NovelToon NovelToon
Bahagia Untuk Kanaya

Bahagia Untuk Kanaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Mengubah Takdir / Keluarga
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Jeju Oranye

Kisah seorang gadis bernama Kanaya, yang baru mengetahui jika dirinya bukanlah anak kandung di keluarga nya saat umurnya yang ke- 13 tahun, kehadiran Aria-- sang anak kandung telah memporak-porandakan segalanya yang ia anggap rumah. Bisakah ia mendapatkan kebahagiaannya kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BUK- 11 : Kebaikan mbak Ratmi

Kanaya mengepalkan tangannya yang berada di samping tubuh, bola matanya bergetar menatap berang ke arah mereka, tapi ia tak melakukan apapun sampai mobil yang di kendarai langsung oleh Rayyan itu mulai beranjak pergi meninggalkan pekarangan rumah dengan suara mesin yang menggeram.

Kepulan asap dari knalpot mobil menyapu wajah Kanaya, seolah menyiratkan bahwa Rayyan sengaja melakukan itu. ia hanya mampu menghela napas panjang, sambil menyentuh pelan dadanya dan begitu ia berbalik, tak jauh dari nya terlihat Jendra yang saat ini sedang berada di atas motor sport kesayangan nya. Sepertinya pemuda itu juga baru hendak berangkat ke sekolah.

Tatapan Kanaya yang penuh kekesalan tak luput dari perhatian Jendra, ia mendengus sinis dan membentak. "Kenapa? sekarang lo mau minta tumpangan sama gue? "

"Kalau bisa. Karena saat ini sudah sangat telat untuk berangkat ke sekolah, " ujar Kanaya, tapi terlihat santai sebab dia sudah bisa menebak apa yang akan di katakan laki-laki itu selanjutnya.

"Cih, sekarang dia mau numpang, setelah semalam berani menamparku? " pikirnya Jendra dengan sebal.

"Masih punya muka lo minta tumpangan sama gue? " ujarnya kepada Kanaya dengan sarkas.

Kanaya menggertakkan giginya, tak membalas ucapan pemuda itu sampai akhirnya Jendra melihat Santi-- anak perempuannya bi Aty, asisten rumah tangga di sini.

Santi juga baru mau berangkat sekolah setelah membantu ibunya di dapur. FYI, semua asisten rumah tangga di sini di berikan ruangan semacam mess untuk tidur semisal tak sempat pulang ke rumah atau sengaja ingin menginap, Messnya tak jauh dari kediaman rumah utama.

"Hoi, Santi. " panggil Jendra kemudian pada gadis berkulit sawo matang itu.

Santi yang langsung merasa Terpanggil seketika menoleh. "Kenapa tuan muda? "

"Kau... mau berangkat bareng dengan ku? " tawar Jendra, suaranya datar namun memiliki makna yang dalam. Sejenak suasana di sekitar menjadi hening. Santi mulai menatap Kanaya yang diam tanpa berkata apa- apa, di sudut hatinya ia merasa tak enak tapi tak bisa di pungkiri ajakan dari Jendra membuat hatinya berdebar.

"Eeeh... beneran tuan muda? tapi bagaimana dengan non Kanaya? "

"Aku cuma memberi mu pilihan, ya atau tidak? enggak usah merasa enggak enak dengan nya, lagian dia juga enggak penting, " sahut Jendra dengan ketus.

Lantas tanpa berpikir dua kali lagi, Santi pun mengangguk. Kapan lagi bisa di bonceng oleh anak majikannya, apa lagi sejak awal datang ke sini bersama ibunya, Santi sudah langsung jatuh hati pada Jendra, karena sifatnya yang dingin dan misterius, menurutnya.

Santi kemudian berlalu begitu saja melewati Kanaya dengan wajah yang sumringah. Kanaya hanya meliriknya sekilas lalu membuang napas pelan. Jendra menarik sebelah sudut bibirnya ketika melihat raut wajah Kanaya yang berubah. Ia merasa menang kali ini.

Tanpa peduli dengan perasaan Kanaya, Santi dengan santainya menaiki motor gede milik Jendra, bahkan pemuda itu membukakan footstep motor untuk Santi membuat gadis itu seketika salah tingkah.

Setelah menaiki jok belakang, Jendra kemudian menyalakan mesin motornya lalu melaju dengan penuh percaya diri. Sebelum pergi, Jendra sempat melirik ke arah Kanaya yang masih berdiri di tempatnya, lalu dengan gaya angkuh, ia melewati Kanaya dan memperlihatkan Santi yang di bonceng di belakang nya.

Kanaya hanya bisa menatap mereka berdua dengan tangan terkepal erat. Bibirnya masih mengatup rapat namun matanya mulai memanas.

