Baru satu minggu Khalisa kehilangan pria yang menjadi cinta pertamanya, 'AYAH'. Kini dia harus menyaksikan Devan, sang tunangan selingkuh dengan Viola, kakak kandung Khalisa.
Belum juga selesai masalahnya dengan Devan dan Viola. Khalisa dibuat pusing dengan permintaan Sonia, kakak sepupu yang selalu ada untuk Khalisa, setiap gadis itu membutuhkannya. Sonia meminta Khalisa menggantikannya menikah dengan Narendra, pria yang sudah selama tiga tahun ini menjadi kekasih kakak sepupunya itu.
Sedangkan hati Khalisa mulai jatuh pada sosok Abian, dosen pembimbingnya yang sering memberikan perhatian lebih.
Bagaimana Khalisa menghadapi kerumitan hidupnya setelah di tinggal pergi sang ayah?
Apakah Khalisa menyetujui permintaan Sonia?
Yuk simak ceritanya di 'Selepas Cinta Pertama Pergi'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Ayah
Abian pamit setelah paman Kemal dan bibi Amanda tiba di rumah sakit. Bukan Abian tidak ingin lebih lama lagi menemani Khalisa, hanya saja dia harus sadar dengan posisinya saat ini. Selain itu dia harus menetralkan kembali debaran jantungnya. Tidak baik untuk kesehatannya jika terus berada di dekat Khalisa. Khalisa memang bukan gadis pertama yang dia peluk, namun yang mampu menggetarkan hatinya hanya Khalisa. Abian takut dia tidak bisa menahan diri, sementara gadis yang ada di sampingnya masih dalam keadaan bersedih.
"Terima kasih Pak Bian." Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Khalisa. Gadis itu merasa malu sendiri setelah mengingat apa yang sudah dia lakukan pada dosen pembimbingnya itu.
Abian tidak menjawab. Pria itu hanya tersenyum sambil menepuk pucuk kepala Khalisa. Ada perasaan lain yang Khalisa rasakan atas perlakuan Abian. Ini kali pertama pria itu melakukannya. Entah mengapa Khalisa menyukainya. Bahkan Abian bisa melihat rona merah di pipi mahasiswinya itu. Tapi itu tidak bertahan lama, Khalisa segera menepis perasaan lain itu, begitu mengingat statusnya saat ini yang sudah bertunangan dan akan menikah dua bulan lagi.
Memang tidak ada yang tahu jika Khalisa sudah memiliki tunangan. Hanya keluarga saja yang mengetahuinya. Bukan Khalisa ingin merahasiakan pertunangannya, tapi itu permintaan calon ayah mertuanya. Entah apa alasanya pria paruh baya yang sangat baik padanya itu, Khalisa juga tidak tahu. Dia hanya menuruti saja permintaan tersebut.
***
Setelah bermusyawarah, paman Kemal, bibi Amanda dan Khalisa meminta dokter Sam untuk segera melakukan operasi pada ayah Arsyad. Harapan Khalisa sangat besar untuk kesembuhan sang ayah. Khalisa ingin hidup lebih lama lagi bersama ayah Arsyad dan berharap cinta pertamanya itu selalu ada untuknya.
Namun sayang, keinginan Khalisa agar ayahnya bisa pulih harus dikubur dalam-dalam bersama kepergian ayah Arsyad yang membuat Khalisa harus bisa menerima takdir.
Belum juga masuk kedalam ruang operasi, Kamal Arsyad sudah menghembuskan napas terakhirnya. Sebelumnya ayah Arsyad sadar dari pingsannya. Dia sempat bicara dengan paman Kemal. Pria itu meminta paman Kemal untuk menjaga kedua putrinya, terutama Khalisa.
"Jangan khawatir Ar, aku pasti akan menjaga Khalisa." jawab paman Kemal.
"Aku pamit. Maafkan semua kesalahanku." ucap ayah Arsyad sebelum dia meminta paman Kemal memanggil Khalisa menemuinya.
"Khalisa Aulia Arsyad."
Deg. Perasan Khalisa resah begitu mendengar sang ayah memanggilnya dengan nama lengkap. Biasanya akan ada pembicaraan serius yang akan ayahnya bicarakan. Dan Khalisa takut ayahnya berbicara yang tidak Khalisa inginkan.
