Lin Feng, seorang Pendekar Langit yang dihormati di seluruh Dunia Langit Surgawi, berhasil mencapai pencapaian legendaris: membangkitkan Seni Pedara Naga Terbang, teknik kuno yang hilang yang mampu membuka Gerbang Surgawi. Namun, kesuksesannya justru menjadi bumerang. Kaisar Langit Xuan, penguasa dunia, diliputi keserakahan dan rasa iri, merancang konspirasi keji untuk mencuri kekuatan Lin Feng—kekuatan yang hanya bisa diambil dengan membunuh pemiliknya.
Dijebak, difitnah sebagai pengkhianat, dan disiksa di penjara paling kelam, Gua Pengasingan Langit, Lin Feng menyaksikan hidupnya hancur berantakan. Bahkan Mei Ling, istri yang dicintainya, dirampas dan dijadikan selir oleh Pangeran Ke-7. Dalam detik-detik terakhir sebelum ajal menjemput, hati Lin Feng dipenuhi amarah dan penyesalan yang mendalam.
"Jika ada kehidupan lain... aku akan membalaskan semuanya!"
Namun, kematian bukanlah akhir baginya. Roda takdir berputar dengan cara yang tak terduga. Jiwa Lin Feng yang penuh dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wee nakk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan di Balik Awan
Seorang pemuda dengan jubah putih yang kini koyak dan ternoda darah tergantung di ruang gelap.
Hanya satu sinar remang yang menembus celah batu, menerpa tubuhnya yang lemah.
Pakaiannya yang mahal menunjukkan ia berasal dari keluarga terpandang, meski kini hanya sisa-sisa kehormatan.
Pemuda itu tak sadarkan diri, kedua pergelangan tangannya terpasung oleh rantai besi yang dingin.
Posisinya memprihatinkan—wajah menghadap lantai, bibir pecah-pecah, dan darah masih menetes pelan dari ujung dagunya.
Lebam-lebam di wajah dan tubuhnya menjadi saksi bisu penyiksaan yang ia alami.
Ia tampak seperti boneka rusak yang dibuang di sudut kelam.
Matahari perlahan terbenam, dan sinar jingga dari celah dinding naik perlahan, menyinari tubuhnya yang lemah.
Cahaya itu justru semakin menonjolkan kesedihan yang menyelimuti dirinya.
Pemuda itu bernama Lin Feng, dan kini ia berada di sebuah penjara kuno yang dikenal sebagai Gua
Pengasingan Langit, tempat di mana para pendekar yang melanggar sumpah dikurung.
Lin Feng mulai siuman ketika sinar matahari menyentuh kelopak matanya. Perlahan, ia membuka mata.
Butuh beberapa saat baginya untuk menyadari di mana ia berada—dan rasa sakit yang menyiksa di sekujur tubuhnya.
Ia mengangkat kepala pelan-pelan, melihat sekeliling. Ruangan itu gelap, lembab, dan penuh retakan.
Hanya ada satu pintu besi tebal yang terkunci, dan satu lubang kecil di dinding sebagai jalur cahaya. Ia sadar: ini penjara.
“Bangsat... Aku, seorang Pendekar Langit, diperlakukan seperti sampah!
Apakah ini balasan karena aku berhasil membangkitkan Seni Pedara Naga Terbang? Hinaan seperti ini tak akan ku maafkan!”
Lin Feng adalah Pendekar Tertinggi dari Dunia Langit Surgawi, bahkan di Dunia Roh Elemental pun ia dianggap sebagai legenda.
Dulu, ia berhasil membelah langit, membuka Gerbang Surgawi yang selama ini tertutup, memberi harapan baru bagi seluruh pendekar.
Sayang, satu kesalahan menghancurkan segalanya.
Semua rencananya diketahui oleh Kaisar Langit Xuan, yang tak menyetujui ambisinya.
Kaisar Xuan adalah orang yang tak terduga—keberadaan Seni Pedara Naga Terbang dalam diri Lin Feng membuatnya diliputi keserakahan.
Ia pun merancang jebakan, menuduh Lin Feng sebagai pengkhianat Dunia Langit Surgawi.
Tujuannya hanya satu: merebut Seni Pedara Naga Terbang, yang hanya bisa diambil jika pemiliknya tewas.