"Sebenarnya apa kesalahan ku pada mereka? " Keluh Kanaya dengan bergumam pelan, dia setengah merunduk sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. Namun tak ada air mata yang keluar di sana, karena ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menangis lagi.

Tak berapa lama kemudian, kepanikan kembali menyerangnya ketika di lihatnya jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul setengah tujuh.

"Bagaimana ini? kalau pun aku berjalan pasti tak akan sampai tepat waktu! " Ujarnya, berlalu lalang panik seperti setrikaan.

Sampai tiba-tiba saja dari arah belakang suara yang terdengar familiar memanggil- manggil namanya, memecah kekalutan.

"Non, non kanaya! "

Kanaya sontak menoleh, matanya melebar Ketika mendapati mbak Ratmi berlari- lari menghampiri ke arahnya dengan membawa sebuah sepeda.

"Mbok Ratmi! " pekik Kanaya, kaget.

Wanita yang memasuki usia tiga puluhan itu datang mendekatinya dengan napas ngos- ngosan. Kanaya kaget sekaligus terheran- heran melihat wanita itu yang saat ini sedang mengatur napas nya.

"Non, cepat pakai sepeda ini! saya tahu non telat! " ujar wanita itu dengan cepat menyodorkan sepeda yang dia bawa kepada Kanaya, sepertinya dia sangat tahu apa yang sedang dialami Kanaya saat ini.

"Dari mana mbak Ratmi mendapatkan sepeda ini? "

"Mbak minjam dari art rumah sebelah, non. Ayo cepat, nanti non telat! " ujarnya dengan sedikit mendesak.

Meski sedikit bingung Kanaya akhirnya mengangguk cepat dan menerima sepeda berwarna merah itu.

"Baik, mbak. Terimakasih ya mbak! " ucap Kanaya, merasa hatinya menghangat, ia tak menyangka malah mendapatkan bantuan dari seseorang yang bahkan bukan siapa- siapanya.

Mbak Ratmi mengangguk, tersenyum tipis tapi matanya berkaca- kaca samar, menyaksikan gadis itu yang perlahan menjauh dengan sepeda di tangan, Mbak Ratmi merasa sangat kasihan sebab sejak Kanaya berdiri di sini ia juga sudah berada di belakang gadis itu sejak tadi, melihat bagaimana perlakuan dari para kakak- kakaknya kepada gadis itu.

"Non semoga kamu baik- baik saja ya. " gumam Mbak Ratmi sambil menyeka ujung matanya.

Kanaya akhirnya sampai ke sekolah barunya. Tapi mau sekeras apapun ia mengayuh sepeda dia tetap tak bisa menghindari keterlambatannya datang ke sekolah.

SMA pelita harapan bangsa akan menjadi rumah barunya untuk menuntut ilmu. Ketika ia sampai, gerbang sudah akan di tutup oleh satpam penjaga sekolah.

Kanaya yang masih mengatur napasnya segera berlari menghampiri, meninggalkan sepeda nya di luar gerbang.

"Pak tunggu pak! " teriaknya membuat satpam seketika berhenti dari gerakannya yang hendak menutup gerbang.

"Hei, kau siapa? " tanya satpam itu, terlihat bingung karena kanaya masih memakai seragam sekolah lamanya.

"Saya anak baru pak. Anak pindahan, " jawab kanaya sambil menenangkan degup jantung nya yang seperti marathon karena berlari tadi.

"Oh, telat? " tebak satpam itu, tepat sasaran karena setelah nya kanaya mengangguk cepat.

Dengan wajah yang berubah judes satpam itupun membuka kan gerbang untuk kanaya. "Untung belum saya tutup sepenuhnya, " kata satpam itu dengan ketus. "Ayo masuk. "

Tak menyahut lagi, kanaya pun segera masuk ke dalam lingkungan sekolah, ia masih bisa melihat bagaimana satpam itu melirik sinis ke arah nya.

"Masih anak baru tapi udah telat aja, anak muda jaman sekarang, mentang- mentang orang tuanya kaya, bisa seenaknya saja di sekolah ini. " Cibirnya dan masih bisa di dengar jelas oleh kanaya, tapi karena tak ingin mencari ribut dan dia pun sudah telat untuk menghadiri upacara di hari senin, kanaya lebih memilih mengabaikan nya.

****

1
Keyraaleyababy Keyraaleya
lanjut dong thoor bagus ceritanya
Aiyaa writer
Keren
Dancingpoem
❤❤❤❤❤
nonoyy
astaga keluar dari mulut singa, masuk ke mulut buaya sunguh malang nasibmu naya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!