Arunika terjebak di dalam dunia novel yang seharusnya berakhir tragis.
Ia harus menikahi seorang Dewa yang tinggal di antara vampir, memperbaiki alur cerita, dan mencari jalan pulang ke dunia nyata.
Tapi... ketika perasaan mulai tumbuh, mana yang harus ia pilih—dunia nyata atau kisah yang berubah menjadi nyata?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Pertemuan Pertama
Flashback
"Aru, coba baca ini, ada nama kita disana," ucap Mark yang memberikan buku tebal dengan sampul yang di hiasi 7 batu permata dengan warna yang berbeda.
"Mark ini cuma fiksi,"
Pria itu menggeleng dengan wajah sumringgrahnya, karena ia menjelaskan tentang isi buku itu dan memang ada universal yang berbeda di kehidupan ini dan memang ada Vampire, serigala dan juga Dewa lalu ada gadis berdarah manis.
Ia tak pernah percaya dengan kata kata Mark, ia tau sahabatnya ini suka sekali dengan sejarah termasuk mitos tentang Vampire dan Manusia serigala juga gadis berdarah manis.
"Yah kalau gak percaya nanti kalau masuk kesana baru tau rasa!? Ini ya titip taruh yang baik jangan ngedumel keramat." Pesan Mark lalu pergi meninggalkan dirinya dan membawa buku itu lagi ke perpustakaan tempatnya bekerja sebagai penjaga.
Tak sadar ia bergumam sendiri tentang buku itu dan meletakkannya di rak buku, setelah beberapa langkah kaki menjauh dari tempat buku itu, kakinya mendadak mundur dan mengambil buku itu lagi, entah dari mana magnet tersebut dan membaca buku itu karena firasat yang mendadak penasaran dengan isi buku tua coklat dengan 7 permata warna yang berbeda.
Dalam satu hari ia menyelesaikan satu buku itu padahal bukunya sangat tebal sekali dan mengembalikan ke tempatnya. Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore saatnya perpustakaan tutup, ia merapikan barangnya. Dela pun pamit duluan pada Arunika.
bug
Wush wush
Srek srek srek
Ia mencari suara buku jatuh, angin yang entah datang dari mana lalu buku yang halamannya terbuka ia yakin buku itu ada apa apanya dan benar menemukan buku yang tadi terjatuh terbuka sendiri dan bergerak tiba-tiba terlihat bayangan Mark yang sedang tersenyum samar jauh disana.
Hanya itu yang ia ingat dan terbangun di tubuh putri Arunika
...****************...
"Tuan Putri Arunika, kita akan segera ke kerajaan besar Sandyakala dan pertemuan antara calon mempelai wanita dan pria karena upacara pernikahan pangeran pertama akan di laksanakan besok." Seorang pelayan perempuan mengejutkan Arunika, padahal masih pagi sekali. Harus banget besok nikah?
"APA? EMANG HARUS BANGET GITU BESOOK?!"
"Iya tuan Putri, ini sesuai dengan perintah dari Pangeran Renjana." Arunika tampak seperti curiga pada sang Pangeran tersebut karena perintah ini dan pernikahan yang harus dilakukan besok(?)
"Tuan Putri Arunika segera bersiap-siaplah, kita akan segera hadir di pertemuan calon mempelai pria dan besok kalian akan menikah. Sebelum itu Tradisi kita harus dilaksanakan juga, kau tidak boleh memberi tau namamu pada pangeran begitu sebaliknya. Kalian akan bicara dan kau akan tinggal disana bersama dengan pangeran pertama." Jelas Pangeran Renjana pada Arunika segera bergegas menuju kamarnya.
Arunika menatap Pangeran Renjana dengan tatapan penuh kecurigaan. Semua terasa begitu mendadak—pernikahan yang direncanakan besok, perintah dari kakaknya sendiri.
"Kenapa harus begitu cepat, Renjana?" tanya Arunika, matanya menatap tajam ke arah kakaknya. "Kenapa aku tidak boleh tahu siapa dia? Dan kenapa kita harus menikah besok?"
