NovelToon NovelToon
Kebangkitan Zahira

Kebangkitan Zahira

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Pelakor jahat / Cinta Lansia
Popularitas:146.4k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

pernikahan selama 20 tahun ternyata hanya jadi persimpangan
hendro ternyata lebih memilih Ratna cinta masa lalunya
parahnya Ratna di dukung oleh rini ibu nya hendro serta angga dan anggi anak mereka ikut mendukung perceraian hendro dan Zahira
Zahira wanita cerdas banyak akal,
tapi dia taat sama suami
setelah lihat hendro selingkuh
maka hendro sudah menetapkan lawan yang salah
mari kita saksikan kebangkitan Zahira
dan kebangkrutan hendro

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KZ 32

Dengan bantuan Adit, akhirnya Zahira mampu berkomunikasi langsung dengan para penggemarnya. Dulu, ia membalas mereka lewat surat yang lambat dan terbatas, tapi kini semua bisa dilakukan lewat aplikasi menulis.

"Dunia semakin maju, rupanya," ucap Zahira pelan, seolah dirinya baru saja dilahirkan kembali setelah dua puluh tahun hidup dalam kepalsuan.

Adit tak hanya mengajarinya cara menjawab komentar dan menyapa pembaca, tetapi juga membantu menjelaskan cara menghadapi tawaran kontrak dari berbagai agen perfilman. Beberapa perusahaan film mulai melirik novelnya untuk dijadikan film pendek, ada yang dari stasiun televisi yang tertarik menjadikannya sinetron, dan bahkan beberapa platform streaming ingin mengadaptasinya menjadi serial. Nilai kontraknya? Ratusan juta rupiah.

"Rasanya seperti mimpi, mendapat uang dua ratus juta dalam waktu kurang dari sebulan," gumam Zahira sambil menatap layar ponselnya yang terus bergetar oleh notifikasi.

Malam itu, Zahira hanya menyelesaikan satu bab. Bukan karena kelelahan, tapi karena ia lebih banyak menghabiskan waktu membalas komentar para penggemarnya. Dan karena hatinya sedang diliputi kegembiraan, Zahira tak mempermasalahkan penurunan kuantitas. Biasanya ia menulis lima bab setiap malam—malam ini cukup satu.

Zahira tidur dengan tenang. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia merasa benar-benar hidup.

..

Waktu terus berlalu, tanpa terasa hari telah berganti.

Di ruangan kerjanya yang sempit dan berantakan, Romlah duduk gelisah. Tangannya mengetuk-ngetuk meja dengan pensil, ekspresi wajahnya terlihat kusut. Tidak ada lagi Rina di sana—perantara andalannya yang dulu selalu menjadi jembatan antara dirinya dan para penadah baju curian dari konveksi.

“Siapa sekarang yang bisa aku korbankan?” gumam Romlah sambil menatap kosong ke arah pintu yang tertutup.

Penadah yang baru ini berbeda. Mereka terlalu ambisius, terlalu licik.

“Mana ada baju ilegal dibeli tiga kali lipat dari harga aslinya... jelas mereka punya maksud lain.” gumamnya lagi, alisnya mengernyit.

Romlah mencurigai bahwa perusahaan itu tidak hanya ingin membeli barang curian. Mereka ingin lebih—ingin mencuri desain, mencuri produksi, lalu membuat ulang pakaian yang sama, dan memasarkan di bawah merek mereka sendiri.

“Mereka akan mencuri start dari konveksi ini... lalu mengaku-ngaku sebagai pencipta modelnya.” pikir Romlah. Ketakutan dan ambisi bertarung dalam pikirannya.

Ini terlalu berbahaya. Seharusnya Rina yang menjalankan, tapi sekarang... siapa?

Ia terdiam sejenak, lalu seulas senyum muncul di wajahnya.

“Zahira...” bisiknya lirih.

Senyumnya melebar menjadi seringai penuh siasat.

“Ya, ini jebakan yang sempurna untuk Zahira. Kalau berhasil, aku bisa dapat puluhan juta. Kalau gagal... tinggal aku lempar semua kesalahan ke dia.”

Romlah tertawa pelan. Di matanya, rencana itu nyaris tanpa celah. Semua arah menguntungkan dirinya—seperti biasa.

