Ini bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang pengkhianatan tak berujung, tentang pengorbanan dan harapan yang gagal untuk dikabulkan.
Angelika Sinnata. Cantik, anggun, berparas sempurna. Sayangnya, tidak dengan hatinya. Kehidupan mewah yang ia miliki membuat dirinya lupa tentang siapa dirinya. Memiliki suami tampan, kaya dan penuh cinta nyatanya tak cukup untuk membuat Angelika puas. Hingga ia memilih mengkhianati suaminya sendiri dengan segala cara.
Angelina Lineeta. Cantik dan mempesona dengan kesempurnaan hati, sayangnya kehidupan yang ia miliki tidaklah sesempurna Angelika.
Pertemuan kembali antara keduanya yang ternyata adalah saudara kembar yang terpisah justru membuat Angelina terjebak dalam lingkaran pernikahan Angelika.
Apa yang Angelika rencanakan? Dan mengapa?
Lalu, apa yang akan terjadi dengan nasib pernikahan Angelika bersama suaminya? Akankah tetap bertahan?
Ikuti kisah mereka...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Kesepakatan.
"Aku bersedia pulang... aku bahkan akan membiayai pengobatan ibumu sampai ibumu sembuh di rumah sakit terbaik, asalkan..."
Angelika menggantung kalimatnya sejenak, netranya tak lepas dari wajah Angelina dengan rencana yang sudah tersusun rapi dalam benaknya.
"Kamu mengantikan posisiku."
Kalimat yang baru saja diucapkan oleh Angelika terdengar begitu datar, tetapi terasa bagaikan petir yang menyambar di pagi hari bagi Angelina yang segera bangun dari duduknya.
"APA?!"
Angelina membawa langkahnya mendekat pada Angelika, memberikan ekspresi keberatan yang teramat jelas.
Bagaikan berdiri di depan sebuah cermin, Angelina menatap saudara kembarnya. Wajah keduanya tampak sama, hanya penampilan mereka berdua saja yang berbeda. Jika Angelina memiliki wajah tanpa riasan dengan penampilan sederhana, berbanding terbalik dangan Angelika yang memilki wajah cantik dengan surai coklat yang sangat indah terawat.
Angelika Sinnata, nama yang saudara kembarnya sebutkan saat mereka berdua kembali dipertemukan. Entah apa alasan Angelika membuang nama belakang keluarganya sendiri, Angelina tidak tahu. Tetapi, satu hal yang pasti adalah, Angelika memang benar saudara kembarnya yang terpisah belasan tahun lalu. Wajah sama serta tanda lahir yang Angelika miliki sama persis dengan yang Angelina miliki adalah bukti yang tidak bisa dibantah.
"Kau tidak tuli bukan?" Angelika berkata sinis, segera membentang jarak seakan Angelina tidak pantas berada di dekatnya hanya karena penampilan sederhana Angelina.
"Aku ingin kau menggantikan poisisiku, menjalani kehidupan seperti yang biasa aku lakukan" ujar Angelika santai.
"Rumah mewah, kendaraan mewah, dan kehidupan yang tentu saja tidak pernah kamu nikmati. Kamu hanya perlu berpura-pura menjadi aku selama aku menikmati waktuku sendiri tanpa siapapun," tambahnya.
Angelina menggeleng pelan, menolak permintaan yang terasa mustahil untuk Angelina lakukan.
"Aku tidak tertarik dengan kehidupan mewahmu, aku hanya memintamu untuk pulang, Angelika. Sebentar saja, Ibu sangat merindukanmu dan ingin melihatmu," ucap Angelina memohon.
"Ibu... sedang sakit, permintaan ibu hanya satu, Ibu sangat ingin melihatmu."
"Kau pikir aku peduli?" Angelika berdecih sinis seraya mendudukkan tubuhnya di sofa, menyilangkan kaki, menatap benci pada saudara kembarnya dengan kedua tangan terlipat.
"Dia ibumu, bukan ibuku."
"ANGELIKA!" sentak Angelina tidak terima, kedua tanganya terkepal.
"Jangan membentak padaku!" tekan Angelika tidak suka.
"Ibumu sudah membuangku, apa kau lupa? Dan sekarang kau datang setelah sekian lama hanya untuk memintaku pulang ketika wanita tua itu sakit? Yang benar saja."
"Kamu tahu jelas Ibu tidak mungkin melakukan itu," bela Angelina menurunkan intonasi suaranya, berusaha meredam emosi yang hampir mengusai hatinya.
Hatinya tenggelam melihat Angelika masih berpikir jika kecelakaan yang membuat Angelika hanyut di sungai adalah tindakan sengaja sang ibu untuk mengusir Angelika.
Belasan tahun lalu, saat mereka masih kecil, sebuah kecelakaan menimpa mobil yang mereka tumpangi dalam perjalanan pulang usai mengunjungi taman hiburan sesuai yang diminta Angelika. Mobil itu kehilangan kendali dan terjun ke sungai berarus deras setelah menghantam pembatas jalan. Saat itu, ibu mereka berhasil menarik Angelina agar berpegangan pada tubuhnya. Namun, saat ia akan menjangkau Angelika, badan mobil yang sebelumnya sempat tertahan di sungai itu hanyut membawa serta Angelika yang hampir berhasil sang ibu selamatkan.
Sejak saat itu, sang ibu berubah menjadi pendiam. Meski sang ibu tetap bekerja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sebagai orang tua tunggal, tidak ada lagi keceriaan yang terlukis di wajah sang ibu seperti ketika Angelika masih ada di antara mereka.
