NovelToon NovelToon
Heavenly Body, Broken Trust!

Heavenly Body, Broken Trust!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Romansa / Ahli Bela Diri Kuno / Fantasi Wanita
Popularitas:740
Nilai: 5
Nama Author: kimlauyun45

Banxue tidak pernah meminta kekuatan—apalagi anugerah terkutuk berupa Tubuh Surgawi—kekuatan kuno yang diburu oleh sekte-sekte suci dan klan iblis sekaligus. Ketika masa lalunya dihancurkan oleh pengkhianatan dan masa depannya terancam oleh rahasia, ia memilih jalan sunyi dan pedang.

Dalam pelarian, dikelilingi oleh teman-teman yang tak sepenuhnya bisa ia percaya, Banxue memasuki Sekte Pedang Azura… hanya untuk menyadari bahwa kepercayaan, sekali retak, bisa berubah menjadi senjata yang lebih tajam dari pedang manapun.

Di tengah ujian mematikan, perasaan yang tak diucap, dan badai takdir yang semakin mendekat, Banxue harus memilih: berjuang sendirian—atau membiarkan seseorang cukup dekat untuk mengkhianatinya lagi?

Di dunia di mana kekuatan menentukan nilai diri, sejauh apa ia akan melangkah untuk merebut takdirnya sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kimlauyun45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kedekatan dan kepercayaan mulai terjalin

Menjelang sepertiga malam, Fengyu dan Banxue perlahan membuka mata setelah beberapa jam meditasi. Nafas mereka kini lebih teratur, tubuh mereka sudah terasa ringan meski kelelahan masih membekas.

“Wayne, beristirahatlah. Sekarang giliran kami yang berjaga,” ucap Banxue, nada suaranya terdengar datar, hampir sinis.

Wayne tersenyum tipis. “Terima kasih sudah repot-repot menggantikanku. Aku memang agak lelah. Selamat malam.”

Baru beberapa menit setelah berbaring, Wayne sudah terlelap, napasnya terdengar lembut dalam kesunyian gua.

Fengyu melirik Banxue. “Xuer, kau terlalu sinis pada orang lain. Apa kau tak takut dikutuk?”

“Dikutuk?” Banxue mendengus pelan. “Kutukan itu hanya berlaku kalau kita punya hubungan dekat. Kita bahkan tak mengenal mereka, Feng.”

“Memang… Tapi orang yang merasa disakiti, bahkan tanpa kedekatan, bisa meninggalkan luka yang dalam. Kutukan mereka kadang jauh lebih membekas, Xuer.”

Banxue menghela napas, menepis rambut dari wajahnya. “Iya, iya... Aku akan coba bersikap baik. Puas?”

Fengyu tertawa kecil, lalu meliriknya dengan tatapan menggoda. “Tapi, hei... Wayne cukup tampan. Tidak tertarik?”

Banxue mendecak. “Jangan konyol. Apa kau lupa tujuan kita ke tempat ini? Aku tak butuh hubungan yang hanya jadi kelemahan. Semua pria yang kutolak, tampan semua.”

“Kau itu perempuan. Tak baik berkata seperti itu. Apa kau ingin hidup selamanya sendiri dan kesepian?”

Banxue menyilangkan tangan, lalu menoleh ke arah lain. “Kalau itu lebih sederhana, kenapa tidak? Hubungan seperti itu hanya bikin pusing.”

Fengyu menatap langit-langit gua, kelelahan tergambar jelas di wajahnya. “Ya sudah... terserah kau saja.”

“Kau mengantuk, ya?” tanya Banxue, suaranya lebih lembut dari biasanya.

“Sedikit. Tapi aku masih bisa berjaga. Aku tidak mau meninggalkanmu sendirian.”

Seketika Banxue diam. Ia menatap api unggun yang nyaris padam, lalu berkata pelan, “Fengyu... Kau tahu kenapa aku tidak mau menjalin hubungan seperti itu?”

Fengyu menoleh serius. “Kau tidak pernah menjelaskan. Tapi aku tahu alasanmu menolak pria-pria itu... selalu terdengar dibuat-buat.”

Banxue menggigit bibir bawahnya. “Aku memang tidak bisa memberitahumu... atau siapa pun.”

Fengyu menahan helaan napas. “Apakah itu karena ancaman seseorang? Atau hal lain? Kau bisa jujur padaku.”

“Aku ingin menjelaskannya... sungguh. Tapi aku tidak bisa,” ucap Banxue lirih, tatapannya murung menembus kegelapan.

Fengyu menghela napas. “Baiklah. Kalau kau belum siap, aku tidak akan memaksa. Kau boleh menyimpannya sendiri.”

“Aku lelah... Boleh aku tidur lebih dulu?” tanyanya pelan, matanya mulai berat.

“Tidurlah. Lagi pula, sebentar lagi fajar,” jawab Fengyu lembut. “Nanti aku akan bergantian dengan yang lain.”

Banxue pun memejamkan matanya. Tak lama, napasnya berubah menjadi lembut dan tenang.

Fengyu tetap duduk, menjaga api unggun kecil yang tersisa. Ia menatap ke arah Banxue sambil bergumam dalam hati.

"Aku tahu kau menyimpan sesuatu, Xuer. Sesuatu yang tak sanggup kau ucapkan. Kau bukan tak tertarik pada siapa pun. Aku ingat saat kau menolak Anyu... malam itu kau menangis diam-diam di balik pintu kamarmu. Suaramu memang pelan... tapi aku mendengarnya."

---

Beberapa waktu kemudian, Linrue perlahan terbangun. Ia melihat Fengyu masih terjaga, duduk sendiri.

“Kau belum tidur?” tanyanya pelan.

Fengyu menoleh dan tersenyum kecil. “Masih berjaga. Apa kau mau bergantian?”

“Tentu saja,” jawab Linrue sambil meregangkan badan.

“Terima kasih…” ucap Fengyu, lalu pelan-pelan membaringkan tubuhnya di sisi api unggun.

Linrue duduk sambil memeluk lutut, memandangi sisa bara unggun. Beberapa saat kemudian, perutnya berbunyi lirih.

“Ah... aku lapar...” gerutunya pelan. Ia mengelus perut, lalu melirik sekeliling. “Tapi semua orang masih tidur. Aku tidak bisa meninggalkan mereka.”

Ia bangkit perlahan, lalu mendekati Wayne yang masih tertidur.

“Kak Wayne... bangun. Ayo bangun sebentar,” bisiknya sambil menggoyang bahu pria itu.

Wayne mengerjap pelan. “Hm...? Ada apa, Linrue?”

“Aku lapar. Mau cari makanan keluar sebentar. Bisa kau gantikan berjaga?”

Wayne mengangguk pelan. “Pergilah, tapi jangan terlalu jauh. Dan jangan terlalu lama.”

“Tenang... Aku ngerti,” jawab Linrue, lalu berbalik dan melangkah keluar gua, menyelinap di antara embun dini hari.

1
Daisy
Keren banget sih cerita ini! Baca sampe subuh aja masih seru.
Winifred
Wow! 😲
Axelle Farandzio
Bahasanya halus banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!