NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Di Era 70-an: Takdir Peran Pendukung Perempuan

Reinkarnasi Di Era 70-an: Takdir Peran Pendukung Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Menjadi NPC
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: YukiLuffy

Zhao Liyun, seorang pekerja kantoran modern yang gemar membaca novel, tiba-tiba menyeberang masuk ke dalam buku favoritnya. Alih-alih menjadi tokoh utama yang penuh cahaya dan keberuntungan, ia malah terjebak sebagai karakter pendukung wanita cannon fodder yang hidupnya singkat dan penuh penderitaan.

Di dunia 1970-an yang keras—era kerja kolektif, distribusi kupon pangan, dan tradisi patriarki—Liyun menyadari satu hal: ia tidak ingin mati mengenaskan seperti dalam buku asli. Dengan kecerdikan dan pengetahuan modern, ia bertekad untuk mengubah takdir, membangun hidup yang lebih baik, sekaligus menolong orang-orang di sekitarnya tanpa menyinggung jalannya tokoh utama.

Namun semakin lama, jalan cerita bergeser dari plot asli. Tokoh-tokoh yang tadinya hanya figuran mulai bersinar, dan nasib cinta serta keluarga Liyun menjadi sesuatu yang tak pernah dituliskan oleh penulis aslinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YukiLuffy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 Bahaya Sungai

Salju masih menutupi Desa Qinghe. Lapisan putih tebal menutupi atap jerami, jalan tanah, dan ladang yang biasanya gersang. Suara langkah kaki teredam di atas salju, hanya terdengar gesekan pakaian dan napas yang membentuk uap di udara dingin.

Zhao Liyun berjalan hati-hati, membawa ember berisi air untuk ladang kecil di halaman belakang rumahnya. Salju yang menempel di tanah membuat setiap langkah licin, dan ia harus terus menyeimbangkan diri agar tidak terjatuh. Hatinya masih waspada. Musim dingin ini adalah ujian terberatnya—bukan hanya untuk bertahan hidup, tapi untuk mengubah nasib yang sudah tertulis dalam novel lama.

Di pagi itu, kepala desa mengumumkan bahwa pekerjaan kolektif hari ini akan difokuskan di sepanjang tepi sungai. Saluran air harus diperiksa, batu-batu penghalang diperkuat, dan pohon-pohon yang rebah harus dipotong.

Zhao Liyun menelan ludah. Sungai… tempat yang dalam naskah asli menjadi titik akhir tragisnya. Ia harus menghindari sungai sama sekali.

Saat berjalan menuju ladangnya, ia melihat Lin Xiaomei, tokoh utama wanita, berjalan ke arah sungai. Gadis itu masih polos dan cantik, tampak begitu berbeda di antara lapisan salju yang dingin. Senyumnya membuat hati Liyun tersentuh, tapi juga membuatnya cemas. Sesuai naskah, Xiaomei akan menjadi pusat perhatian Chen Weiguo di tempat ini.

“Kalau ia jatuh… apakah aku harus ikut campur?” pikir Liyun panik. Ia tidak ingin terlalu terlibat, tapi nyawa manusia bukan main-main.

Zhao Liyun memutuskan untuk mengawasi dari jauh, bersembunyi di balik pohon kecil di tepian ladang. Ia menengok Wu Shengli yang sedang membantu beberapa anak membawa kayu bakar. Pemuda itu tampak tenang, tapi matanya tajam, selalu memperhatikan keadaan sekitar.

Liyun merasa sedikit lega. Jika sesuatu terjadi, Shengli mungkin akan bergerak lebih cepat daripada Chen Weiguo, yang masih tampak terfokus pada tugasnya sendiri di sungai.

Ia menahan napas, menatap Xiaomei yang semakin dekat ke tepi sungai. Batu-batu licin dan air dingin yang mengalir deras membuat langkah gadis itu semakin berbahaya.

Saat Lin Xiaomei menapaki batu besar di tepi sungai, ia terpeleset. Tubuhnya kehilangan keseimbangan, tangan yang seharusnya menahan di bebatuan malah tergelincir. Hatinya berdebar, dan sebelum ia sempat berteriak, tubuhnya hampir jatuh ke air yang dingin dan deras.

Zhao Liyun menelan ludah. Sesuai naskah, Chen Weiguo seharusnya hadir untuk menyelamatkan Xiaomei, memperkuat romansa mereka. Sedangkan ketika tubuh aslinya jatuh ke sungai tidak ada yang memperhatikan, dia mati tenggelam.

Tapi kini, Chen Weiguo tampak beberapa langkah di belakang, kakinya terhenti karena batu licin. Ia mencoba bergerak, tapi terlalu lambat.

Dalam sekejap, Wu Shengli melompat. Tanpa berpikir panjang, ia meraih tangan Xiaomei dan menariknya ke tepi dengan kekuatan penuh. Batu-batu berserakan di sekitar mereka, tapi Shengli berhasil menjaga keseimbangan. Xiaomei terjaga, tubuhnya gemetar karena ketakutan dan dingin.

“Shengli… kau…?” kata Xiaomei dengan napas terengah, matanya membesar.

Wu Shengli hanya menatapnya, dia pikir yang jatuh adalah Zhao Liyun jadi tanpa sadar dia bergerak masuk ke sungai menyelamatkan. Dan tidak tahu kalo yang jatuh adalah Lin Xiaomei. Sebelumnya ketika kepala desa bilang mereka akan bekerja di tepi sungai entah bagaimana dia punya firasat buruk jadi dia mencari tempat Zhao Liyun, ingin memastikan bahwa dia aman.

