NovelToon NovelToon
(Boy)Friendzone

(Boy)Friendzone

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rizca Yulianah

Hara, gadis perfeksionis yang lebih mengedepankan logika daripada perasaan itu baru saja mengalami putus cinta dan memutuskan bahwa dirinya tidak akan menjalin hubungan lagi, karena menurutnya itu melelahkan.
Kama, lelaki yang menganggap bahwa komitmen dalam sebuah hubungan hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh, membuatnya selalu menerapkan friendzone dengan banyak gadis. Dan bertekad tidak akan menjalin hubungan yang serius.
Mereka bertemu dan merasa saling cocok hingga memutuskan bersama dalam ikatan (boy)friendzone. Namun semuanya berubah saat Nael, mantan kekasih Hara memintanya kembali bersama.
Apakah Hara akan tetap dalam (boy)friendzone-nya dengan Kama atau memutuskan kembali pada Nael? Akankah Kama merubah prinsip yang selama ini dia pegang dan memutuskan menjalin hubungan yang serius dengan Hara?Bisakah mereka sama-sama menemukan cinta atau malah berakhir jatuh cinta bersama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizca Yulianah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cinta Pada Pandangan Pertama Yang Lain

Semua yang dijalani lebih dari satu minggu itu bisa menjadi kebiasaan, dan kebiasaan itu bisa jadi mengerikan

Tiga hari sudah berlalu sejak keputusan sepihak dari Nael tentang hubungannya dengan Hara. Selama itu juga waktu Hara terasa berhenti.

Aku minta waktu seminggu buat jawab keputusan kamu,boleh kan?

Pesan singkat balasan dari Hara untuk Nael yang cuma berakhir hanya dengan tanda dibaca tanpa dibalas itupun menjadi akhir dari hubungan Hara dan Nael.

Bagi Hara, semua butuh waktu, termasuk memutus sebuah hubungan, dari yang asing, menjadi dekat, kemudian menjadi asing kembali. Harus ada proses adaptasinya. Tidak bisa ujuk-ujuk begitu saja.

Kutipan dari salah satu film yang berbunyi jatuh cinta itu mudah, putus juga mudah, yang sulit adalah mempertahankan hubungan, tampaknya bukan hanya quotes asal jeplak saja. Nyatanya saat ini itulah yang sedang dialami Hara.

Hara dan Nael hanya butuh waktu satu bulan masa pendekatan hingga akhirnya mereka memutuskan berpacaran. Sangat mudah bukan?

Untuk apa menunda rasa yang sudah ada, sekarang atau besok rasanya tetap sama

Prinsip Hara kala menerima "tembakan" dari Nael walaupun mereka masih seumur jagung dalam hal mengenal.

"Ibu!" Sebuah tepukan tangan pelan tepat di depan wajah Hara membuyarkan lamunannya. Sesosok polisi berseragam lengkap sedang berdiri di samping Hara.

Hara terkesiap, dengan wajah bingung dia menelisik polisi muda yang saat ini sedang bersikap hormat padanya.

"Hormat juga pak" Jawab Hara sembari menirukan sikap hormat polisi tersebut.

"Bisa lihat surat-surat kelengkapan kendaraannya bu?" Tanya polisi itu dengan senyum simpul melihat kepolosan sikap Hara.

"Tidak baik mengendarai kendaraan tapi dengan pikiran kosong" Lanjutnya mengingatkan.

Hara yang masih berusaha mencerna situasi itupun terlihat bingung dan linglung. Tiba-tiba saja dia sudah di jalanan dan tiba-tiba saja ada polisi di hadapannya. Semuanya ajaibnya tiba-tiba saja.

Dia mengedarkan pandangan ke sekitar, ramai orang juga berhenti. Jantungnya berdetak kencang, ketakutan mulai merayapinya, membuatnya berkeringat dingin.

Apa gue nyebabin kecelakaan ya? Sial.

"Pak, ada kecelakaan ya?" Tanya Hara ragu-ragu, matanya masih awas mencari dimana korban dari kecelakaan yang mungkin dia timbulkan. Hara melirik sekilas ke arah polisi yang sedang menahan senyum di depannya itu, kemudian beralih ke arah name tag di seragamnya. Kama.

