Ini adalah kisah Guru Spiritual dan Seorang Duyung yang mencoba menerobos perbudakan melalui segala macam kesulitan dan bahaya. akhirnya menjadi sebuah keluarga dan bergandengan tangan untuk melindungi rakyat jelata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 02
"Anda adalah salah satunya yang terus menghukum diri sendiri."
Jesly mengeluarkan cermin kehidupan. Cermin kehidupan bercahaya memperlihatkan dunia manusia. "Saya meminjamnya dari Dewa Hakim. Lihatlah!"
Ubumi meneteskan air mata melihat pemandangan di depannya. Sebuah keluarga yang hidup dengan harmonis.
"Ibu, ibu." Suara anak kecil memanggil ibunya sembari tertawa, berlari. Ibu menangkapnya dengan senyum di bibirnya.
Seorang ayah datang membawakan sangkar burung. "Yoona tertarik dengan burung 'kan? Ayah membelikan satu untuk Yoona. Yoona suka?"
Ubumi terharu melihat keluarga manusia tersebut. Air mata bahagia menyelimutinya. Tak henti-hentinya ia melihat anak manusia itu dengan hati senang. Nama anak itu sama dengan anaknya yang sudah meninggal.
Yoona menggeleng. "Tidakkah Yoona senang?" Tanya ibu.
"Yoona, Suka. Tapi, burung milik langit. Seekor burung hanya bisa bahagia ketika dia bebas. Yoona tidak ingin mengurungnya. Mari kita lepaskan bersama."
"Baiklah. Mari kita lepaskan bersama."
Yoona mengambil burung dalam sangkar lalu melepaskannya. Burung terbang bebas membuat Yoona berjingkrak-jingkrak girang.
Jesly melihat Ubumi yang sangat terharu melihat Yoona anak manusia di bumi. Ia yakin, bahwa Ubumi sudah tersentuh dengan triknya.
Cahaya cermin kehidupan mulai redup.
"Dewa langit menyelamatkan Yoona dan mengirimnya ke kolam reinkarnasi. Yoona bereinkarnasi di alam manusia. Seperti yang dia katakan, seekor burung hanya bisa bahagia ketika ia terbang bebas. Hal yang sama berlaku dengan anda. Lepaskan obsesi anda, maafkan diri anda sendiri dan tinggalkan dia."
Ubumi menatap anak burung Guan dengan rasa bersalah. Anak burung Guan mengoceh layaknya burung-burung kecil yang tengah berkicau.
Jesly memberikan anak burung Guan kepada Ubumi. Ubumi semakin merasa bersalah. Karena obsesinya ia bahkan melibatkan anak yang tidak bersalah. "Maafkan aku, Nak. Maaf telah menjauhkanmu dari keluargamu. Ini salahku. Kita akan berpisah di sini." Ubumi mengembalikan anak burung Guan kepada Jesly.
"Apapun alasannya, perbuatanmu ini adalah dosa. Syukurlah anda tidak pernah berencana untuk menyakitinya. Selama anda mengakui kesalahan ini, dan berikan ramuan jiwa anda kepada saya. Anda bisa menebus dosa-dosa anda di Kerajaan Yang Mulia Heinrich."
Ubumi mengeluarkan ramuan jiwa dalam tubuhnya lalu memberikannya pada Jesly. "Pengawal, bawa dia kembali ke Kerajaan Vielstead dan mengirimnya ke rumah Master Abadi." Perintah Jesly.
Ubumi hanya pasrah saat para pengawal menggiringnya.
Panglima Juan tersenyum, mendekati Jesly. "Jesly, kerja bagus! Saya kagum dengan keahlian mu. Saya juga ingin menjadi guru spiritual seperti mu."
"Keahlian spiritual adalah rahasia utama. Saya tidak bisa mengungkapkannya dengan mudah padamu." Jesly menggunakan sihirnya menyimpan cermin kehidupan. Panglima Juan terlihat kagum.
