mau tau, apa ada seseorang dihati kamu?"

"Jawab aja, nggak usah kebanyakan mikir!" lanjutnya makin menuntut jawaban.

Elliot mengernyit heran, ia mencoba mencari tahu tujuan Anala namun tak ada yang terlintas dibenaknya. Hanya satu jawaban yang terpikir olehnya.

"Ada"

Anala melotot tajam, Tangannya sempat mengepal tapi dengan cepat ia kontrol."Oh. ternyata bener." ia kembali menghadap cermin dan melanjutkan kegiatannya. "Sip deh, makasih infonya."

"Sebenarnya apa sih yang kamu mau, kenapa tiba-tiba nanyain hal aneh kayak gitu?" Elliot makin penasaran, tapi Anala tak berniat untuk menjawab dengan benar.

"Nggak apa-apa." jawabnya singkat.

Wanita itu sudah selesai dengan kegiatannya, lalu hendak naik ke tempat tidur. Tak sekalipun ia menoleh ke arah Elliot lagi, matanya dibuat fokus ke benda lain selain Elliot. Dan itu membuat Elliot makin tak bisa tinggal diam.

Elliot menghela napas kasar lalu menyudahi kegiatannya dengan tab itu. Ia meletakkan benda itu disisi nakas lalu ikut berbaring disebelah Anala. Perempuan itu tidur sambil memunggunginya, dan itu membuat Elliot makin tak senang.

"Anala!" panggil Elliot sekali, begitu dia duduk ditempat tidur. Namun tak ada jawaban yang diperoleh. Ia memanggil lagi kali ini hanya dengan satu kata sorakan. "Hei! Ada apa sebenarnya?"

Bukannya memutar tubuh supaya menghadap Elliot, Anala malah bicara dengan nada malas. "Nggak ada apa-apa, aku cuma merasa nggak enak badan."

Tangan Elliot terulur memegang bahu Anala, bicaranya makin panik. "Ayo ke dokter."

"Nggak perlu, aku baik-baik aja. Cuma agak pusing aja."

Pria itu mengeram kesal, ia melepas tangannya dari tubuh Anala. Tapi pikirannya makin bercabang. "Ya makanya kita periksa ke dokter dulu."

Anala refleks naik tensi. Ia membalikkan badan lalu bicara dengan nada agak tinggi. "Aku udah bilang enggak! denger nggak sih! aku cuma butuh istirahat, Elliot!"

Elliot menggeleng tak percaya, reaksi macam apa yang ditunjukkan oleh istrinya itu. "Kenapa malah marah? kamu sebenci itu aku perhatikan?"

Anala terkesiap, ia baru menyadari bahwa suaranya meninggi didepan Elliot. Nafasnya tercekat begitu matanya beradu dengan tatapan Elliot yang nyalang menahan amarah. "Aku—"

Elliot bangkit dari tidurnya lalu memandang Anala penuh amarah. "Terserah kamu deh. Apa perlu aku bawa pria bajingan itu kesini supaya kamu mau diobati?"

Sontak Anala makin kalang kabut, bukan itu yang dia maksud. "Tunggu, apa yang kamu bicarakan?"

"Udah lah aku capek!" Pria itu turun dari tempat tidur dan berdiri tergesa. Ia seperti menyiapkan langkah mantap untuk keluar dari sana.

Namun tangan Anala menahannya. "Elliot!"

"Hei, kamu mau kemana?" ujarnya lagi sambil terus memegang tangan Elliot, meski pria itu nampak tak suka.

Elliot menatap tangannya yang dipegang oleh Anala, lalu beralih pada matanya yang kebingungan. "Lepaskan Anala!"

Wanita itu menatapnya dengan getir, ia menggeleng pelan seperti tak percaya. "Apa sih, kamu mau ninggalin aku sendirian dikamar ini?"

Elliot tersenyum sarkas, matanya tajam menatap Anala. "Ya terus kamu maunya gimana? perlu aku panggil Yohane atau bahkan kamu mau ku anterin ke tempat dia?"

Plak!

Satu tamparan keras melayang dipipi Elliot. Anala bisa merasakan tangannya kebas setelah melayangkan pukulan itu pada suaminya. Pria itu tertunduk saat tangan Anala menamparnya. Tapi bukannya marah, dia malah memandangi Anala seperti seseorang yang penuh luka lebam.

Nafas Anala bergemuruh, ia merasa tersinggung saat suaminya terus membawa pria lain dalam percakapan mereka. Matanya perlahan berair namun belum menetes. "Kamu berani ngerendahin istri kamu kayak gitu?"

"Lalu kamu pikir aku harus apa, Anala?" suaranya terdengar tanpa tenaga, seperti orang yang lelah dan nyaris putus asa.

"Kenapa ka—"

Elliot mengangkat tangannya perlahan lalu memegang kedua bahu Anala dengan rasa yang campur aduk. Ia meneguk ludah dengan kasar, tatapannya bergetar. "Kamu marah waktu aku larang kamu buat berhubungan sama Yohane, tapi sekarang bahkan kamu juga marah ketika aku dengan lapang hati menerima semua yang kamu mau. Sebenarnya seberapa benci kamu mempertahankan hubungan kita?"