Polisi muda dengan badan tegap proporsional, wajahnya yang bersih dengan sedikit rona alami di pipinya, serta pakaian dinas rapi itu masih tersenyum ke arah Hara.

"Tidak ibu, kami sedang mengadakan operasi gabungan patuh semeru, jadi mohon tunjukkan surat-surat kelengkapan kendaraannya" Ulang polisi bernama Kama tersebut dengan sikap sabar profesionalnya.

Hara menghela napas lega, otot-otot wajahnya mengendur, irama jantungnya mulai kembali ke normal.

Sangat tidak lucu kalau sampai dia masuk tribun dengan headline "wanita muda putus cinta sebabkan kecelakaan beruntun".

Hara bergidik mengusir pikiran buruk itu. Kisah cintanya jadi konsumsi publik se Indonesia raya merdeka. Membayangkannya saja Hara tidak sanggup.

Namun, kelegaannya hanya bertahan beberapa menit saja, karena detik berikutnya otot wajahnya kembali menegang. Matanya melotot ngeri dengan isi pikirannya saat ini.

Sialan! Kan gue gak punya SIM

Entah harus bahagia atau sedih, Hara tidak bisa memutuskan ekspresi wajah apa yang seharusnya dia pasang saat ini.

"Bisa lebih cepat sedikit bu" Kama yang masih menahan senyum karena berbagai perubahan ekspresi wajah Hara itupun kembali melaksanakan tugasnya.

Hara dengan kikuk mengeluarkan dompet dari tasnya, berusaha mengulur-ulur waktu berharap polisi tersebut jenuh dan akhirnya memberikan kelonggaran untuknya pergi.

Si Perfeksionis Hara yang tidak punya SIM. Kiranya ada daftar kelemahan Hara, maka hal itu bisa dimasukkan kedalamnya.

Hara pendatang di kota ini, perantau yang pergi untuk kuliah hingga kemudian mendapatkan pekerjaan di sini.

Pekerjaan pertama yang langsung menyita waktunya ini tidak memungkinkannya pulang kampung untuk mengurus SIM dengan segala keruwetan testnya.

Bukannya tidak pernah mencoba, hanya saja menurut pikiran Hara, test ujian untuk mengurus SIM sekelas dengan audisi untuk menjadi aktor fast and furious. Bagaimana tidak, sepertinya peserta uji SIM di haruskan tahan banting, kebal senjata tajam, anti peluru, bisa terbang, mampu mengendalikan empat elemen dan punya cadangan nyawa tujuh. Sangat sangat tidak biasa.

Jalanan kampung mana sih yang bentukannya angka delapan?

Protesnya kala itu saat melihat medan untuk uji praktek naik kendaraan bermotor. Dan benar saja, untuk pertama dan terakhir kalinya Hara langsung gagal. Sebenarnya jiwa perfeksionisnya menolak untuk menerima kegagalan tersebut, tapi logika Hara mencegahnya untuk memuaskan ambisinya yang harus perfect di segala bidang.

Toh kala itu Hara tidak terlalu membutuhkan SIM, tempat kost dan kampusnya di tempuh dengan berjalan kaki, saat pulang kampung dia menaiki transportasi umum bus atau kereta. Dan Saat dia mulai berkerja hingga saat ini, 3 tahun lamanya, dia selalu aman berkendara tanpa pernah sekalipun kena tilang atau terjerat operasi gabungan.

Tapi begitulah kehidupan, ada untung dan apes. Dan saat ini, nasib apes sedang senang-senangnya menempel pada Hara.

"Ini pak" Dengan wajah santai penuh percaya diri Hara mengulurkan surat tanda nomor kendaraan miliknya.

Kama menerima dan memeriksanya, mencocokkan nomor seri yang tertulis disana dengan nomor plat yang terpasang di motor Hara.

Lolos, lolos, lolos

Batin Hara terus merapal doa. Tidak ada salahnya kan berharap polisi itu sedikit lengah dan kemudian dia lolos?