Renjana tampak tenang, tapi ada sesuatu di balik senyumnya yang membuat Arunika semakin curiga. "Ini semua bagian dari rencana, Arunika. Waktu kita tidak banyak. Pertemuan ini sudah diatur sejak lama, dan sekarang semuanya harus berjalan sesuai jadwal. Kau akan memahami semuanya pada waktunya."
Arunika mendengus, jelas tidak puas dengan jawaban kakaknya. "Kau bicara seolah-olah aku hanya bidak dalam permainan ini, Renjana."
"Tidak, kau jauh lebih penting dari itu," jawab Renjana, nadanya serius. "Tapi ingat, ini bukan hanya tentang kita. Ini tentang seluruh umat manusia. Kau adalah kunci untuk memastikan masa depan kita."
Dengan enggan, Arunika menghela napas dan berbalik menuju kamarnya, ditemani oleh pelayan yang dengan hati-hati menyiapkan gaun dan perhiasan untuk pertemuan hari itu. Di dalam hatinya, Arunika merasa cemas.
Apa yang akan terjadi jika ia bertemu dengan pangeran pertama Sandyakala? Bagaimana jika ia tidak bisa menjalankan rencana yang diatur oleh ayah dan kakaknya?
Satu hal yang ia tahu pasti. Besok, hidupnya akan berubah selamanya. Tapi apakah itu akan menjadi awal dari kemenangan atau kehancuran, hanya waktu yang bisa menjawab.
...****************...
Dalam cerita di buku novel tua itu, Putri Arunika menjalani sebuah tradisi yaitu pertemuan antara calon mempelai wanita dan pria, membahas tentang acara pernikahan dan juga tidak menyebutkan nama masing-masing, namun mereka akan berdiskusi. Dan bagian yang penting disini Putri Arunika menginap di kerajaan Vampire itu, sampai ia menikah dengan Pangeran pertama.
Bahkan Arunika tau kalau Pangeran Renjana segera menempatkan dirinya sebagai Raja menggantikan Ayahnya. Masih misteri siapa sebenarnya ibu dari Pangeran Renjana ini.
Telah tiba mereka di kerajaan besar Sandyakala ini, para prajurit berpakaian biasa saja, ia tak takut matahari? Tentang mereka itu bisa menahan diri dari matahari karena mereka sakti ada sebuah anugrah untuk para Vampire, karena Dewa itu ada disana. Mungkin karena pengaruh Dewa mereka itu sakti (?).
Arunika melihat sekeliling dengan rasa kagum yang bercampur cemas saat kereta kerajaan memasuki gerbang besar kerajaan Sandyakala. Ini adalah kali pertama ia melihat kerajaan besar yang dipimpin oleh para vampire.
Meski ia sudah membaca tentang tempat ini dalam buku tua yang ditemukannya, melihatnya secara langsung membuat segalanya terasa lebih nyata dan menakutkan. Para prajurit yang berjaga tidak tampak seperti vampire pada umumnya—mereka berdiri di bawah sinar matahari dengan santai, tanpa merasa terganggu.
Arunika bertanya-tanya apakah semua ini berkat pengaruh sang Dewa yang dikatakan berada di sini, yang memberi mereka kekuatan lebih.
Saat kereta berhenti di depan istana yang megah, Pangeran Renjana menurunkan Arunika dengan senyum dingin di wajahnya. "Ingat, Arunika, ini semua bagian dari rencana kita. Jangan tunjukkan kelemahan apa pun. Kau harus kuat."
Arunika mengangguk, meski dalam hatinya masih penuh keraguan. Mereka masuk ke aula besar kerajaan Sandyakala, tempat pertemuan pertama antara dia dan Pangeran pertama akan berlangsung.
Tradisi yang aneh—tidak menyebutkan nama satu sama lain, namun harus berbicara dan berdiskusi tentang pernikahan yang akan segera dilangsungkan.
Setelah melewati aula besar yang dipenuhi dengan lukisan dan ornamen kerajaan, Arunika dibawa ke sebuah ruang pertemuan yang megah, di mana calon suaminya, Pangeran pertama dari kerajaan Sandyakala, sudah menunggu.