"Nak, Ayah minta kamu bisa melapangkan dada untuk maafkan ibumu." ucap ayah Arsyad. Meski Khalisa tampak baik-baik saja, tentu dia tahu seperti apa perasaan sang putri.
"Khalisa akan melakukannya, tapi ayah harus selalu ada bersama Ica." sahut Khalisa.
"Ica, ingat pesan ayah. Jadilah manusia yang selalu bisa memaafkan tanpa syarat. Ayah ingin kamu bahagia tanpa rasa dendam."
Khalisa mengangguk, "Iya Ayah." balas Khalisa. Dia tidak dendam dengan sang ibu, dia bahkan ingin merasakan pelukan dari tangan wanita itu. Sayang, Diana yang selalu menjauh setiap kali Khalisa berusaha mendekat.
Ayah Arsyad tersenyum, pria itu lalu mengucap dua kalimat syahadat dengan pelan sebelum menutup matanya. Khalisa mengeratkan genggaman tangannya. Gadis itu hanya bisa diam tanpa suara, tidak ingin menganggu kalimat yang sedang ayahnya ucapkan sampai akhirnya dia tahu sang ayah sudah pergi untuk meninggalkannya selamanya.
"AYAH!" panggil Khalisa, membuat paman Kemal dan bibi Amanda yang menunggu diluar segera masuk untuk melihat apa yang terjadi.
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun." ucap paman Kemal yang sudah siap dengan kepergian sang adik, tepatnya setelah ayah Arsyad pamit dan meminta maaf.
Bibi Amanda mengucapkan kalimat yang sama, lalu dia beralih pada Khalisa, "Sabar sayang, ikhlaskan kepergian ayah kamu, Nak." ucap bibi Amanda sambil memeluk Khalisa.
Gadis itu kini menangis dalam pelukan bibi Amanda. Berat tapi Khalisa harus kuat. Sekarang dia hanya sendiri. Biarpun masih ada ibu dan kakak, tapi Khalisa seakan tak memiliki mereka.
"Kamu tidak sendiri sayang. Ada paman, ada Bibi, ada Sonia dan juga Daren, Nak." ucap bibi Amanda, seolah tahu apa yang dipikirkan oleh keponakan suaminya itu.
***
"Devan... bangun!" ucap Viola.
"Kenapa? Masih kurang?" tanya Devan sambil mengerling nakal.
"Ayah meninggal."
Deg. Devan langsung bangkit dari tidurnya. Tanpa banyak bicara pria itu berdiri dan segera masuk ke kamar mandi. Yang ada dalam pikirannya hanya satu, Khalisa. Tunangannya itu pasti sangat rapuh saat ini. Devan sangat tahu begitu sayangnya Khalisa pada sang ayah. Devan merutuki kebodohannya yang mengabaikan panggilan Khalisa dan pesan dari gadis itu. Padahal dia sudah tahu, calon mertuanya itu dilarikan ke rumah sakit. Harusnya Devan segera datang ke rumah sakit menemani Khalisa, bukan berbagi peluh dengan Viola.
"Bod oh!" umpat Devan merutuki dirinya sendiri. Mengapa dia masih saja tergoda dengan bujuk rayu Viola? Padahal sejak berkomitmen mengejar cinta Khalisa, Devan sudah berjanji untuk meninggalkan kebiasaan buruknya yang sering tidur bersama banyak wanita, terutama para model yang berada di naungan agency milik mamanya. Ini bukan kali pertama dia berhubungan dengan Viola, mereka sudah saling kenal sebelum Devan mengenal Khalisa. Dan baru kemarin saat dia dan Khalisa bertunangan, Devan mengetahui bahwa teman ranjang nya di masa lalu adalah kakak tunangannya. Dasar pria breng sek. Sekalinya breng sek terus saja seperti itu. Siap-siap saja kamu menyesal Devan!
Berbeda dengan Devan, Viola mendengkus melihat Devan yang masuk ke kamar mandi. Dia tahu apa yang pria itu pikirkan. Viola tidak cemburu, tapi dia akan memberikan pelajaran pada Devan. Berani-beraninya mencintai adiknya. Viola tidak akan membiarkan hal itu.