Kama mengangguk-angguk dan kemudian melipat kembali surat tanda kendaraan bermotor milik Hara, menandakan bahwa pemeriksaannya lancar tanpa masalah dan kemudian mengembalikannya.

Hara sedikit bernapas lega, masih ada satu tahapan lagi yang kalau dia bernasib mujur maka dia akan lolos.

"SIM nya bu" Ujar Kama meminta saat Hara hendak memasukkan dompetnya kembali ke dalam tasnya.

"Oh iya lupa" Hara berlagak polos, sembari menarik kembali dompetnya yang sudah terlanjur masuk tas.

Tak ada jalan lain selain pasrah menerima surat tilang. Mau alasan apalagi dia? Lupa? Ketinggalan? Rasanya tidak akan mempan.

"Hmm... Begini pak, itu..." Hara tersenyum canggung. Wajahnya mulai dirayapi rona merah.

"Tidak bisa menunjukkan SIM sama saja dengan pelanggaran bu, jadi mau menunjukkan SIM atau menerima surat tilang?" Ujar Kama yang masih tersenyum. Senyum manis khas pegawai pemerintahan.

"Saya pilih opsi yang kedua saja pak" Jawab Hara cepat.

"Baik kalau begitu bisa pinjam KTP nya untuk data?" Kama mengeluarkan buku tilang yang mirip kwitansi besar itu, sembari menggelengkan kepalanya.

Cantik

Cuma kata itu yang muncul di kepala Kama untuk mendeskripsikan Hara. Dan lagi, satu kisah jatuh cinta pada pandangan pertama yang lain.

Setelah selesai dengan urusan tilang menilang, Kama mempersilahkan Hara untuk pergi setelah sebelumnya mengingatkan Hara agar menjaga fokusnya saat berkendara. Tentu saja yang diberi nasehat langsung terfokus, karena satu lagi kejadian yang tidak ada dalam jurnal rencananya hari itu. Kena Tilang.

Hara menghela napas panjang saat kembali mengendarai motornya. Sungguh hari-hari yang tidak terprediksi. Dan itu sangat menguras tenaganya.

Walaupun hubungannya dengan Nael diterpa badai, tapi tidak pernah sekalipun rencananya keluar jalur seperti akhir-akhir ini. Semuanya masih dalam kendalinya. Tepat sesuai prediksinya. Badai yang aman. Begitu Hara menyebutnya.

"Kenapa lu senyum-senyum sendiri?" Seseorang menepuk pundak Kama, rekannya sesama polisi yang baru saja menyelesaikan tugasnya datang untuk menginterogasi Kama karena sikapnya yang aneh.

"Lu percaya nggak sama cinta pada pandangan pertama?" Tanya Kama tiba-tiba.

Yang ditanya malah mengerutkan kening tak percaya, bisa-bisanya di sela tugas negara Kama malah membahas soal cinta.

"Baek-baek lu, untung aja ini operasi semeru, coba kalau operasi nangkap bandar togel, pasti jatuh cinta lu sama penjahat. Agak agak lu ya" Omel rekan Kama sembari pergi meninggalkannya yang sedang kasmaran sendiri.

Kama segera mengeluarkan ponselnya dan menyalin nomor telepon Hara sebelum mengembalikan buku tilang kepada petugas yang bertanggung jawab.

Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, urusan bagaimana menghubunginya bisa di pikir nanti. Kalau takdir saja bisa membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama, maka takdir juga bisa membuatnya menghubungi Hara entah apa alasannya.

Semisterius itulah takdir, dari yang asing, bisa menjadi dekat, lalu bersama. Begitulah kiranya isi kepala Kama, lupa bahwa takdir pun bisa membuatnya kembali asing, seperti Hara dan Nael.

...----------------...

Hara menghela napas panjang saat berhasil memarkirkan motornya di tempat parkir karyawan, lega karena telah sampai di tempat tujuan dengan selamat. Dia buru-buru pergi masuk ke dalam gedung perusahaan tempatnya berkerja. Setelah menscan kartu tanda pegawainya dan melewati pintu otomatis, dia menaiki lift untuk menuju ke ruangannya. Fokusnya sudah benar-benar kembali ke tempatnya. Dia mewanti-wanti kepada dirinya sendiri, untuk menikmati patah hatinya nanti malam saja, saat me time nya. Ini demi keselamatan dirinya sendiri dan khalayak ramai.

