NovelToon NovelToon
Perangkap Cinta Ceo Posesif

Perangkap Cinta Ceo Posesif

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:23.7k
Nilai: 5
Nama Author: Senja

Naomi harus menjalani hari-harinya sebagai sekretaris di perusahaan ternama. Tugasnya tak hanya mengurus jadwal dan keperluan sang CEO yang terkenal dingin dan arogan yang disegani sekaligus ditakuti seantero kantor.

Xander Federick. Nama itu bagai mantra yang menggetarkan Naomi. Ketampanan, tatapan matanya yang tajam, dan aura kekuasaan yang menguar darinya mampu membuat Naomi gugup sekaligus penasaran.

Naomi berusaha keras untuk bersikap profesional, menepis debaran aneh yang selalu muncul setiap kali berinteraksi dengan bosnya itu.

Sementara bagi Xander sendiri, kehadiran Naomi di setiap harinya perlahan menjadi candu yang sulit dihindari.

Akan seperti apa kisah mereka selanjutnya? Mari langsung baca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 1 Awal Pertemuan

“Astaga, bisa-bisanya aku kesiangan!”

Seorang gadis berlari tergesa-gesa menyusuri trotoar yang mulai ramai. Napasnya memburu, terengah-engah, seperti pelari maraton di garis akhir.

Rambut hitam panjangnya yang diikat asal-asalan, kini beberapa helainya sudah lepas dan menempel di pelipisnya yang berkeringat. Sepatu sneakers-nya yang berwarna pudar belepotan lumpur, menunjukkan jejak perjuangan yang gadis itu lalui pagi itu.

Ini adalah hari pertamanya bekerja, dan tentu saja, ia nyaris terlambat.

Gadis dengan mata hazel itu adalah Naomi.

Dibesarkan di sebuah panti asuhan sejak bayi, Naomi tumbuh menjadi gadis yang keras kepala, dewasa dan mandiri. Hidup telah mengajarkan nya untuk tak pernah bergantung pada siapapun, selalu berusaha berdiri diatas kakinya sendiri.

Setiap inci keberhasilannya adalah hasil jerih payahnya. Dan sekarang, di usia dua puluh tahun, Naomi harus bekerja keras bukan hanya untuk bertahan hidup, tapi juga untuk membantu ibu panti yang tengah sakit keras, menopang sedikit beban hidup di pundak mungilnya.

Impian besar tak ada dalam kamus Naomi. Yang ada hanya satu, bertahan hidup dan memastikan orang-orang yang Naomi sayangi baik-baik saja.

Naomi sudah duduk di dalam bus kota yang mulai padat. Sesekali, ia melirik jam tangan murahan yang melingkar di pergelangan kirinya dan mendesah keras. Jarum jam sudah menunjukkan waktu yang kritis.

“Bagaimana ini?! Aku bisa dipecat sebelum bekerja!” desis nya pelan, tangannya meremas tali tas punggungnya yang usang. "Ini perusahaan kelima yang mau menerimaku bekerja. Astaga, setelah aku ditolak mentah-mentah berkali-kali!"

Wajah Naomi berubah cemberut, bibirnya manyun, menunjukkan kekesalan yang mendalam.

Gadis itu mendongak, lalu menggerutu lagi, kali ini sedikit lebih kencang, hingga suaranya memenuhi sebagian kecil ruang bus.

“Terakhir kali aku kerja, aku dipecat karena menendang otong bosku yang me sum dan mata keranjang itu! Salah siapa coba, main peluk-peluk orang sembarangan! Udah kayak cacing kepanasan aja!” ocehnya sambil menghentakkan kaki kesal, melampiaskan amarah yang masih membekas di hatinya.

Bus yang tadinya sepi, kini mulai terasa gaduh karena suara cempreng Naomi yang mengudara tanpa sensor, menarik perhatian beberapa penumpang lain yang tadinya terlelap atau asyik dengan ponselnya.

“Berisik! Kamu mengganggu tidurku, bodoh!” ucap seseorang dari kursi belakang dengan suara dalam dan datar, seperti guntur yang samar.

Naomi terkejut, matanya membelalak. Ia pun menoleh, ekspresi wajahnya yang kesal menjadi semakin kesal saat melihat sumber suara. Naomi mendapati seorang pria yang duduk dengan tenang di belakangnya.

