Berliana dan Exsel dulunya adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Sebuah insiden terjadi, hingga muncul kesalahpahaman diantara mereka.
Masing-masing saling membenci dan mengelak rasa sayang yang masih sama meskipun 5 tahun telah berlalu.
Dengan status dan kekuasaan Exsel, sangat sulit bagi Berliana untuk bisa lepas dari genggaman Exsel.
“Bagiku tak ada kata kembali! kaca yang pecah tak akan bisa memantulkan bayangan seperti semula.” ~Berliana
“Rasanya sulit melepaskan wanita itu, sekalipun dia yang salah. Kenapa?” ~Exsel
Jadi sebenarnya siapa yang salah? dan siapa yang benar?
Hingga perlahan-lahan kebenaran mulai terungkap, kesalahpahaman pun mulai terpecahkan. Hingga pada akhirnya menunjukkan Berliana tidak bersalah. Lalu bagaimana cara Exsel menebus kesalahpahaman itu pada sosok Berliana yang masih dicintainya?
Dan bagaimanakah sikap Berliana yang akan membalas ketidakadilan yang ia terima pada musuh-musuhnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ArumSF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Exsel Bernard Permata
“Kakak”
“Kak”
“Kakak!!” Kesal suara seorang remaja. Ia merasa jengah karena ini ketiga kalinya memanggil sang kakak tapi terus saja diabaikan. Tahu jika sengaja di abaikan oleh kakaknya, gadis itu pun langsung mengambil buku yang sedang di pegang kakaknya, lalu melemparkannya begitu saja.
“Kak!, kamu mengabaikan Anira,” ucapnya dengan nada mencebik karena kesal. Ia duduk di pangkuan laki-laki yang ia panggil kakak.
“Ada apa?” Meski terdengar datar, tapi tak bisa di pungkiri jika tatapan yang di berikan laki-laki itu sedikit lembut dan penuh kasih sayang.
“Mengapa Kakak mengabaikan aku?, apa karena Kak Chelsea jadi kakak kayak gini sama aku.” Nada suaranya sangat kentara jika dia tidak menyukai wanita yang bernama Chelsea.
“Anira!, kamu sudah besar. Berdiri dan jangan duduk di pangkuan kakakmu lagi seperti anak kecil.” Lelaki berkata dengan nada sedikit kesal karena stress dengan sikap manja adiknya.
“Kak Exsel!. Aku baru 16 tahun jadi masih kecil.” Meski tidak rela, tapi wanita yang bernama Anira itu tetap berdiri dari pangkuan Sang kakak.
“Kenapa Kakak mau sama orang kayak kak Chelsea. Dia itu nggak baik!” Anira Biaswa, wanita remaja yang terlihat labil itu sangat tidak menyukai tunangan dari kakaknya.
“Anira.” Satu kata yang terdengar mengancam, hingga Anira mau tak mau menjadi bungkam. Ia takut dengan kemarahan kakaknya.
“Kak Exsel jahat!, padahal Kak Chelsea itu jelek tau. Kenapa mau sih sama dia.” Sebenarnya wanita yang bernama Chelsea itu cantik, bahkan sangat cantik. Ia merupakan salah satu model internasional di Y.
“Anira!” Lagi-lagi Exsel hanya berkata dengan nada mengancam.
“Arfan” Panggil Exsel.
Tak lama setelahnya, datang seseorang yang di panggil. “Iya tuan, ada yang perlu di bantu?” Arfan, ia asisten Exsel yang terkenal ramah, saking ramahnya mungkin jika ada orang tidur akan ia tanya.
“Antar Anira pulang.”
“Loh, bukannya bagus Tuan. Kalau ada nona Anira suasananya akan lebih terasa.” Arfan orang yang sedikit blak-blakan, tapi meski begitu, tidak pernah hilang rasa hormatnya pada Exsel.
“Tuh, Kak Arfan aja suka kalau Anira datang ke sini. Kenapa Kakak kayak gitu sih.” Anira lalu memanyunkan bibirnya, seolah ia merasa sangat tersinggung oleh ucapan kakaknya yang seakan mengusir dirinya.
Masih dengan memasang wajah yang terlihat kesal. Anira bertambah kesal saat melihat seseorang yang tidak pernah ia sukai datang dan memasuki ruangan yang sama dengannya berada.
“Hai Sayang, apa kabar.” Chelsea, ia dengan akrab langsung menyapa tunangannya. Meski tidak ada kontak fisik lebih selain pelukan sepihak dari wanita itu, itu tidak lain karena Exsel tak suka berkontak fisik dengan siapapun, kecuali jika itu dengan Anira dan seseorang di masa lalunya.
“Kita jadi 'kan beli persiapan untuk pernikahan kita nanti?” tanya Chelsea terdengar bersemangat. Tak dapat dipungkiri jika Chelsea terlihat sangat senang, bahkan senyum terlihat mengembang di bibirnya.
Setelah usahanya selama 5 tahun untuk bisa mendapatkan Exsel. Akhirnya Chelsea berada di satu langkah menuju keinginannya.
“Huh, padahal pernikahannya itu masih lama. Tapi masa secepat itu persiapannya.” Terdengar nada menyindir dari Anira.
“Nggak apa-apa, setidaknya jika ada persiapan dari awal itu lebih baik.” Meski nada Chelsea terdengar lembut, dengan senyum yang mengembangkan di bibirnya. Tapi, tersirat makna lain dari ucapannya.