Segera setelah sampai di mejanya, dan menyalakan komputer. Langkah pertama yang Hara lakukan adalah mengambil buku jurnalnya dan memasukkan rencana waktu untuk menikmati patah hatinya. Dan waktu yang pas antara jam 8-9 malam.

Menangis karena patah hati

Malaikat pun mungkin heran melihatnya sedemikian rupa mengatur jadwalnya sembari menyisipkan waktu meratapi patah hati di sela-sela rutinitas hariannya.

Bagus Hara, inilah yang dinamakan dewasa, bisa membedakan waktu antara pekerjaan dan patah hati. Good job Hara, kamu hebat!

Hara mencoba menghibur dirinya sendiri, menepuk pelan pundaknya seolah memberi semangat. Banyak yang harus dia kerjakan sekarang, deadline-deadline yang menunggu untuk di selesaikan.

Terkadang dunia dewasa bisa sangat semengerikan itu. Kalau tidak bijak menentukan prioritas, maka bisa saja tergelincir dalam jurang kegagalan.

"Tumben sepi amat itu handphone, biasanya pagi-pagi udah kirim laporan ke komandan" Sinta yang juga baru saja datang dari pantry sembari menenteng cangkir kopi itu menarik kursi di sebelah Hara.

Paginya indah, tidak seperti Hara yang harus melapor saat sudah sampai di kantor. Kehidupan jomblo yang damai, begitu Sinta menamainya.

"Sudah putus" Jawab Hara singkat dengan mata yang terfokus ke layar monitor.

Sinta yang baru menyeruput morning coffee nya itu tersedak karena mendengar kata-kata Hara.

"Sumpah demi" Pekiknya syok. Buru-buru dia meletakkan cangkirnya di meja, dan memutar kursinya ke arah Hara. Namun yang dia lihat adalah pemandangan super duper biasa untuk orang yang sedang patah hati. Jangankan jejak-jejak kesedihan atau air mata, yang ada malah wajah fokus penuh konsentrasi ke arah layar dengan jari-jari yang mengetik cepat di keyboard.

"Iya kemarin lusa, sore jam 5 pas sebelum pulang kerja, lewat telepon" Urai Hara dengan mendetail. Bukannya ingin membanggakan statusnya yang baru saja putus, tapi lebih karena kebiasaannya yang selalu memberikan informasi sejelas mungkin tentang apapun. Bisa dikatakan bagian dari resiko pekerjaan.

"W.O.W" Takjub Sinta tak percaya.

"Baru kali ini gue lihat orang putus dan wajahnya super biasa kayak lo, sampai bingung deh gue harus ngucapin bela sungkawa atau malah selamat" Ujar Sinta sembari mengangkat tangan dan menggelengkan kepalanya. Salut dengan sikap profesional dan perfeksionis yang dimiliki rekan kerjanya itu.

"Iya nih masih nyari waktu yang tepat buat nangis, kemarin-kemarin nggak sempat, mau nangis di teleponin mulu sama klien" Jelas Hara yang masih tetap fokus ke arah monitornya.

"Buset dah, sibuk bener hidup lu, sampe mau nangis aja harus cari waktu dulu. Memang bisa ya hati di setel begitu?" Sinta menyerah dengan pembicaraan ini, terlalu tidak masuk di akal baginya. Dia memutar kursinya kembali dan juga mulai mengerjakan pekerjaannya.

Begitulah mereka berdua, duduk berdekatan tapi mengobrol hanya sekedarnya. Di katakan dekat, tidak terlalu, di katakan jauh juga tidak terlalu. Hanya ala kadarnya.

Sifat Hara dan Sinta sangat bertolak belakang, memaksakan diri akrab pun sepertinya bukan ide yang baik, hanya akan membuat lelah.

Hara yang terlalu perfeksionis dan terorganisir itu tidak akan bisa mengimbangi gaya hidup YOLO yang di anut Sinta.

