Alaric Sagara, tiba tiba hidup nya berubah setelah istri yang di cintainya pergi untuk selama lamanya karena malahirkan bayi mereka ke dunia.
Kepergian sang istri menyisakan trauma mendalam di diri Aric, pria yang semula hangat telah berubah menjadi dingin melebihi dingin nya salju di kutub utara..
Faza Aqila, sepupu mendiang sang istri sekaligus teman semasa kuliah Aric dulu kini statusnya berubah menjadi istri Aric setelah 3tahun pria itu menduda. Faza telah diam diam menaruh cinta pada Aric sejak mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah.
Bagaimana kehidupan pernikahan mereka dan akankah Faza mampu membuka hati Aric kembali...
Happy Reading 💜
Enjoy ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratu_halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 11
Dalam perjalanan menuju kantor polisi, Faza dan Mila terlibat obrolan yang sangat serius.
"Kenapa harus lukisan itu yang di curi ?" Tanya Faza yang terlihat sangat frustasi.
Mila yang duduk di samping Faza pun merasakan hal yang sama dengan Boss nya. Mila heran, dari sekian banyak lukisan, kenapa harus lukisan itu yang di ambil oleh pencurinya. Padahal lukisan itu di panjang di tempat yang tidak terekspose. Letak nya di samping dekat pintu gudang..
"S-saya juga tidak tau, bu.. Maaf kalau saya lancang dan terlalu berlebihan menebak, tapi saya merasa ini bukan kasus pencurian biasa. Ini pasti ulahnya orang suruhan dari Tuan Ramon. Sepanjang pengetahuan saya, Tuan Ramon sangat berambisi ingin mendapatkan lukisan itu, bu.."
Faza terdiam. Tebakan Mila sama dengan apa yang ada di pikirannya. Lukisan itu bukanlah lukisan biasa. Tapi lukisan dari karya tangan seorang pelukis terkenal Italia. Harganya pun sangat Fantastis. Faza mendapatkan nya di sebuah acara pelelangan.
Sebenarnya bukan Faza yang membeli lukisan itu, namun Faza mewakili seorang pengusaha terkenal yang memintanya untuk mendapatkan lukisan tersebut. Kebetulan pengusaha kaya raya itu pun sangat menyukai karya seni rupa dua dimensi.
Faza tak menyahuti lagi obrolan Mila. Faza sedang mencoba tenang demi menjaga keselamatan dirinya dan sang staf kepercayaan.
Sesampainya di kantor polisi, Faza dan para pegawainya termasuk seorang security mulai bergiliran memberikan keterangan. Sebelumnya Faza meminta pada pihak kepolisian untuk tidak menyebarkan kasus ini ke media. Faza berharap kasus ini bisa di selesaikan dengan senyap.
Bukan tanpa alasan, Faza sungguh sangat takut untuk menghadapi client nya. Jika harus mengganti kerugian, Faza pun tak akan sanggup sebab dia tak punya uang sebanyak itu.
Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam ketika Faza dan para stafnya selesai memberikan keterangan.
Sebelum berpisah, Faza memberikan uang pada para stafnya tersebut untuk ongkos pulang.
"Terimakasih, Bu.."
"Hati hati di jalan.."
kata mereka serempak..
Mobil Faza pun meninggalkan kantor kepolisian.
Baru beberapa meter mobil itu berjalan, Faza langsung menepikan kendaraan itu lagi. Perempuan itu tak sanggup mengemudikan mobilnya lagi. Tubuhnya lelah, pikiran nya terus di penuhi dengan ketakutan.
Hiks..Hiks...
Tiba-tiba terdengar suara isakan dari Faza. Dia menangis.
"Bagaimana ini.... Hiks..Hiks.." Faza menjambak rambut nya sendiri. Frustasi.
Hampir 2 jam Faza berdiam di dalam mobil. Tak tau harus meminta bantuan pada siapa, Faza merasa buntu.
Jika harus bicara jujur pada client nya, Faza yakin client itu akan menuntut Faza atas kelalaian nya. Belum lagi di tambah dengan ganti rugi. Tapi sungguh rasanya bisa gila jika masalah ini tidak cepat di selesaikan..
Tak ada pilihan, untuk sekarang Faza tetap harus pulang dulu. Mengistirahatkan tubuhnya agar nanti bisa kembali berpikir jernih hingga akhirnya bisa menemukan solusi.
Sesampainya di rumah sang mertua, Faza melihat mobil Aric terparkir sempurna disana. Tapi untuk saat ini, Faza tak lagi memperdulikan nya.
Faza pun masuk ke dalam rumah dengan gontai.
"Ya ampun, FAZA! Kamu dari mana ?" Langkah Faza terhenti saat di ruang tamu sudah ada tiga orang yang sepertinya sengaja menunggu dia pulang. Mama Dian, Papa Surya dan Alaric..
Mama Dian langsung menghampiri, memeriksa keadaan Faza. Sementara Papa Surya dan Aric masih berdiri di depan sofa yang tadi mereka duduki..
"M-maaf, mah.." ucap Faza sambil menyembunyikan wajah nya.