“Apa kamu bilang?! Aku bodoh?!” pekik Naomi, tidak terima sembari menunjuk dirinya sendiri.

“Kecilkan suaramu!” ucap suara itu lagi, tegas dan dingin, tanpa sedikit pun nada basa-basi. Seperti seorang komandan yang memerintah.

Di belakang Naomi, duduk seorang pria dengan setelan jas hitam rapi. Pakaiannya terlihat mahal dan pas di tubuhnya yang tegap.

Wajahnya nyaris tak terlihat karena tertutup masker hitam yang menutupi hidung dan mulut, serta topi yang menaungi sebagian wajahnya.

Namun, dari tatapan tajam matanya yang terlihat sedikit di balik bayangan topi, Naomi tahu pria itu bukan orang sembarangan. Aura dominan dan intimidatif memancar kuat dari tubuhnya, membuat suasana di sekelilingnya terasa membeku.

“Ini angkutan umum, Tuan!” sahut Naomi dengan lantang, tidak gentar sama sekali. “Jadi suka-suka saya dong mau teriak, nangis, atau guling-guling! Saya juga bayar, bukan numpang gratis kayak parasit!”

Pria itu berdecak, terdengar jelas meski terhalang masker. “Ck. Menyebalkan.”

Naomi bersedekap, menatapnya sinis, siap melanjutkan debat seru mereka.

Tapi sebelum debat kecil yang aneh ini semakin panas, keduanya refleks berseru, “Turun di depan, Pak!” ucap mereka bersamaan, terkejut dengan kebetulan itu.

Mata mereka saling bertemu sejenak dan sama-sama terkejut.

“Heh! Kamu ingin menguntitku, ya?! Sampai-sampai turun juga bareng segala? Jangan-jangan kamu stalker!” Naomi mendelik.

Pria itu membalas dengan memutar bola mata malas di balik topinya, menunjukkan ekspresi jengkel.

“Untuk apa aku mengikuti gadis barbar tidak jelas sepertimu? Aku punya urusan lebih penting daripada menguntit orang lain.” balasnya dengan suara terdengar jengkel.

“Gadis barbar? Waw, hebat! Baru pertama kali bertemu tapi sudah menghakimi. Bagus sekali caramu menilai orang!” Naomi berkata dengan nada sarkas, lalu menunjuk pria itu dengan jari telunjuknya. “Saya tidak tahu harus bangga atau sedih bertemu orang seperti anda, Tuan.”

Beberapa menit kemudian, bus berhenti tepat di depan gedung tinggi berlapis kaca yang menjulang angkuh di tengah kota, terlihat mewah dan megah.

Naomi berdiri duluan, dengan tergesa-gesa membayar ongkosnya, lalu bergegas turun, seolah dikejar waktu yang tak bisa menunggu.

Pria itu berdiri tak lama setelahnya, merogoh kantong jaketnya untuk mengambil dompet. Namun, tangannya membeku di tempat.

Sebuah kepanikan kecil menjalar di hatinya. Dompetnya tidak ada. Dia pasti meninggalkannya di mobil.

Wajah pria itu menegang, menyadari bahwa dia telah meninggalkan dompetnya. Pria itu menoleh ke arah sopir bus yang mulai menatapnya, lalu beralih ke arah Naomi yang sudah mulai menjauh dengan langkah cepat.

“Gadis berisik!” panggilnya dengan suara sedikit meninggi sambil membuka masker. Teriakannya membuat Naomi berhenti.

Naomi berbalik sambil menghela napas sebal. Wajahnya menunjukkan ekspresi kesal yang begitu kentara.

"Ya ampun, ada apalagi sih?! Saya sudah terlambat masuk kerja, Tuan!"

"Berikan aku uang lima puluh ribu!" katanya tanpa malu, sambil mengulurkan tangan.

“Apa-apaan sih?! Baru kenal sudah minta uang? Anda ini pengemis yang pura-pura sok kaya, ya? Modus baru nih?” Naomi menyipitkan mata, menatap pria itu dari atas sampai bawah, menilai penampilannya yang kontras dengan permintaannya yang memalukan.

Pria itu menarik napas dalam, menahan amarah yang mulai naik ke ubun-ubunnya. "Aku lupa membawa dompet."

“Alasan klasik!”