Ia belum pernah melihat wajahnya secara langsung, dan rasa penasaran sekaligus ketakutan menguasainya. Para Pangeran ini bukan sekadar hidup di tengah para vampire—Pangeran itu Biasanya di panggil Pangeran Pertama diyakini sebagai Dewa yang dihukum dan diturunkan ke Bumi. Ini bukan pernikahan biasa, ini adalah bagian dari rencana besar yang melibatkan takdir, kekuasaan, dan perang.
Saat Arunika melangkah masuk ke ruangan itu, ia melihat sosok yang berdiri di dekat jendela besar, siluetnya memancarkan aura yang kuat. Meski belum bisa melihat wajahnya dengan jelas, ada sesuatu yang mengingatkan Arunika bahwa sosok ini lebih dari sekadar pangeran biasa.
Tanpa menyebutkan namanya, pria itu berbalik, dan mata mereka bertemu. Dalam detik itu, Arunika merasakan getaran aneh di dalam dirinya, seolah ada kekuatan yang jauh lebih besar di antara mereka daripada sekadar ikatan pernikahan yang akan datang.
"Selamat datang di Sandyakala, Putri," katanya dengan suara yang dalam. "Aku harap kau merasa nyaman di sini. Kita memiliki banyak hal untuk dibicarakan."
Arunika menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya. Ia tidak boleh terlihat lemah atau ragu di depan calon suaminya. "Terima kasih atas sambutannya, Pangeran. Aku siap untuk mendengar rencana pernikahan kita."
Mereka duduk di meja panjang, mulai mendiskusikan rincian pernikahan, tetapi Arunika tahu bahwa diskusi ini hanya permulaan dari permainan yang jauh lebih besar.
Di balik semua formalitas, ada banyak hal yang tersimpan—tentang rahasia Pangeran pertama, tentang ibu dari Pangeran Renjana yang masih menjadi misteri, dan tentu saja, tentang Dewa yang dihukum dan diturunkan ke Bumi ini.
Sementara Arunika berbicara, ia menyadari satu hal, hidupnya tidak akan pernah sama lagi, dan masa depannya terikat erat dengan nasib kerajaan ini.
Ada 7 kursi pangeran yang ada di jejeran para Vampire itu mungkin khusus untuk para Pangeran dan terlihat juga Raja Vampire yang berjubah hitam tinggi dan juga mahkota nya terlihat bersinar dengan batu permata berwarna hitam menghiasinya.
Para pangeran tersebut juga memakai pakaian yang sama dengan mahkota dan permata sesuai dengan sampul buku yang ia baca kemarin. Namun ia tak menemukan Pangeran pertama, ia menghitung pangeran yang ada di kursi pangeran tersebut hanya 6 orang?
Pertemuan antara calon mempelai akan segera dimulai, dan Arunika merasa tegang. Ia tidak yakin apakah ia siap untuk menikah dengan Pangeran pertama dari kerajaan Sandyakala, terutama setelah mengetahui bahwa Pangeran pertama adalah seorang Dewa yang dihukum ke Bumi.
Arunika merasa bahwa ada banyak rahasia yang disembunyikan dan ia berencana untuk mencari tahu kebenaran di balik semua ini sebelum pernikahan tersebut terjadi.
...****************...
Saat Arunika memasuki aula besar untuk pertemuan calon mempelai, jantungnya berdegup kencang. Di depannya, duduk berjejer enam pangeran dengan mahkota yang dihiasi permata berwarna-warni, sesuai dengan yang ia baca dalam buku tua itu. Namun, tak satu pun dari mereka tampak seperti Pangeran pertama. Pangeran yang seharusnya menjadi calon suaminya tidak ada di tempat.
Raja Vampire duduk di singgasananya, mengenakan jubah hitam tinggi dengan mahkota yang memancarkan kilau batu permata hitam. Di sekelilingnya, para pangeran mengenakan pakaian serupa, dengan permata beraneka warna menghiasi mahkota mereka—semuanya sesuai dengan sampul buku yang Arunika baca. Namun, ia tak bisa mengabaikan fakta bahwa hanya ada enam pangeran di aula, bukan tujuh seperti yang seharusnya.