"Aku nggak membenci rumah tangga kita sedikitpun, Elliot."

Namun Elliot memotong jawaban dengan cepat. "Lalu kenapa tiba-tiba kamu marah?"

"Aku nggak marah!"

Elliot frustasi lagi. Ia menggusak rambutnya dengan kasar, "Terus apa namanya? kamu mendadak bilang nggak enak badan waktu aku mau baring. Padahal aku nggak minta apapun dari kamu?"

"Tunggu, kamu salah paham."

"Apanya yang salah paham? kamu pikir aku nggak bisa bedain mana orang yang kesal mana yang enggak?"

"Iya aku kesal tapi bukan karena yang kamu pikirkan."

"Terus kenapa?"

Anala terdiam membisu, pertanyaan itu sulit untuk dijawab. Ia tak mau ketahuan sedang cemburu, ia tak mau Elliot lagi-lagi mengungkit soal kesalahannya dengan Yohane.

Sambil tertunduk lesu, ia membuka mulut dengan suara pelan. "Bukan apa-apa."

Lagi, jawaban Anala membuat Elliot mendesah kesal. "Astaga, kamu benar-benar bikin aku frustasi. Haruskah kita pisah ranjang juga mulai sekarang?"

Deg...

Anala bisa merasakan degupan jantungnya berdebar kencang. Persis saat ucapan itu keluar dari mulut Elliot, tubuhnya mendingin. Nafasnya memburu hebat, layaknya orang yang sesak nafas.

Perlahan ia mengangkat pandangan dan mengepalkan tangannya kuat-kuat. Amarahnya sudah memuncak, tak dapat ditahan lagi. "Stop bicara omong kosong Elliot sialan!"

Kakinya terus melangkah mendekat pada Elliot, membawa pria itu terus mundur menuju pintu yang tertutup. Jarinya menunjuk wajah Elliot dengan tegas, kali ini Elliot harus diberi paham.

"Kamu nggak paham apa masalahnya, kamu cuma bisa nyalahin aku." katanya penuh emosi, suaranya bahkan bergetar.

"Asal kamu tau, aku kesal bukan karena kamu mau baring di sebelahku. Aku kesal karena kamu terang-terangan menjawab bahwa kamu sedang mencintai seseorang dihati kamu!"

Tepat setelah itu mata Elliot membulat, ia tak percaya pada apa yang keluar dari mulut istrinya yang aneh. "Anala, kamu—"

Anala sudah membawa Elliot ke tepi dinding hingga mustahil untuk mundur. Tangannya mengungkung kuat, mengunci agar Elliot tak kabur ketika diceramahi. "Aku tau, aku emang nggak punya hak buat marah disaat aku juga pernah melakukan hal yang sama, tapi tetap aja rasanya menyebalkan. Rasanya sesak membayangkan ada orang lain yang dipanggil Mama sama Nael."

Matanya yang tegas dan penuh amarah, perlahan melunak berganti menjadi tatapan sendu yang takut akan kehilangan. Bibirnya mewek, dan air matanya perlahan luruh. "Aku nggak mau bayangin itu, Elliot. Aku takut."

Tangannya yang mengungkung Elliot di dinding mendadak pindah menutupi wajahnya. Ia tak mau terlihat menangis, ia tak mau dikatakan perempuan yang bertingkah seenaknya.

Elliot masih menegang dengan suasana yang tak biasa. Matanya masih membulat memperhatikan tingkah Anala yang menangis didepannya. Perlahan matanya melebar, berganti jadi binaran yang bercahaya.

Ia memegang kedua tangan Anala yang menutupi wajahnya, lalu mendekap wanita itu dalam pelukan hangatnya. "Dasar bodoh!"

Anala hanya menurut, tidak berontak. Ia melingkarkan tangannya dipinggang Elliot tanpa mengangkat pandangan. "Aku tau, aku emang wanita bodoh."

Elliot tersenyum lalu menambahi ucapannya. "Kamu benar-benar bodoh."

Anehnya, Anala tak marah. Dia setuju dikatakan bodoh. Satu hal yang terpikir olehnya adalah, Nael memanggil wanita itu dengan panggilan yang sama dengannya. "Aku nggak mau ada orang lain yang jadi Mamanya Nael."

"Nggak akan ada selain kamu." jawab Elliot cepat tanpa berpikir.

Namun Anala tak mungkin percaya secepat itu, ia terus mendekap disana namun ucapannya terus membantah. "Bohong!"

Elliot memejamkan matanya, membiarkan tubuhnya didekap habis oleh Anala. Kamu nggak tau sedalam apa selama ini aku mencintai kamu?"

1
Mayuza🍊
semoga nanti author dan readers dapat suami kayak Elliot yaa😭
__NathalyLg
Aduh, abis baca ini pengen kencan sama tokoh di cerita deh. 😂😂
Mayuza🍊: mana bener lg 😔
total 1 replies
Ahmad Fahri
Terpana😍
Mayuza🍊: haii kaa makasih banyak supportnya ya🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!