Setelah enam tahun menjalani hubungan jarak jauh, Raka dan Viola kembali dipertemukan. Namun cinta tak selalu berjalan mulus, mereka harus menghadapi tantangan dan rintangan yang menguji kekuatan cinta mereka.
Apakah cinta mereka akan tetap kuat dan bertahan, ataukah jarak akan kembali memisahkan mereka selamanya?
"Nggak ada yang berubah. Love only for you, Viola. Hanya kamu..." ~Raka.
🍁🍁🍁
Novel ini merupakan Sequel dari novel yang berjudul 'Sumpah, I Love You'. Selamat menyimak dan jangan lupa tinggalkan jejak. 😇😇😇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 : LOFY
Viola melangkah masuk ke dalam gedung kantor dengan percaya diri, merasa lebih segar dan lebih siap menghadapi hari ini setelah berbicara dengan Amel semalam. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Dian sedang menunggu di depan lift bersama dua orang staf yang lain. Segera dia menghampiri sahabatnya itu dan memegangi pergelangan tangannya.
"Dian, gue perlu bicara sama Lo tentang sesuatu," ucap Viola dengan nada yang serius.
Dian terlihat sedikit terkejut dengan tindakan Viola yang tiba-tiba menarik tangannya, tapi dia mengikuti Viola ke tempat yang lebih sepi. "Ada apaan sih, Vi? Kok muka Lo kelihatannya serius banget," tanya Dian sambil memperhatikan ekspresi wajah Viola.
Viola menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Maksud Lo apa, Di, cerita soal hubungan gue sama Raka ke Tiara? Ini tuh privasi gue, harusnya Lo nggak usah cerita sampai sedetail itu ke dia."
"Ya gue nggak ada maksud apa-apa, Vi. Dia cuma nanya terus gue jawab, udah gitu aja. Gue nggak mikir kalau itu akan jadi masalah buat Lo." jawab Dian dengan nada yang sedikit defensif.
"Justru itu jadi masalah banget buat gue, Di. Pertanyaan-pertanyaan dia kemarin tuh kayak mojokin gue banget, dia bersikap seolah-olah dia itu tahu banyak tentang hubungan gue sama Raka. Dan gue nggak suka itu, Di. Gue nggak suka orang luar terlalu banyak ikut campur soal hubungan gue sama Raka." Viola sedikit emosi, memijat pelipisnya yang mulai terasa pusing. "Gue harap lain kali Lo lebih hati-hati kalau bercerita, Di. Jangan cuma gara-gara dia sering kasih barang-barang mewah dan traktir Lo, terus Lo dengan begitu mudah ngejual cerita tentang gue dan cowok gue ke dia."
"Jadi Lo nyalahin gue?" tanya Dian dengan sedikit kesal.
Viola mencoba untuk menjelaskan, "Gue nggak nyalahin, Di. Gue cuma..."
"Tetap aja, Vio." Dian menghela napas berat, "Lagian Lo kenapa sih? Tiara baik kok, baik banget malah."
"Atau... Lo nya aja yang sensi. Lo takut kalah pamor sama dia? Lo takut Tiara jauh lebih baik dari Lo, dan Raka akan jatuh cinta sama Tiara, gitu kan?" imbuhnya.
"Cukup, Di!" bentak Viola dengan kedua tangan mengepal dan tatapannya penuh kekesalan. "Gue nggak pernah takut kalah pamor sama siapapun. Dan gue juga nggak takut Raka akan berpaling dari gue. Karena gue percaya sama Raka." imbuhnya dengan tegas.
Viola menatap Dian dengan mata yang penuh kekecewaan, "Gue cuma nanya baik-baik sama Lo tadi, tapi jawaban Lo malah kayak gini. Gue kecewa banget sama Lo, Di." ucapnya dengan nada yang berat.
Viola meninggalkan Dian yang masih berdiri terpaku, masuk ke dalam lift begitu pintu lift terbuka. Merasa kesal dengan respon yang ditunjukkan oleh Dian tadi. Padahal selama ini hubungan mereka baik-baik saja, hangat dan penuh kepercayaan. Tapi sejak kehadiran Tiara, semuanya mulai berbeda. Dian berubah, dan Viola tidak mengerti apa yang menyebabkan perubahan itu. Apakah Dian memang berubah karena pengaruh Tiara, atau mungkin Viola sendiri yang tidak memahami Dian dengan baik?
