NovelToon NovelToon
Selalu Mengingatmu

Selalu Mengingatmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Romansa / Idola sekolah
Popularitas:150
Nilai: 5
Nama Author: Fayylie

Olivia pernah memberanikan diri melakukan hal paling gila di hidupnya: menyatakan perasaan ke cowok populer di sekolah, Arkana. Hasilnya? Bukan jawaban manis, tapi penolakan halus yang membekas. Sejak hari itu, Olivia bersumpah untuk melupakan semuanya, terlebih dia harus pindah sekolah. Namun, dia pikir semua sudah selesai. Sampai akhirnya, takdir mempertemukan mereka lagi di universitas yang sama.
Arkana Abyaksa—cowok yang dulu bikin jantungnya berantakan. Bedanya, kali ini Olivia memilih berpura-pura nggak kenal, tapi keadaan justru memaksa mereka sering berinteraksi. Semakin banyak interaksi mereka, semakin kacau pula hati Olivia. Dari sana, berbagai konflik, candaan, dan rasa lama yang tak pernah benar-benar hilang mulai kembali muncul. Pertanyaannya, masih adakah ruang untuk perasaan itu? Atau semuanya memang seharusnya berakhir di masa lalu? Dan bagaimana kalau ternyata Arkana selama ini sudah tahu lebih banyak tentang Olivia daripada yang pernah dia bayangkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fayylie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 1

Pagi itu sekolah dipenuhi oleh riuh rendah siswa-siswi yang sudah berdandan rapi tapi masih ada sisa-sisa kekacauan khas kelas satu yang biasanya bikin guru garuk-garuk kepala. Matahari baru saja menembus celah-celah dedaunan, menyinari lapangan sekolah yang dipenuhi bendera warna-warni dan spanduk bertuliskan “Selamat Kenaikan Kelas dan Kelulusan”. Suasana campur aduk antara senang, gugup, dan sedikit sedih.

Olivia berdiri di depan kaca besar di kamar mandi sekolah, menyisir rambutnya yang masih agak berantakan karena terlalu cepat bangun pagi. Seragam putih biru yang dikenakannya terlihat rapi, tapi hati Olivia jauh lebih berantakan daripada rambutnya. Tahun ini dia cuma bisa ikut satu tahun di SMA itu sebelum pergi ke Jepang, dan hari ini—hari kenaikan kelas dua—rasanya semua terasa lebih emosional dari biasanya.

“Ugh, seandainya bisa ada tombol rewind,” Olivia bergumam sambil mengacak rambutnya lagi, “tapi ya enggak bisa, huh… harus berangkat juga akhirnya.”

Di sisi lain, di lorong sekolah, Stefan—teman sekelasnya yang terkenal usil tapi perhatian itu—sedang menunggu Olivia sambil main-main dengan spidol warna-warni yang seharusnya dipakai untuk coret-coret baju. Begitu melihat Olivia muncul di pintu, dia langsung mengangkat satu alis.

“Waduh, look who’s here. Si Olivia yang besoknya bakal tinggal di negeri sakura,” Stefan nyengir, nada suaranya bercampur candaan dan sedikit iri.

Olivia menatap Stefan dengan ekspresi pura-pura kesal. “Eh, jangan kebanyakan ngomong deh. Nanti gue dikira takut sama Jepang gara-gara lo yang ngeselin.”

Stefan ketawa. “Takut? Lo? Jangan bercanda lah, Lo. Jepang mah cuma makan sushi sama nonton anime doang. Gampang lah. Eh, tapi jangan lupa oleh-olehnya buat gue ya, lumayan buat nambah koleksi.”

Olivia menepuk pundak Stefan pelan. “Duh, lo tuh ya. Gue aja belum berangkat, udah minta oleh-oleh. Gue tebak lo udah nyiapin wishlist oleh-oleh kayak nyusun strategi perang.”

“Jangan salah, gue mau yang spesial edition. Jangan kasih yang abal-abal, ngerti kan?” Stefan berakting serius, padahal matanya udah nyipit karena ketawa.