“Apa kamu ingin sopir bus itu menunggu tanpa kepastian? Itu lebih keterlaluan, bukan? Dia bisa melaporkan ku.” pria itu menunjuk ke arah sopir bus yang memang sudah mulai menggerutu dan melihat ke arah mereka dengan tidak sabar.

Naomi mengerang pelan, lalu merogoh dompet kecilnya yang hampir kosong. Ia mengeluarkan satu-satunya uang yang tersisa, selembar pecahan lima puluh ribu rupiah yang kusut. Ini adalah uang terakhirnya untuk makan siang.

Dengan berat hati, Naomi memberikan uang itu pada pria bertopi hitam.

“Ini. Ambil. Tapi tolong jangan muncul lagi di depanku!” ucap Naomi dengan mata memicing, menatap pria itu dengan tajam. “Makanya, kalau tidak punya uang, jangan sok-sokan naik bus! Apalagi naik taksi online atau mobil pribadi! Jalan kaki saja!”

Tanpa menunggu balasan, Naomi berbalik dan berlari menuju gedung tempat di mana ia akan mulai bekerja. Ia tak ingin lagi berurusan dengan pria aneh ini.

Pria itu menatap kepergian Naomi, lalu tersenyum tipis dari balik maskernya. Ada kilatan ketertarikan di matanya.

“Berisik… tapi menarik.” gumamnya. Bibirnya membentuk sebuah senyuman tipis yang tak terlihat oleh orang lain.

Pria itu memasukkan uang kembaliannya ke sakunya, lalu melangkah ke kantornya yang kebetulan adalah gedung yang sama dengan tempat Naomi bekerja.

Hai para readers, aku coba up ulang nih, siapa tahu masih dikasih kesempatan sama Ntoon, kalau enggak ya wassalam...

1
partini
wah masuk benang kusut ini ayo xan masa ga bisa bikin Naomi klepek klepek
+55 🚩
ga pake lama mwehehehehehe 🌚🌚🌚
partini
hi hi hi jangan sampai ini dua orang pecah perawan duluan dua" lagi pada oleng
partini
wkwkwkwk asik kali nya mereka nikah nya bareng
Senja: bengek kak🤣🤣
total 3 replies
Dwi Sulistyowati
bocah bisa bikin bocah dokter 🤭
Senja: 😂😂 hoo
total 1 replies
partini
baru di kasih Kiss tipis" di oting udah menggeliat lah di kokop macam mana siap tempur dong,, pasti Nic merasa lucu Thor Otong nya bereaksi ma anak kecil
Senja: 😆 hooh kak
total 1 replies
partini
lah belum tau dia berhadapan dengan sia itu ranting mafia belum akarnya Weh Weh ,, impoten Thor mau lihat reaksi nich lihat body Snowy apa Anaconda akan menggeliat 😂😂😂😂
Senja: Wkwkw gak tahu kakak🤣
total 1 replies
partini
aku makin penasaran sama Nic
+55 🚩
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa 🦖🦖🦖
partini
dihhhh aku penasaran kekurangan apa sih yg di miliki Nicko Thor ,,apa impoten apa suka terong ,,cocok tuh sama Snowy biar dia masih anak anak
partini: ihhh jangan lah,, tertidur aja tuh anaconda ketemu ma pawang nya baru menggeliat 😂😂😂😂😂
total 2 replies
partini
hehh nich what are you doing,,ihhhh
partini
ihhh rasain
+55 🚩
hohoho 🌚🌚🌚 plok2 al datang!
partini
aihhh belum merasakan kamu Naomi 😂😂😂,xan rencana mu good 👍👍👍
+55 🚩
gayanya.. giliran digigit ular alaska nambah2 🌚🌚🌚
+55 🚩: mwehehehehehe 🌚🌚🌚
total 2 replies
Opi Sofiyanti
jgn mau... ke bayang g nanti tiap kamu g bs jln.... 😂😂😂😂
Senja: Wkwkw😭
total 1 replies
partini
penggerebekan yg liar biasa ,,nanti dulu siapa di balik penggerebekan ini thor
Senja: Nah kang julid pasti kak😆
total 1 replies
partini
ini yg beda tapi aku yg aku tunggu dulu
partini: aku lebih suka yg Laur ini Thor ,
total 3 replies
Naya En-lish
/Rose//Rose//Rose//Heart/
partini
burung lepas dari sangkar wkwkwk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!