Menurut Hara, gaya hidup YOLO sangat melelahkan,tapi begitu pula sebaliknya, Sinta tidak akan sanggup kalau harus mencatat setiap detail kehidupannya dan memasukkannya kedalam 24 jam rencana hariannya. Jam berapa harus apa, hari apa harus bagaimana. Sinta memutar matanya saat tau bahwa Hara harus sedetail itu dalam merencanakan kehidupannya.

Dan mereka pun sepakat membuat batas. Hanya sebatas teman yang saling menghormati, tanpa prasangka, dan tanpa menghakimi.

......................

Dunia memang sesibuk itu, saat yang lain sibuk membagi waktu antara pekerjaan dan patah hati, di belahan sebelah, sibuk memutar otak mencari alasan yang tepat untuk sekedar menghubungi.

Kama memutar-mutar ponselnya. Duduk di pos jaga kepolisian sembari mengawasi jalannya lalu lintas. Matanya sigap memantau setiap pengendara yang lewat. Berjaga-jaga apabila ada yang melakukan pelanggaran.

"Eh Kama, lu mau gue kenalin nggak, nih gue ada temen yang ngajakin ketemuan. Tapi mintanya double date. Cantik nih ceweknya" Rio, teman seangkatannya di akademi kepolisian itu menyodorkan ponselnya dengan foto seorang gadis cantik memakai pakaian dinas rumah sakit, terpampang di layarnya.

"Gak dulu deh" Tolak Kama bahkan tanpa memandang foto yang di perlihatkan temannya itu.

"Udah tobat lu?" Tanya Rio heran, Kama yang terkenal suka tebar pesona dan seorang donjuan itu menolak saat dikenalkan dengan cewek.

"Lo kira gue murtad, pake tobat segala" Balas Kama asal. "Bukannya gitu, gak tau kenapa ini cewek tuh gak kayak cewek-cewek yang pernah gue temuin, apa ya, greget aja gitu lihat nih cewek, bikin penasaran, jadi pengen cobain, baru kali ini gue lihat cewek terus langsung naksir pada pandangan pertama" Jawab Kama menjelaskan perasaan mendesir aneh yang dia rasakan.

"Sama mbak-mbak yang kena tilang tadi pagi?" Tanya Rio menyelidik.

"Yoi"

"Hmm... Lagu lu pake jatuh cinta pada pandangan pertama, kambing di bedakin aja lu sosor pake jitih cinti pidi pindingin pirtimi " Ejek Rio sembari memiring-miringkan bibirnya.

"Tuh mulut lemes banget sih, untung aja temen, kalau bukan udah gue dor lu" Saut Kama kesal hampir meremas mulut Rio yang ada di sebelahnya. Yang di ancam hanya cengengesan santai.

"Terus gimana caranya lu kenalan, masa iya lu mau nilang orang tiap hari?"

"Ya gak mungkin lah" Kama ngotot, "Gila aja nggak ada hujan nggak ada angin mau nilangin orang tiap pagi".

"Terus gimana mau ketemuin tuh cewek lagi? Memangnya lu tau dimana rumahnya? Nomor handphonenya?" Tanya Rio penasaran.

"Tadi pagi dia kena tilang karena nggak punya SIM, jadinya gue tau data dirinya, cuma yang jadi masalah alamatnya di luar kota, jauh. Mau ngehubungin dia juga pake alasan apa?" Kama mengeluarkan uneg-uneg yang sejak pagi dipikirkannya.

"Ya tinggal bilang aja hai boleh kenalan nggak? Gitu aja kok repot" Jawab Rio santai.

"Itu mah elu, nggak ada berkesannya sama sekali" Ejek Kama.

"Ah elah ribet amat, lagian ujung-ujungnya juga kenalan" Balas Rio tak mau kalah. Selama ini dia menganut instingnya yang seperti itu dan lancar-lancar saja, belum pernah ada cewek yang menolak tawaran kenalan darinya.

"Makanya lu masih jomblo, nggak punya taste sih lu, kenalan mulu kagak ada yang nyantol sama sekali" Kejar Kama sama-sama tak mau kalah.