..

Zahira sedang menggosok baju ketika salah satu staf Romlah memanggilnya. Ia menoleh, ragu-ragu.

Sejujurnya, Zahira enggan. Tapi ia tahu, saat ini bukan waktunya untuk menolak. Uang hasil menulis novel barunya baru akan cair dalam satu minggu ke depan. Jika dipecat sekarang, ia akan kesulitan untuk sekadar membeli makan dalam beberapa hari ke depan.

Romlah menyerahkan sebuah kardus yang dibungkus rapi.

“Zahira, tolong antarkan barang ini ke alamat yang tertera sekarang juga,” ucap Romlah datar tanpa memandangnya.

Zahira menerima kardus itu dengan alis berkerut.

“Apa ini?” tanyanya hati-hati.

Romlah hanya terkekeh pendek.

“Jangan banyak tanya. Tenang saja, itu bukan narkoba atau barang terlarang lainnya.”

Zahira makin curiga.

“Tapi ini bukan bagian tugasku, Bu. Saya di bagian produksi, bukan pengiriman…”

Romlah kini menatapnya tajam.

“Kamu mau antar atau tidak? Kalau tidak, silakan kamu berhenti kerja sekarang juga. Dan asal kamu tahu, aku tidak akan menghitung seluruh pekerjaanmu minggu ini kalau kamu menolak.”

Zahira menarik napas panjang. Ia tahu ini tidak benar, tapi tidak ada pilihan. Lagipula, Romlah sudah bilang itu bukan barang terlarang.

“Baiklah kalau begitu,” jawabnya akhirnya.

Romlah menyerahkan catatan alamat sambil memberi peringatan tambahan.

“Ingat, jangan serahkan barang ini sebelum mereka membayar. Paham?”

Zahira memandangi kardus itu sekali lagi, firasatnya tidak enak.

“Mencurigakan sekali… Sepertinya barang ini bukan barang biasa,” gumamnya dalam hati.

“Sudah! Jangan banyak tanya. Cepat pergi! Kalau sudah dibayar, langsung kembali ke ruanganku!” tegas Romlah, hampir membentak.

Zahira hanya mengangguk.

“Oke,” jawabnya singkat, lalu melangkah pergi dengan hati waspada.

Zahira melangkah keluar dari pabrik sambil menggendong kardus rapi yang baru saja diberikan oleh Bu Romlah. Hatinya masih tidak tenang, tapi wajahnya berusaha terlihat biasa saja. Udara sore mulai berhembus, membawa aroma debu bercampur asap kendaraan dari jalanan depan.

Saat melewati pangkalan ojek, matanya tak sengaja menangkap sosok Adit yang sedang duduk santai di atas motornya sambil memainkan ponsel.

"Ingin menikahiku, tapi kerjanya malas-malasan. Yang punya jabatan saja bisa selingkuh, apalagi kamu, hanya tukang ojek..." gumam Zahira dalam hati, kesal tapi tidak bisa menyangkal bahwa ada sedikit rasa penasaran pada sosok yang tak kenal lelah menunggu cintanya.

Ia memutuskan untuk naik angkot saja, tidak ingin berurusan dengan Adit yang akhir-akhir ini terasa terlalu dekat. Namun langkahnya terhenti ketika Adit tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya, tersenyum dengan gaya santainya yang menyebalkan.

“Mau ke mana, sayang?” tanya Adit, membuat Zahira memutar matanya malas.

Zahira sedang tidak ingin bercanda. Ia masih kesal dengan keberanian Adit yang tiba-tiba melamarnya tanpa pembicaraan serius. Tapi setelah menarik napas panjang dan berpikir sejenak, akhirnya ia menjawab dengan jujur.

“Aku disuruh Bu Romlah mengantarkan barang ini,” ucapnya sambil menatap kardus di pelukannya.

Adit mengernyit. “Kamu tahu isinya apa?”

Zahira menggeleng pelan. “Enggak. Katanya bukan barang terlarang, tapi... rasanya aneh saja.”

Tanpa banyak bicara, Adit langsung menurunkan step motor untuk penumpang dan memberi isyarat.

“Ayo naik, aku antar.”

Zahira sempat ragu, namun akhirnya naik juga.