Sering kali saat sang ibu sakit, Ibu terus memanggil nama Angelika. Upaya Angelina berpura-pura menjadi Angelika pun selalu berakhir gagal karena sang ibu segera mengenali dirinya dalam hitungan detik.
Seburuk apapun Angelika bersikap terhadap sang ibu, nyatanya tidak membuat kasih sayang sang ibu pada Angelika memudar. Sikap kasar serta suka memerintah yang kerap Angelika lakukan padanya termasuk pada ibu mereka tidak membuat sang ibu berhenti berusaha untuk mengabulkan apapun yang Angelika minta. Dan kecelakaan itu meninggalkan luka kehilangan yang begitu mendalam bagi sang ibu.
Sejak saat itu jugalah Angelina berusaha untuk membantu sang ibu dengan bekerja sebagai penjaga pantai saat usianya mulai memasuki remaja setelah melewati pelatihan keras. Meninggalkan rumah selama beberapa hari karena tuntutan pekerjaan pun Angelina lakukan. Ia bahkan menggunakan pekerjaannya untuk mencari keberadaan saudara kembarnya dengan bertanya pada para pengunjung pantai adakah yang pernah melihat dirinya di tempat lain.
Hingga suatu ketika, saat ia sedang bekerja, salah satu dari pengunjung pantai berkata merasa familiar dengan wajahnya, namun merasa tidak yakin karena perbedaan penampilan. Tepat di hari itu jugalah saat Angelina pulang, sang ibu mengatakan dengan yakin bahwa Angelika masih hidup. Sang ibu selalu menolak untuk percaya bahwa Angelika sudah tiada setelah pencarian bertahun-tahun tidak membuahkan hasil. Firasatnya tetap mengatakan bahwa putrinya masih hidup.
Dan di sinilah Angelina berada sekarang. Takdir mempertemukan mereka hingga kini Angelina berhadapan dengan saudara kembar yang ia cari.
Namun, sebanyak apapun ia menjelaskan tentang apa yang terjadi, Angelika tetap menutup telinga serta hatinya, menolak untuk percaya.
"Aku bersedia pulang sebentar, tapi dengan syarat kamu menggantikan posisiku," Angelika mengulang syarat yang ia ajukan atas permintaan Angelina.
"Tapi itu tidak mungkin, aku tidak bisa melakukannya," tolak Angelina.
"Lalu, untuk apa kau masih di sini? Pergilah! Seumur hidupku, aku tidak akan pulang. Apalagi hanya untuk menemui ibumu," jawab Angelika tanpa beban.
Angelina melangkah maju, bersimpuh di depan Angelika sembari menggenggam kedua tangan saudara kembarnya itu.
"Aku mohon, Angelika. Satu kali saja. Aku hanya meminta padamu untuk pulang satu kali saja, setelah itu aku tidak akan pernah mengganggumu lagi," pinta Angelina kembali memohon.
"Satu kali saja, aku akan melakukan apa saja selama kamu mau pulang sebentar, tapi tidak dengan menipu orang lain," lanjutnya.
"Ya atau tidak sama sekali, pilihlah," ujar Angelika tanpa rasa iba, tangannya bahkan segera menepis kasar gangan Angelina yang menggenggam tangannya.
Angelina terdiam dalam waktu lama, menimang-nimang syarat yang Angelika ajukan sangat bertentangan dengan hatinya. Tetapi, bayangan sang ibu yang terbaring lemah memenuhi pikirannya. Permintaan yang sang ibu minta menggema di gendang telinganya.
Bawalah saudara kembarmu pulang, bawa putri Ibu kembali.
"Berapa... lama?" Angelina bertanya lirih, menundukkan kepala.
"Tidak ada batas waktu. Kamu akan pergi setelah aku yang memintamu pergi," jawab Angelika.
Angelina memejamkan mata sejenak.
"Aku... Setuju," jawab Angelina pada akhirnya.
"Bagus," Angelika bangun dari duduknya, berdiri tepat di depan Angelika.
"Untuk saat ini, tetaplah di kamar ini dan jangan pergi meninggalkan hotel. Kita akan pulang dalam tiga hari kedepan."
"Dan..." Angelika menelisik penampilan Angelina dari atas sampai bawah.
"Kau perlu mengubah penampilanmu, dan aku akan mengajarkannya nanti."
Angelika berlalu begitu saja melewati Angelina yang masih terpaku di tempatnya berdiri, tetapi segera berbalik saat tangan Angelika menyentuh knop pintu.
"Tapi, bagaimana jika mereka yang berada di sekitarmu curiga?" tanya Angelina.
Angelika tersenyum tanpa berbalik. "Soal itu, aku yang akan mengurusnya."
"Kamu mau kemana?" Angelina bertanya lagi, mencoba untuk menahan Angelika pergi.
"Bersenang-senang," Angelika menjawab. "Jika kau lapar, kamu bisa memesan makanan. Anggaplah itu sebagai kesepakatan yang kau buat denganku," lanjutnya kemudian.
Blam!
Angelina masih terpaku di tempatnya saat pintu kamar itu menutup. Angelina tidak sadar, ada hal yang belum Angelika ungkapkan tentang kesepakatan yang sudah mereka buat, hal yang akan membuat Angelina terjebak dalam permainan Angelika dan akan mengubah kehidupan Angelina selamanya.
. . . .
. . ..
To be continued...