Melihat itu, Anira hanya mengulang kata-kata itu tanpa suara, seolah ia sedang meledek. Tatapannya hanya dilayangkan pada kuku jarinya yang sedikit panjang.
“Duh, kayaknya sudah waktunya buat gunting kuku nih,” kata Anira yang sengaja di keraskan, nada acuh dapat di dengar oleh mereka yang ada di ruangan itu.
Anira memang sangat tidak menyukai sosok Chelsea. Menurutnya, kebaikan Chelsea itu palsu. Ia selalu merasa jika Chelsea tidak lebih dari seorang rubah yang sedang menyembunyikan ekornya. Entahlah, Anira hanya merasa seperti itu tentang Chelsea.
“Chelsea, kamu pulang lebih dulu. Untuk acara nanti malam, biar Arfan yang menyiapkan semua yang kamu perlukan.” Walau ingin menolak, tapi Chelsea hanya mengangguk. Ia tanpa di duga mencium pipi Exsel sekilas, lalu tersenyum sesaat pada Anira.
“Aku pulang ya Sayang.” Tanpa berkata apapun, Chelsea pulang begitu saja dengan di sertai senyuman penuh kemenangan di wajahnya.
“Kak!” Anira merasa kesal melihat hal itu, ia tidak cemburu pada kakak kandungnya. Hanya saja, ia kini seolah sedang menjaga kakaknya untuk seseorang..., entahlah siapa itu.
“Dasar rubah!!” Teriak Anira kesal dan langsung bungkam begitu melihat tatapan sang kakak.
Exsel merilekskan wajahnya yang sempat merasa kesal dengan perlakuan Chelsea, ia mengambil tisu dan mengusap wajahnya dengan kasar.
“Arfan, ambil handuk yang telah di beri air.”
Dengan patuh Arfan keluar untuk mengambil apa yang di minta oleh Exsel.
...*****...
Memasuki apartemen miliknya, Berliana telah di sambut oleh asisten sekaligus manajernya. “Dari mana saja?”
Sekalipun wajah Sinta terlihat judes pada siapapun. Tapi ia yang paling tulus pada Berliana. Karena dia juga yang telah bersama dengan Berliana selama sepuluh tahun. Sejak usia 14 tahun Berliana sudah terjun di dunia modelling.
Bahkan saat titik terendah dalam hidup Berliana hanya Sinta yang Berliana punya. Keluarganya enggan dan telah memutuskan hubungan dengan Berliana 5 tahun yang lalu.
Walau wajah Sinta terkenal judes dan tidak mudah untuk di dekati, tapi nyatanya Sinta adalah orang yang memiliki rasa simpati dan kasih sayang tinggi.
“Ada beberapa hal yang harus aku urus.” Terkesan cuek, tapi Sinta tahu jika Berliana saat ini sedang berusaha menyembunyikan sesuatu darinya.
Dulu, saat Sinta baru menjadi asisten Berliana, Berliana yang masih remaja bahkan lebih acuh dan sangat datar padanya. Berkata pun hanya seperlunya, bahkan mungkin dalam satu bulan hanya berkata tidak lebih dari sepuluh kalimat pendek. Tapi, Seiring berjalannya waktu, Berliana cukup sering berbicara dengan Sinta walau hanya beberapa patah kata.
Dan akhirnya Sinta tahu dengan sendirinya mengapa sikap Berliana seperti itu. Mengenai identitas pasti keluarganya Berliana, Sinta belum mengetahui dengan jelas. Hanya saja Sinta yakin jika Berliana berasa dari keluarga berada.
Dan semenjak kejadian 5 tahun lalu. Sikap Berliana yang awalnya sudah mulai mencair dan mulai akrab dengannya, menjadi kembali acuh dan dingin seperti sebelumnya.
“Sudah makan?.”
“Aku tadi mampir ke sebuah restoran sebelum pulang.”
Berliana terus saja berjalan, ia tidak memperhatikan jika Sinta mengikuti langkahnya dari belakang. “Apa kamu nangis?” tanpa di duga Sinta berkata seperti itu. Langkah Berliana Sontak terhenti sejenak.
“Tidak.” Masih dengan acuh Berliana menjawab, ia lalu melanjutkan kembali langkahnya dan langsung memasuki kamarnya. “Aku tidak akan ikut makan malam.” Berliana berkata sebelum pintu ia tutup.
Sinta hanya menghela nafas pasrah. “Sebenarnya apa yang harus kamu sembunyikan dariku yang sudah seperti Kakak kamu sendiri.” Sinta sedih dan tidak mengerti, kadang ada kalanya ia ingin mengetahui tentang Berliana lebih dalam.
Kejadian 5 tahun yang membuat Berliana kembali dingin. Sinta ingin mendengar itu juga secara langsung dengan jelas dari Berliana.
Tapi, sayangnya Berliana seolah menjaga jarak dengan siapapun. Berliana seolah selalu memasang dinding tak terlihat, yang terasa kuat dan tidak bisa di hancurkan. Siapapun yang ingin mendekati dan mengenalnya saat ini, kini seolah terhalang oleh dinding tidak terlihat itu.
*****
Jangan lupa like dan votenya ya.
Mohon dukungannya sekalian share ke temen-temen lainnya.
Terima kasih.