"Sepertinya... kalau ditemani Adit tidak buruk juga," pikirnya sambil tersenyum tipis dalam hati.

Mereka berdua meninggalkan area pabrik, motor Adit melaju pelan menembus keramaian jalan. Selama perjalanan, obrolan mereka berubah serius. Adit bertanya dengan nada tenang, Zahira menjawab dengan jujur tapi penuh keraguan. Sesekali Zahira mengerutkan kening, sesekali mengangguk pelan.

"Adit, kamu yakin dengan semua ini?" tanya Zahira lirih, nada suaranya ragu, nyaris bergetar.

Adit menoleh sekilas tanpa mengurangi fokusnya pada jalan. "Iya, aku yakin," jawabnya tenang.

Zahira memeluk kardus itu lebih erat. Hatinya tidak tenang.

"Tapi ini barang curian, Dit... Kalau aku tetap menyerahkannya, apa bedanya aku dengan pencuri?"

Adit menarik napas pelan. "Tenang, kamu kan cuma disuruh nganterin. Kamu enggak tahu isinya. Kamu bukan pelaku utama."

Zahira menggeleng lemah, pikirannya semakin kusut. “Tapi aku ikut terlibat, Dit. Rasanya hati aku enggak enak. Dari awal Romlah udah mencurigakan.”

Adit mengangguk, wajahnya mulai serius.

"Memang. Si Romlah itu pinter... pintar memanipulasi orang. Pantas aja gajinya kecil, tapi bisa pakai perhiasan mewah dan mobil bagus."

Zahira mendengus, setengah kesal, setengah menyesal. "Iya, sekarang masuk akal. Uang haram semua itu..."

Adit meliriknya sejenak sebelum kembali fokus.

"Begitulah, Zahira... Kalau maling dibekali sedikit ilmu, dia bukan cuma ambil barang. Dia akan cari celah... dan pelan-pelan menjatuhkan orang lain biar kelihatan bersih sendiri."

Zahira terdiam. Kata-kata Adit menampar logikanya. Ia sadar, kalau ia tetap mengantar kardus itu tanpa tahu isi dan maksudnya, bisa saja ia dijadikan kambing hitam

1
Rita Wati
Puasss dech baca akhir kisah nya
Happy Ending....👍🥰🥰🥰🥰🥰
aliifa afida
luarrr biasaaaa....
Dessy Sugiarti
Yaaa TAMAT KAK BLOM KAN.....
Atika Sari
ancur smua keluarga ini!!!
mahira
lanjut bonchap kk
Jasni Tahir
ending yg bahagia tp mengalirkan airmata
Euis Maryam
kuleren
Euis Maryam
lanjut chapter nya dong thor
Liana CyNx Lutfi
Dan mereka akhirnya hidup bahagia
Annisa
terimah kasih thor untuk tulisaannya
bagus penuh cinga dan sangat menguras emosi
good job pokoknya
Liana CyNx Lutfi
Akhirnya senja dan langit sdh ditemukan
Liana CyNx Lutfi
pada akhirnya orang yg dianggap kampungan yg selalu dihina yg menolong tnpa minta balasan
Liana CyNx Lutfi
puas rasanya ratna di hajar angga ,kasian krn salah didikan mereka jd salah jlan
Rafika Jeef
karya yang luar biasa thor👍🏻⭐⭐⭐⭐⭐
FLA
ahhh part part terakhir yg bikin mewek, tapi berakhir dengan bahagia
Akbar Razaq
Andai ada bintang lebih lima maka akan aku beri buat othor bintang yg lebih banyak banyak lagi.

Ending yg melegqkan,dan berharap Angganjd ank ygnlebih baik lagi.Bagaimana pun juga dia korban dr salah asuh lingkungannya.papa,ibu kqndung dan neneknya.
Ok ku tunggu karya selanjutnya thor
kalea rizuky
kapok lu anggi di jual emak. loe
Hasanah
si Anggi bodoh bnget rasain itu prbuatan Mak mu itu
Sulfia Nuriawati
binatang aja membela anaknya saat anak terancam, tp ratna g pantas d sebut ibu predikat itu terlalu agung utk ratna, germo jg g mw jual anaknya tp ratna lbh pantas d sebut iblis berwjh manusia
Annisa
astagfirullah ratna orang tua laknut.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!