"Kayak lu punya pacar aja, sesama jomblo dilarang saling mengejek" Balas Rio sengit.

"Eits... Sorry to say nih, gue memilih buat gak punya pacar, bukan gak laku pacaran ya" Sanggah Kama tak terima dengan tuduhan Rio.

"Alah itu mah memang lu nya aja yang gak mau serius, anak orang di buat maenan mulu, baek-baek lu, ntar kena cewek yang lu gila-gilain eh dia nya malah ogah baru tau rasa" Jawab Rio menyumpahi.

"Sembarang lu" Pungkas Kama.

Akhirnya Kama menemukan ide bagaimana cara menghubungi Hara, si cinta pada pandangan pertamanya.

Dia yakin Hara yang merupakan pendatang pasti belum mengenal seluk beluk kota ini. Mengingat ekspresi polosnya saat kena tilang tadi, Kama tau dia belum lama ada disini. Dan begitulah Kama akan bermain peran, polisi yang mengayomi masyarakat, sesuai dengan tugasnya. Dia akan menghubungi Hara, menawarkan bantuan untuk mengurus surat tilangnya di pengadilan setempat, lalu berkenalan secara alami, dan kemudian menjadi dekat.

Perfecto, tutup Kama percaya diri.

1
ArianiDesy
Buat Neil jgn balikan lagi sama Hara deh,kan kamu yg buang Hara,,,
kasih kesempatan sama Kama dong,buat taklukkin Hara😁😁
ArianiDesy
O.o.... apakah bakalan bucin duluan ini pak Kama😁😁😁😁
ArianiDesy
ohhh,ini toh tugas negara nya😁😁😁...
menjaga pujaan hati jangan sampai di bawa lari cowok lain🤣🤣🤣
ArianiDesy
wkwkwkwkwk.....
Nggak kuat aku lihat Kama tersiksa sama Hara🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
ArianiDesy
Pengen ngakak deh sama Kama,pinter bener ngakalin Hara...
aku bakalan nungguin kamu yang bucin duluan sama Hara😁😁😁
ArianiDesy
Aku dukung deh pak Kama,gaass kan ngedeketin Hara 😁😁😁😁😁😁
ArianiDesy
Jangan kan Kama,aku saja ngga sabar nunggu besok mereka ketemuan😁😁😁😁😁😁
ArianiDesy
Emang belum sih,tapi Otw punya cowok Hara nya,Nael😁😁😁😁😁
ArianiDesy
wkwkwkwkwk....
tiba-tiba banget Pak Polici kirim buket bunga pagi' 😁😁😁😁😁
ArianiDesy
pengen ngakak lihat kelakuan Kaman sama Hara ini🤣🤣🤣
ArianiDesy
Kasihan juga sih ya sama Kama,gimana dia ngelawan rasa trauma nya bikin ikutan sakit😔...
tapi kenapa tiba-tiba Hara telp ya????
ArianiDesy
Hara emng dari kampung tapi tidak kampungan loh,termasuk berada apa nggak menyesal itu Kama ngejudge Hara sampai segitunya🙄🙄🙄
ArianiDesy
Masih dendam aja kamu,Kama🙄🙄
ArianiDesy
Hara baik banget maw ngajarin anak' belajar 🥰🥰🥰🥰
ArianiDesy
Emng harus perang urat dulu ya baru mereka dekat, Thor 😁😁
Rizca Yulianah: sabar bestiiii, gak tau kenapa skr pikiran ku kalau ceritanya ujuk2 jatuh cinta terus sama2 jadi kayak aneh, gak relate sama isi kepala yang udah banyak pikiran 😂
total 1 replies
ArianiDesy
Thor,,,nggak pingin double up gitu 😁😁, sebenarnya nggak terlalu suka sama yang on going tapi aku dah terlalu cinta sama ni novel😍😍😍😍
Risa Amanta
TK aamiini Git
Risa Amanta
serius kama ini seorang polisi...???
Risa Amanta
pesona laki2 tukang celup buat apa..hhiiii.. ngeriii
Risa Amanta
sabar Hara..laki2 masih banyak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!