Sebuah kisah cinta rumit dan menimbulkan banyak pertanyaan yang dapat menyesakan hari nurani
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ericka Kano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Genderang perang dimulai ...
Tiga orang pusat yang datang itu meminta kunci ruanganku dan mengunci ruangan sehingga aku tidak bisa masuk ke dalam. Mereka juga membawa setumpuk dokumen dari ruanganku. Mereka pulang tanpa pamitan sama sekali. Bahkan mereka menolak untuk di antar ke hotel mereka menginap. Kami pun tidak ada yang tahu mereka menginap di mana.
Aku pulang ke rumah dengan perasaan campur aduk. Sepanjang perjalanan aku berpikir keras, apa yang salah dari unit kami sehingga harus turun sidak. Belum ada yang memberi penjelasan. Namun hatiku agak sedikit lega karena ternyata cabang juga diaudit. Apakah ini biasa terjadi? Tapi sekian tahun aku bekerja di perusahaan ini baru kali ini terjadi sidak seperti ini. Aku ingin mencurahkan perasaan ku saat ini tapi aku tidak punya teman. Teman-teman SMA ku sudah memiliki kehidupannya sendiri dan kami juga sudah jarang saling kontak. Mau tidak mau, temanku satu-satunya hanyalah Steve. Mudah-mudahan kami tidak bertengkar. Karena sudah jadi kebiasaan saat membahas sesuatu yang serius ending nya pasti bertengkar. Apa hanya rumah tangga kami saja yang begitu atau itu hal yang wajar dalam rumah tangga?!
Tiba di rumah, aku mendapati Steve sedang duduk di teras depan dan memainkan ponselnya.
"Malam," sapa ku
"Sudah pulang ya. Tumben pulangnya masih jam segini," ujar Steve. Itu baru jam 17.30. Dan aku memang jarang pulang di bawah jam 20.00
Aku langsung duduk di kursi sebelah meja sambil meletakan tas ku di atas meja.
"Tadi ada sidak dari kantor pusat," ujarku sayu
"Sidak? Dari kantor pusat? Apa yang terjadi, Ty?," Steve kaget
"Aku juga tidak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba saja mereka datang, langsung menyuruhku ke luar ruangan bahkan sampai pulang pun aku tidak bisa lagi masuk ke ruanganku," aku menjelaskan
"Kalau ada sidak, berarti ada pelanggaran, Ty. Yang sidak dari bagian apa?,"
"Keuangan,"
"Berarti ada pelanggaran di bagian keuangan unit kalian, Ty,"
"Itulah yang aku gak ngerti. Selama ini aku gak pernah neko-neko. Semua laporan ku buat dengan sebenar-benarnya. Cash flow juga jelas,"
"Apa jangan-jangan ada yang sengaja melaporkan kamu, Ty?," Steve mulai berspekulasi
"Siapa?," aku mengernyitkan kening
"Yah gak tahu. Ibu Tri mungkin. Dia kan gak suka kamu, Ty. Atau yang lain mungkin,"
Aku berpikir sejenak.
"Bu Tri, ya? Bisa saja sih. Dari awal kami memang sering beda pemikiran. Mungkin dia ingin aku diberhentikan sebagai Kanit,"
"Ya bisa saja kan. Tapi selagi kamu benar kamu gak usah takut. Tunggu saja besok hasil sidaknya,"
"Steve, seandainya aku dijebak. Dan hasil sidak menyatakan aku bersalah. Lalu aku diberhentikan. Bagaimana dengan keluarga kita?,"
"Aku masih hidup, Ty. Aku akan bekerja untuk keluarga kita,"
"Tapi kerja mu yang sekarang gak cukup untuk menghidupi keluarga ini, Steve,"
"Yah, aku akan cari kerja lain. Yang pasti aku gak mungkin diam,"
"Gimana kalau nyarinya dari sekarang saja?,"
"Lho, kita kan belum tahu hasil sidaknya. manatau hasilnya baik-baik saja dan kamu tidak diberhentikan. Lagian kamu sudah lama mengabdi dan track record kerja kamu juga sangat baik,"
"Apa nanti tunggu hasil sidak baru kamu mau berjuang untuk keluarga ini?,"
"Jadi selama ini bagi kamu, aku tidak ada perjuangan sama sekali, Ty?," suara Steve mulai meninggi
"Bukan. Maksud ku, kalau nanti tunggu hasil sidak lalu kamu baru nyari kerjaan ya gak akan maksimal," aku berusaha setenang mungkin
"Kita kan masih bisa makan Ty. Anak-anak juga masih aman untuk susu dan Pampers nya. Kamu itu terlalu khawatir soal hari esok,"
"Itu namanya antisipasi,"
"Pernyataan kamu itu lho, sepertinya aku ini hanya berdiam diri saja selama ini. Benar-benar tidak menghargai,"
Ya, genderang perang dimulai. Selalu dan selalu...