***
Suasana duka menyelimuti kediaman Kamal Arsyad. Khalisa duduk disamping jenazah sang ayah tanpa ada niatan sedikitpun untuk meninggalkan cinta pertamanya itu. Disampingnya ada Sonia yang setia menemani adik kesayangannya itu. Sementara Viola sang kakak baru tiba saat ayahnya sudah siap diantar ke peristirahatan terakhir. Gadis itu tidak datang sendiri. Ada Diana dan Dion yang menemaninya.
Ya, Diana datang hanya untuk menemani Viola. Tidak untuk Khalisa, apa lagi berduka atas kepergian mantan suaminya. Hati Diana bahkan tidak tergerak untuk mendekati putri keduanya itu. Seakan ada tembok tinggi yang menahan langkah Diana untuk bisa sekedar menyapa sang putri. Ada apa dengan Diana? Hanya wanita itu yang tahu jawabannya.
Sementara Dion, dia datang dan medekati Khalisa. Pria itu memeluk Khalisa yang cukup terkejut dengan apa yang suami ibunya itu lakukan. Apa lagi mereka tidak pernah bertegur sapa sebelumnya.
"Jangan sedih, saya juga papa kamu." ucap Dion.
Sonia yang ada disamping Khalisa mendengkus kasar mendengar ucapan pria yang menghancurkan rumah tangga om nya itu, "Enak saja minta diaku papa oleh Ica." batin Sonia. Dia tidak akan membiarkan Khalisa seperti Viola, yang menerima Dion begitu saja setelah apa yang pria itu lakukan pada adik kembar papanya. Masih ada papanya yang bisa merawat Khalisa.
Sementara Devan yang sudah datang sejak jenazah ayah Arsyad tiba di kediaman calon mertuanya itu, tampak sibuk membantu paman Kemal, Daren dan Narendra, menerima tamu yang datang untuk melayat.
Salah satu tamunya adalah Abian. Pria itu langsung menuju kediaman Kamal Arsyad begitu mendengar kabar tentang kepergian ayah Khalisa. Ada sedikit penyesalan dalam hatinya karena tidak menemani Khalisa. Jika saja dia tahu, pasti dia akan tetap bertahan di rumah sakit.
Abian tidak sendiri, ada beberapa dosen lain dan juga teman-teman Khalisa. Baik yang satu angkatan maupun kakak tingkat dan adik tingkatnya. Reina salah satunya.
"Khalisa, saya turut berduka cita." ucap Abian saat pria itu bisa mendekati Khalisa.
"Terima kasih Pak Abian." balas Khalisa pelan. Gadis itu tampak tegar walau sebenarnya dia sangat rapuh. Abian bisa melihat itu dari sorot mata Khalisa.
"Kamu pasti bisa melewati ini semua." ucap Abian sebelum dia berlalu meninggalkan Khalisa untuk bergabung bersama rekannya yang lain.
***
"Ayo pulang Sayang." ucap Devan.
Langit sebentar lagi akan gelap, tapi Khalisa belum juga ada niatan untuk beranjak dari duduknya menghadap makam sang ayah. Di seberang Khalisa ada Viola yang sama-sama tidak ingin beranjak meninggalkan makam sang ayah. Entah apakah kakak Khalisa itu benar-benar sedih, atau tidak ingin meninggalkan Devan dan Khalisa hanya berdua. Tidak berdua juga kali, masih ada Sonia dan Narendra disana, ikut menunggu Khalisa yang masih berduka.
"Ayo Dek, kita pulang!" ucap Viola. Gadis itu tiba-tiba berdiri dan mengulurkan tangannya pada Khalisa.
Khalisa mendongakkan kepala, menatap tidak percaya pada kakaknya itu. Tapi anggukan Viola membuat Khalisa menerima uluran tangan Viola.
"Kami pulang dengan Sonia dan mas Rendra." ucap Viola pada Devan.
"Tapi...."
"Kamu pulang saja Kak. Kembali lah lagi nanti malam. Ada yang ingin aku bicarakan." ucap Khalisa memotong ucapan Devan.
Dengan berat hati Devan mengikuti permintaan Khalisa. Entah mengapa, Devan merasa apa yang akan Khalisa bicarakan nanti bukan hal yang baik untuk mereka.
Apa yang Devan rasakan benar terjadi. Khalisa meminta pernikahan mereka di tunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Devan tidak bisa menolak permintaan Khalisa, keputusan tunangannya itu didukung oleh keluarganya. Terutama Viola.
...◇◇◇...