_
_
_
Sebelum turun untuk makan siang, Viola lebih dulu menghampiri meja Tiara dengan membawa kotak hitam ditangannya.
"Tiara," panggil Viola lembut, meletakkan kotak itu diatas meja kerja Tiara. "Aku mau balikin ini. Sebelumnya makasih ya? Cuma aku punya banyak banget koleksi jam tangan dirumah, dan kayaknya itu nggak bakal kepakai juga deh. Mungkin bisa kamu kasih ke orang lain yang lebih butuh, atau kamu pakai buat kamu sendiri aja."
"Oh gitu ya," Tiara memegang kotak itu, lalu segera bangun dari duduknya. "Kalau gitu nanti aku beliin hadiah yang lain aja ya? Kamu penginnya apa?" tanya Tiara berusaha ramah.
Viola menggeleng dan tersenyum, "Nggak usah, kamu nggak usah beliin aku apa-apa." tolaknya halus. "Ya udah, aku turun duluan. Sampai ketemu dibawah."
Viola menoleh ke arah Dian yang masih duduk di kursi kerjanya, gadis itu langsung memalingkan wajahnya begitu Viola menatapnya. Namun Viola tidak mau ambil pusing, dia berbalik dan melangkahkan kakinya ringan meninggalkan ruangan staf. Dia sedang tidak ingin memperpanjang konflik yang terjadi tadi pagi. Mungkin mereka masih sama-sama butuh waktu untuk menenangkan diri lebih dulu.
Dan pemandangan itu tak luput dari pengawasan mata Tiara. Dia merasa menang saat menyadari sikap dingin Viola dan Dian. "Akhirnya hubungan mereka renggang juga. Setelah ini tinggal hubungan kamu sama Raka yang bakal renggang, Viola. Aku akan pastiin kamu bakal kehilangan orang-orang terdekat kamu."
..._______...
Beberapa staf mulai memasuki kafetaria, bahkan ada yang sudah mengambil posisi duduk di kursi pelanggan dengan makanan yang sudah tersaji di atas meja.
Dengan langkah ringan Viola memasuki ruangan tersebut, wajahnya sedikit menunduk karena memikirkan masalah yang terjadi dengan Dian. Meskipun berusaha untuk bersikap biasa saja tapi masalah itu tetap membebaninya. Biasanya mereka selalu kemana-mana bersama, tapi sekarang dia merasa sendiri.
"Heuh," Viola menghentikan langkahnya, matanya mengerjap pelan saat melihat Raka sudah duduk di salah satu bangku pengunjung dan sedang tersenyum padanya. Sebuket bunga mawar putih tergeletak di atas meja dihadapannya.
"Kok dia bisa ada disini sih? Masa sih cuma sehari nggak ketemu langsung berhalusinasi lihat dia?" Viola menepuk-nepuk pipinya pelan, memastikan yang dia lihat adalah nyata.
Raka berdiri, mengambil bunga yang ada di atas meja dan berjalan pelan ke arah Viola. Dian dan Tiara yang baru saja datang langsung menghentikan langkahnya saat melihat kehadiran Raka di sana. Raka tidak memperhatikan mereka, fokusnya sepenuhnya pada Viola. Dia menyodorkan bunga itu kepada Viola dengan senyum lembut.
"Hai, aku membawakan bunga ini untuk seorang wanita yang sangat spesial," ucapnya dengan suara yang hangat. "The special woman is you, Viola Anastasya..."
.
.
...🍁🍁🍁...
. ketika dia tergoda, ya lupa diri.. sama kyk si onoh yg tergoda menjadi bayi gula/Joyful//Joyful/
kasih banget ayahe vio
semoga Raka n Leo cepat mendapatkan bukti2 biar ketahuan biang keroknya
kamu nya salah,dari pertama main terima jodoh aja...
udah tau anakmu punya Viola...
ya udah la,kamu aja yang nikahi Tiara 😆
gak heran anaknya ulet bulu ,kan bapaknya iblis
orang baik akan selalu dikelilingi orang baik
mam to the pusss