"Mata kamu sembab. Kamu habis menangis ?" tanya Mama Dian yang sepertinya langsung tau saat melihat kantung mata Faza..
Faza memalingkan wajah, "Ngga, kok, mah.. Faza cuma lagi ngantuk kayanya.."
"Kenapa nomor mu tidak aktif ?"
Kali ini yang bertanya bukan lagi mama dian, melainkan suami nya, Alaric.
"Benarkah ?" Faza langsung merogoh tasnya, mengambil hapenya dari dalam tas bahu nya tersebut.
"Maaf, sepertinya hape ku kehabisan daya." Jawab Faza sambil menunjukkan ponsel nya yang berlayar gelap..
"Maaf, mah, pah. Faza ke kamar dulu.." Pamit Faza yang tak ingin semakin berlama-lama berada di sana.
"Aric, kamu menginap saja disini. Ini sudah malam." Tiba tiba saja mama dian menyarankan Aric untuk menginap.
"Oh, Mas Aric mau tidur disini. em, yasudah, Faza tidur di kamar tamu saja, mah.."
"Loh loh loh.. Kok, dikamar tamu ? Kalian kan masih suami istri, kenapa mau pisah kamar segala ?" Mama Dian langsung protes.
"Maaf, mah. Faza lagi banyak masalah. Faza ingin tidur sendiri malam ini." Sambar Faza dengan cepat. Namun, bukan Aric namanya jika harus kalah atas ucapan Faza. Aric justru langsung menarik tangan Faza dan membawa perempuan itu naik ke lantai dua menuju kamar..
"MAS! KAMU APA-APAAN, SIH?" bentak Faza yang marah dan langsung menghempaskan tangan Aric dari tangan nya...
"Duduk!" pinta Aric dengan suara rendah.
Faza yang sudah lelah akhirnya menuruti saja perintah Aric. Perempuan itu duduk di sisi ranjang.
Perlahan Aric membungkuk lalu bertumpu pada kedua lututnya. Faza hanya diam. Namun tanpa di duga, tangan Aric terulur ke arah sepatu yang di pakai Faza.
"Aku bisa sendiri, Mas.." Ucap Faza yang langsung menarik kaki nya saat merasakan Aric sepertinya sedang membuka tali simpul sepatu kets yang Faza pakai hari ini..
"Sssttt..." Kata Aric tak mau di ganggu..
Sampai kedua kaki Faza polos, Aric pun segera meletakkan sepatu kets tersebut ke sudut kamar.
"Aku sudah menyiapkan air hangat. Kamu mandi dulu saja." Ujar Aric lagi
"Mas, aku mau tidur di kamar tamu. Aku nggak mau tidur satu kamar sama kamu." Tegas Faza
Aric hanya diam. Sementara Faza segera mengambil baju gantinya untuk di bawa ke kamar tamu.
Saat Faza hendak keluar kamar, Aric menahan tangan Faza.
"Ini sudah malam, aku tidak mau berdebat. Tidur di sini saja. Aku akan tidur di sofa."
Pada akhirnya Faza kembali mengalah, dia pun langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Saat keluar dari kamar, Faza melihat ponselnya sudah berada di atas nakas dalam posisi mengisi daya. Sementara Aric, laki laki itu terlihat sibuk dengan laptopnya.
"Sejak kemarin aku lihat-lihat, Mas Aric terlalu lancang. Mengeluarkan ponsel ku dari dalam tas seperti pencuri.."
Ucapan Faza berhasil membuat Aric mengangkat kepalanya. Dengan wajah dingin Aric hanya menatap Faza tanpa membela diri..
"Aku harap hal ini tidak terjadi lagi! Semua barangku adalah privasi ku. Semoga Mas masih ingat dengan kalimat itu!!" Faza mencabut kabel chargernya dengan kasar. Faza lalu berjalan ke balkon kamar.
"Sudah hampir tengah malam. Jangan keluar!" Dengan nada lembut Aric melarang Faza membuka jendela balkon, akses yang memisahkan balkon dan kamar.
"Istirahatlah. Besok pagi aku ingin bicara dengan mu!"
"Kenapa harus besok pagi ?" tanya Faza dengan nada menantang. Sungguh Faza tak berniat bersikap berlebihan seperti ini, namun tubuhnya yang lelah serta pikiran nya yang sedang semeraut, Faza merasa dengan adanya Aric di kamar itu, Faza memiliki pelampiasan..
Aric bangun dari duduknya. Kemudian berjalan mendekat ke arah Faza..
Saat sudah berada di hadapan Faza, Aric langsung mengusap kepala Faza dengan lembut.
Faza seolah terhipnotis oleh kelembutan perilaku Aric, hingga tanpa sadar kini Faza sudah ada di atas tempat tidur.
Aric menarik selimut sampai batas dada Faza.
"Kamu terlihat sangat lelah. Entah apa yang terjadi padamu hari ini, tapi untuk sekarang kamu harus tidur. Pejamkan matamu untuk sesaat, berikan waktu pada tubuhmu untuk beristirahat."