Obrolan mereka terus berjalan sambil mereka menyusuri lorong menuju lapangan utama, di mana teman-teman kelas satu lain juga sudah berkumpul. Ada yang udah siap sama bunga untuk kakak kelas, ada yang lagi motret-motret grup selfie, dan beberapa siswa malah ketawa-ketawa sambil coret-coret baju. Olivia sendiri nggak bisa berhenti mikir tentang Jepang, tentang meninggalkan semua yang dia kenal di sini, dan tentang Arkana.

“Apa gue harus bilang perasaan gue ke Arkana sebelum gue pergi, ya?” Olivia bergumam pelan.

Stefan, yang mendengar, cuma menepuk bahu Olivia. “Lo boleh bilang, boleh enggak. Tapi, hasilnya sama aja, Lo. Akhirnya lo kan tetap pergi ke Jepang. Jadi mending manfaatin aja sisa waktu lo di sini.”

Olivia menghela napas panjang. Benar juga, pikirnya. Tapi hati kecilnya tetap penasaran, tetap berharap sesuatu yang beda.

Setelah acara resmi dimulai, guru-guru mengumumkan kenaikan kelas, dan beberapa kakak kelas sudah menerima bunga atau hadiah kenangan. Olivia hanya tersenyum sambil menonton teman-teman lain sibuk coret-coret baju mereka sendiri. Terasa aneh, karena sebentar lagi giliran dia yang akan meninggalkan semua ini.

Acara kenaikan kelas terus berjalan, tawa, canda, tangis, dan coret-coret baju menjadi satu dalam memori yang tak terlupakan. Semua orang sibuk dengan kegembiraan dan kesedihan mereka masing-masing. Olivia tahu, besok dia akan pergi, tapi hari ini, di tengah riuh rendah lapangan sekolah, dia memutuskan untuk menyimpan semua momen ini.

Ketika matahari semakin tinggi, Olivia duduk di pinggir lapangan, melihat teman-teman lain bercampur dalam kegembiraan. Spidol di tangannya, baju penuh coretan, senyum di wajah teman-teman. Semua terasa sederhana, tapi berarti. Sambil menatap langit, Olivia berbisik pelan,

“Ini cuma awal, Olivia… Jepang menunggu, tapi hari ini, gue cuma mau menikmati semuanya dulu.”

......................

Di sela-sela keramaian, Olivia melihat Arkana sedang bermain futsal di lapangan sekolah. Matanya otomatis berbinar sedikit, tapi dia buru-buru menundukkan kepala, pura-pura santai. Arkana tidak begitu mengenal Olivia—atau mungkin hanya sekadar tahu namanya saja—tapi Olivia sudah lama menyimpan rasa. Selama hampir setahun, dia selalu diam-diam mengagumi Arkana, memperhatikan dari jauh, dan menahan diri untuk tidak mengungkapkan perasaannya.

“Hmm… mungkin sekarang waktu yang tepat,” pikir Olivia, menggigit bibir bawahnya.

Tanpa pikir panjang, dia berjalan mendekati lapangan futsal. Di tengah terik matahari, bola-bola memantul, tawa anak-anak terdengar, tapi Olivia cuma fokus ke satu orang—Arkana.

Arkana sedang asyik menggiring bola di lapangan futsal, keringat mulai menetes di dahi karena panas matahari pagi. Lalu tak lama Arkana ke pinggir lapangan, sepertinya akan mengambil minum

Olivia yang melihat kesempatan itu, langsung berjalan mendekat. Begitu hampir sampai di depannya, dia tersenyum dan memanggil, “Arka!”

Arkana menoleh menghadap Olivia.

Olivia tersenyum malu tapi hangat. “Mungkin lo nggak kenal gue. Tapi… setelah ini gue bakal ke Jepang. Jadi, gue pengen lo… nulis sesuatu di baju gue.” Olivia mengeluarkan spidol dari tasnya dan menyodorkan ke arah Arkana. “Apapun, ucapan, doa, atau apalah, terserah lo.”

Arkana menatap Olivia sebentar, menimbang-nimbang, lalu hanya mengangguk dan menuliskan kata di bagian punggung baju putih Olivia.

Olivia tersenyum lebar, hatinya terasa hangat. “Thanks, Arkana.”

1
Sara la pulga
Gemesinnya minta ampun!
Nụ cười nhạt nhòa
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
°·`.Elliot.'·°
Aku beneran suka dengan karakter tokoh dalam cerita ini, thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!