Arunika merasa tegang dan cemas. Pikiran tentang Pangeran pertama—Dewa yang dihukum turun ke Bumi—terus menghantuinya. Keberadaannya dipenuhi dengan misteri, dan Arunika belum pernah bertemu dengannya, bahkan tidak mendengar apa pun tentang dirinya.
Ke mana perginya Pangeran pertama? Kenapa ia tidak hadir di pertemuan ini?
Sang Raja Vampire membuka acara dengan suara dalam yang menggema di seluruh aula. "Pertemuan ini untuk merayakan ikatan antara dua kerajaan besar, Sandyakala dan Swastamita. Putri Arunika, calon mempelai kita, telah tiba."
Semua mata tertuju pada Arunika, membuatnya semakin gugup. Tetapi dia berusaha keras untuk tetap tenang dan menjaga wibawanya. Di tengah perasaan cemasnya, ia tetap memikirkan rencana ayahnya, Raja Amertha.
Ini bukan hanya tentang pernikahan, tapi juga tentang strategi untuk menghancurkan kekuasaan para vampire. Namun, kehadiran Dewa itu terus menjadi misteri besar bagi Arunika. Apakah Pangeran pertama tidak hadir karena dia bukan vampire? Apakah dia menyembunyikan sesuatu yang lebih besar dari sekadar hukuman dari langit malam?
Ketika pertemuan itu berlangsung, Arunika tahu bahwa pernikahannya bukan hanya soal politik dan kekuasaan, melainkan ada takdir yang lebih besar yang sedang dimainkan. Dia harus mencari tahu di mana Pangeran pertama dan apa yang sebenarnya terjadi dalam kerajaan besar ini sebelum hari pernikahan tiba.
Beberapa saat kemudian ada seseorang yang duduk di sebelah Arunika. Ia tak tau pasti tetapi pria ini juga memakai baju yang sama dengan 6 pangeran di atas singgasana masing-masing.
Setelah pertemuan itu usai, Arunika dibawa oleh pelayan ke kamar khusus. Di sana, pikirannya dipenuhi pertanyaan. Mengapa hanya enam pangeran yang hadir? Apakah Pangeran pertama benar-benar seorang Dewa yang dihukum, seperti yang diceritakan dalam buku? Dan yang paling penting, apakah dirinya siap untuk menghadapi takdir yang menunggunya di kerajaan ini?
Pertemuan antara calon mempelai pun dimulai. Arunika duduk di samping Pangeran pertama, merasa perasaannya campur aduk diruangan yang khusus yang di hiasi lilin yang temaram.
Ia ingin mengetahui lebih banyak tentang Pangeran pertama, tetapi juga merasa curiga terhadapnya. Ia punya rencana untuk menjaga sikap waspada dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat.
Pertemuan lanjutan ini khusus untuk kedua mempelai karena mereka akan berdiskusi tentang rencananya di dalam pernikahan mereka nanti. Arunika menatap wajah Pangeran pertama yang menyadari bahwa Mark yang ada di Universe ini sangat tampan, berwibawa dan cocok untuk di jadikan Raja. Dalam cerita yang ia baca kalau Pangeran pertama adalah Dewa namun ia belum menemukan ciri-ciri Dewa dalam diri Pangeran pertama.
"Salam tuan Putri, aku belum tau namamu siapa namun matamu sangat mempesona. Sejak tadi kau hanya menatapku tajam, bisakah matamu itu menatapku dengan lembut? Agar aku nyaman bicara denganmu." Pangeran pertama membungkukkan badannya dengan simbol memberi hormat kepada Arunika.
"Silahkan Pangeran, Apa yang ingin kita bicarakan tentang kedepannya apa ada kesepakatan bersama yang harus kita lakukan?"
Pangeran pertama tersenyum kecil, matanya memancarkan pesona yang memikat. Arunika merasa hatinya berdegup kencang saat melihat senyum itu. Ia merasa ada kehangatan yang terpancar dari pangeran tersebut, meskipun masih ada keraguan dalam dirinya.