"Jika anda benar-benar ingin belajar, anda harus tau aturannya. Serahkan batu roh!"
"Jesly, kau serius? Minta batu itu padaku?"
Utusan Guard berjalan mengendap-endap mengambil anak burung Guan di tangan Jesly. "Eehh..." Jesly terkejut Utusan Guard tiba-tiba mengambil anak burung Guan.
"Saya mendengar tentang bulu burung Guan dapat membuat orang berpikir jernih. Ini dia, saya akan memberikannya untuk Peri." Utusan Guard Adelio tersenyum licik. Anak burung Guan bersembunyi di dalam cangkang telur karena takut.
"Utusan Guard, dia masih kecil, dia tidak bersalah. Sebaiknya kita kembalikan dia pada sukunya." Jesly mengulurkan tangannya meminta anak burung Guan kembali.
"Hanya anak siluman rendahan dengan senang hati dia harus melayani Peri." Utusan Guard menatap Jesly dengan tatapan angkuh. "Kau Jesly, bukan? Tidak buruk!"
Utusan Guard tersenyum tipis. Mengeluarkan sebuah peti kecil di tangan Jesly. "Ambil saja! Itu sudah cukup berharga."
Jesly dan Panglima Juan saling pandang. Jesly membuka peti kecil tersebut. Jimat pembungkam mulut keluar dari peti kecil. "Jimat putih pembungkam mulut!"
Jesly melihat ke arah Utusan Guard yang asyik memainkan telur Guan. "Bahkan di rumah guru spiritual jarang yang menggunakan jimat pembungkam mulut. Anda sangat murah hati, Utusan Guard." Jesly tersenyum miring. Ia menggunakan sihirnya mengarahkan jimat pembungkam mulut pada mulut Utusan Guard Adelio.
Utusan Guard terkejut. "Anda.." mulutnya terbungkam tidak bisa mengeluarkan suara. Ia melotot tajam ke arah Jesly.
"Tugas seorang guru spiritual untuk memburu siluman-siluman jahat. Bukan untuk melayani budak peri." Ucap Jesly dengan wajah datar. Ia mengambil anak burung Guan kembali dan mengembalikan peti kecil pada Utusan Guard.
"Saya bukan ahli jimat. Saya hanya tau cara menggunakan jimat tapi tidak bisa membukanya. Sebaiknya anda mencari peri untuk membantu anda." Jesly memasang wajah angkuh.
Utusan Guard ingin sekali mencemooh Jesly namun bibirnya tidak bisa mengeluarkan suara. Ia pergi dalam keadaan marah dan kesal.
Panglima Juan tersenyum mengejek saat melihat Utusan Guard pergi dalam kekesalan.
"Panglima Juan,"
Panglima Juan menoleh. "Burung ini tidak bersalah, tolong kirim kembali ke keluarganya. Saya berharap dia bisa memiliki kehidupan yang damai."
Panglima Juan mengambil anak burung di tangan Jesly. "Jesly, Peri Ruby adalah satu-satunya saudara perempuan Raja Langit Surgawi. Kaisar Hector mengangkatnya seperti putri kandungnya. Utusan Guard mungkin sangat menjengkelkan. Tapi, dia adalah kepercayaan Peri Ruby di Kerajaan Langit Celesterra. Anda seharusnya tidak menyinggung perasaannya."
Jesly tersenyum miring. "Menahan amarah pada diri sendiri itu tidak baik untuk kesehatan mental. Hal yang saya lakukan ini tidak sepadan dengan apa yang Utusan Guard lakukan."
Seekor kupu-kupu cantik berwarna biru terbang di antara mereka. "Jesly, kau begitu berani!"
Jesly tersenyum tipis mengibaskan tangannya pada kupu-kupu tersebut.
Suara lonceng Kerajaan Vielstead berbunyi.
Tong! Tong! Tong!