Wu Shengli dengan wajah serius tapi tenang. “Kau harus lebih hati-hati. Sungai ini berbahaya.”

Zhao Liyun menahan napas, jantungnya berdebar. Plot asli bergeser secara dramatis. Wu Shengli, figuran dalam novel, kini menjadi penyelamat, sementara Chen Weiguo yang seharusnya menjadi pahlawan terhenti di belakang.

Chen Weiguo menatap Shengli dan Xiaomei, wajahnya memerah bukan karena marah, tapi karena rasa bersalah dan malu. “Aku… aku terlambat,” gumamnya pelan, suaranya hampir tak terdengar oleh siapa pun kecuali Liyun.

Liyun menelan ludah, hatinya campur aduk. Ia tahu konsekuensi kecil ini akan memengaruhi alur cerita dan hubungan karakter. Chen Weiguo, yang seharusnya pusat perhatian Xiaomei, kini mulai kehilangan kontrol. Xiaomei terlihat kagum pada Shengli, bukan pada Chen.

Ia menunduk di balik pepohonan, diam-diam merasakan ketegangan yang luar biasa. Semua tindakan kecilnya—mengawasi dari jauh, tidak ikut campur—telah mengubah nasib bukan hanya dirinya, tapi juga karakter lain.

Setelah Xiaomei aman, Wu Shengli membantu gadis itu kembali ke ladang. Zhao Liyun mengikuti dari jarak aman, memastikan semuanya berjalan lancar. Ketika Shengli menoleh sebentar dan melihat Liyun di balik pepohonan, matanya seolah memberi kode: semua baik-baik saja.

Wu Shengli melihat Zhao Liyun yang baik-baik saja hatinya yang sedaritadi gelisah mulai tenang.

Liyun tersenyum tipis, hatinya hangat. Kehadiran Shengli hari ini bukan sekadar fisik, tapi juga emosional. Ia menyadari, perlindungan ini bukan kebetulan. Shengli benar-benar peduli padanya, bahkan ketika ia berada di titik tersudutkan oleh alur cerita.

Ia menepuk dada pelan. “Aku harus belajar lebih banyak dari Shengli. Jika ia bisa bersikap tegas tapi tenang, aku juga bisa. Aku harus lebih licik, lebih berhati-hati.”

Malam harinya, Liyun duduk di kamarnya, menatap salju yang masih menutupi desa. Hatinya campur aduk. Ia tahu, tindakan Shengli hari ini bisa mengubah romansa yang sudah tertulis. Xiaomei kini akan memiliki pandangan baru tentang pemuda desa yang sebelumnya dianggap figuran.

Liyun juga berpikir tentang Chen Weiguo. Ia seharusnya menjadi tokoh utama pria yang menyelamatkan Xiaomei. Kini, ia terseret ke belakang, dan jalur romansa yang seharusnya terjadi menjadi berbeda.

“Jika aku terus mempengaruhi jalannya cerita, apa nasibku sendiri akan semakin aman, atau malah semakin berbahaya?” gumamnya.

Pikiran itu membuatnya gelisah. Setiap langkah, setiap keputusan, bahkan setiap pengamatan diam-diam, kini menjadi faktor penentu. Ia sadar: nasibnya tidak lagi linear.

Keesokan harinya, Wu Shengli kembali muncul di ladang Liyun. Tanpa bicara panjang, ia membantu menyiapkan saluran air kecil untuk sayuran yang ditanam Liyun di halaman belakang. Tubuhnya kuat, tangannya cekatan, dan ia bekerja tanpa pamrih.

“Aku mulai paham,” kata Liyun sambil memindahkan beberapa batu kecil. “Kau bukan hanya menyelamatkan Xiaomei kemarin, tapi juga memastikan aku tetap aman dari masalah di sungai.”

Shengli menoleh sebentar. “Aku hanya melakukan apa yang benar.”

Liyun tersenyum tipis. Ada ketenangan yang ia rasakan, bahkan di tengah musim dingin yang keras. Kehadiran Shengli menjadi jangkar bagi emosinya, membuatnya lebih fokus pada strategi bertahan hidup daripada panik menghadapi alur cerita.

Salju semakin menebal, dan malam menjelang lebih cepat. Zhao Liyun duduk di kamarnya, memeluk kantong gandum dan sayuran kecil. Ia menatap langit gelap yang diterangi cahaya bintang.

“Setiap tindakan kecil… setiap pilihan… benar-benar mengubah nasib,” gumamnya. “Jika aku ingin hidup, aku harus tetap waspada. Tapi aku juga harus belajar memanfaatkan perubahan ini. Shengli… mungkin kau lebih dari sekadar figuran. Dan aku… aku bisa menjadi gadis yang menulis nasibnya sendiri.”

Lampu minyak berkelip di kamar sempitnya, menyoroti wajah penuh tekad. Di luar, salju menutupi dunia dengan dingin, tapi di dalam hati Liyun, ada kehangatan yang lahir dari kesadaran bahwa ia kini mengendalikan nasibnya sendiri, dan mungkin, bisa mengubah jalan cerita lebih dari yang pernah ia bayangkan.

1
Lala Kusumah
pengen hajar tuh si madam 😡😡😡👊👊👊
Lina Hibanika
heh 😒 dah numpang belagu lagi 😡
Lina Hibanika
hadir dan menyimak
Fauziah Daud
trusemangattt...
Fauziah Daud
trusemangattt... lanjuttt
Dewiendahsetiowati
Zhao Liyun gak punya jari emas ya thor
YukiLuffy: ngga kak
total 1 replies
Dewiendahsetiowati
hadir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!