Pertemuan antara calon mempelai pun dimulai. Arunika duduk di samping Pangeran pertama, merasa perasaannya campur aduk. Ia ingin mengetahui lebih banyak tentang Pangeran pertama, tetapi juga merasa curiga terhadapnya.
Ketika Pangeran pertama mulai berbicara, Arunika terkejut. Suaranya terdengar akrab. Ia merasa bahwa ia pernah mendengarnya sebelumnya. Tiba-tiba, sebuah ingatan datang memenuhi pikirannya. Dia memang persis seperti sahabat karibnya yaitu Mark, gerakan dan cara bicara serta cara tersenyum semuanya adalah milik Mark.
"Salam tuan Putri, aku belum tau namamu siapa namun matamu sangat mempesona. Sejak tadi kau hanya menatapku tajam, bisakah matamu itu menatapku dengan lembut? Agar aku nyaman bicara denganmu." Pangeran pertama membungkukkan badannya dengan simbol memberi hormat kepada Arunika.
"Silahkan Pangeran, Apa yang ingin kita bicarakan tentang kedepannya apa ada kesepakatan bersama yang harus kita lakukan?"
Pangeran pertama tersenyum kecil, matanya memancarkan pesona yang memikat. Arunika merasa hatinya berdegup kencang saat melihat senyum itu. Ia merasa ada kehangatan yang terpancar dari pangeran tersebut, meskipun masih ada keraguan dalam dirinya.
...****************...
Arunika mencoba menenangkan hatinya yang bergemuruh, berusaha menyusun kata-kata dengan hati-hati. Tatapan Pangeran pertama begitu intens, dan senyumnya yang menawan semakin mengingatkannya pada Mark.
Ia tidak boleh terbawa perasaan atau membuat kesalahan. Ini bukan hanya tentang pernikahan politik, tapi juga tentang nasib kerajaannya—dan mungkin juga dunia nyata yang ia tinggalkan.
"Maafkan aku, Pangeran," jawab Arunika, suaranya terdengar tenang meski hatinya kacau. "Aku hanya ingin memastikan kita berdua sepaham tentang tanggung jawab besar yang akan kita emban."
Dalam perjalanan menuju pernikahan yang dijodohkan, Arunika menyadari bahwa perannya bukan hanya sebagai seorang Putri, tetapi juga sebagai pahlawan yang akan melawan kejahatan dan mempertahankan keadilan. Dengan tekad yang kuat, ia siap menghadapi segala rintangan yang akan dia hadapi di kerajaan Sandyakala.
...****************...
Arunika pun bersiap-siap untuk bertemu dengan Pangeran pertama di altar pernikahan mereka dan memulai perjalanan yang akan mengubah takdirnya dan takdir manusia. Ia akan berjuang untuk membebaskan bangsa Manusia dari kekuasaan para Vampire yang jahat dan menjaga perdamaian di kerajaan Sandyakala.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore para manusia serigala berkumpul dan berlutut dihadapan matahari yang akan terbenam, degup Jantung Arunika melihat mereka semua sangatlah kaget dengan semua yang terjadi di sini.
Seseorang masuk ke dalam kamarnya dan ia adalah ayahnya. Segera ia memeluk sang ayahanda tercinta ini, memiliki sosok ayah yang baik yang mengorbankan dirinya untuk menjadi pahlawan di kehidupan bangsa manusia di masa depan.
"Ayah sangat percaya padamu, Putriku yang cantik dan kuat ini adalah sebuah anugrah takdir yang telah tiba, aku hanya ingin kau bahagia dan mendapatkan tujuan kita semua."
Arunika meneteskan air matanya, melihat ayahandanya yang melepaskan pelukannya. Bahkan ia tak melihat Pangeran Renjana ada disini, ia belum menemui adiknya sama sekali sejak kemarin ia menginap disini, setelah pertemuan dengan para Vampire itu, ia curiga dengan Pangeran Renjana.
"Ceritanya aku di korbanin ya..."
Bersambung.....
Ceritanya juga keren, semangat terus ya. 😉