Itulah sebabnya kaisar mengatur segalanya agar terlihat sah di mata hukum langit.
Saat Lin Feng tengah mengingat pengkhianatan itu, tiba-tiba ia mendengar langkah kaki mendekat.
Di luar penjara, dua lelaki bertubuh kekar berdiri. Satu tampak gelisah, satu lagi dingin.
Mereka adalah penjaga Gua Pengasingan Langit—tempat yang paling ditakuti dan dihindari para pendekar.
“Saudaraku, dia adalah Pendekar yang paling dihormati. Tidakkah kita melakukan kesalahan?
Bagaimana jika nasib kita nanti seperti dia?”
“Apa lagi yang bisa kita lakukan? Ini perintah Kaisar Xuan. Tak ada yang akan tahu.
Bahkan kabarnya, istrinya sudah diambil paksa oleh Pangeran Ke-7.
Sudahlah... Tugas kita hanya membunuhnya, lalu bawa jantung dan kepalanya pada Kaisar.”
“Cukup! Aku tak tega melihatnya. Kau saja yang menangani, aku tunggu di belakang.”
Kedua penjaga itu memiliki kekuatan lebih tinggi dari Lin Feng, karena kekuatannya telah disegel oleh medan penjara ini.
Siapapun yang masuk ke sini, kekuatannya tak lebih dari orang biasa.
Mereka pun memasuki ruangan.
Lin Feng sudah sadar dan mendengar semua pembicaraan mereka.
Suara pintu besi berderit membuat hatinya teriris.
Ia menatap tajam ke arah kedua penjaga, sorot matanya mengerikan meski tubuhnya lemah.
“Apa maksudmu tentang istriku? Siapa yang kau sebut wanita murahan?”
suara Lin Feng menggema, membuat kedua penjaga terhenti.
“Katakan!!” teriak Lin Feng penuh amarah. Darah segar kembali mengucur dari mulutnya.
Kedua penjaga itu saling memandang, lalu mendekat.
“Kami tidak punya pilihan. Jiwa kami terikat dengan tugas ini.”
“Mengenai istrimu... dua bulan lalu dia sudah menjadi selir Pangeran Ke-7. Kau paham, kan? Dia memang tertarik padanya!”
“Argh...! Kalian bajingan! Aku akan membunuhmu!”
Lin Feng mengamuk, berteriak sekuat tenaga. Rantai hitam yang mengikatnya membuatnya tak berdaya.
“Salahkan takdirmu. Kami hanya menjalankan perintah,” ujar salah satu penjaga sambil mendekat, sementara yang lain bersiap di belakang.
“Seni Pedara Naga Terbang...” bisik Lin Feng dalam hati. Sorot matanya berubah jadi liar dan penuh kebencian.
Penjaga itu mengumpulkan energi petir di tangannya, lalu berdiri tepat di depan Lin Feng.
“Maaf. Semoga di kehidupan lain, kau terlahir sebagai orang biasa.
Sejujurnya, kami mengagumimu. Tapi... dunia ini tidak cocok untuk orang sepertimu.”
Tanpa ba-bi-bu, tangannya menembus dada Lin Feng.
Saat jantungnya hampir direnggut, Lin Feng menatap dengan tatapan gila—penuh amarah, kebencian, dan dendam.
Jika ini takdir, biarlah... Tapi jika aku bisa terlahir kembali, aku akan mengubah segalanya. Maafkan aku, Mei Ling...
Bibirnya bergetar, membayangkan senyum sang istri, sebelum petir biru itu memenggal lehernya.
Salah satu penjaga menelan ludah. Bukan karena takut, tapi karena pilu melihat seorang jenius harus tewas sia-sia.
“Aku merasa... apa gunanya semua ini? Kaisar benar-benar sudah dirasuki nafsu.”
“Dan kita membantunya. Semoga suatu hari nanti, ada harapan baru untuk dunia ini.”
“Ayo pergi.”
Mereka membawa jantung dan kepala Lin Feng, meninggalkan tubuh tak bernyawa itu dalam kesepian.
Namun, dalam kegelapan, selalu ada celah untuk cahaya.
Kematian bukanlah akhir—terutama bagi jiwa yang masih menyimpan api dendam dan harapan. Di suatu tempat, di balik awan, roda takdir masih berputar...
di sebelah udah ampe jauh bgt ini ceritanya