Sejak kecil, Eyliana terbiasa dengan kesepian. Rumahnya bukan tempat bernaung, melainkan medan perang tanpa henti antara kedua orang tuanya. Kematian mereka tidak meninggalkan duka, justru tawa ironis yang melegakan. Berbekal warisan, ia merintis karier sebagai aktris, tetapi popularitas membawa tantangan baru—pengkhianatan, fitnah, dan obsesi gelap dari penggemar.
Saat sebuah tragedi merenggut nyawanya, Eyliana terbangun kembali. Bukan di dunianya, melainkan di dalam komik 'To Be Queen', sebagai Erika, si putri sempurna yang hidupnya penuh kebahagiaan. Ironisnya, kehidupan impian ini justru membuatnya cemas. Semua pencapaiannya sebagai Eyliana—kekayaan, koleksi, dan orang-orang terpercaya—kini lenyap tak berbekas. Eyliana harus beradaptasi di dunia yang serba sempurna ini, sambil bertanya-tanya, apakah kebahagiaan sejati benar-benar ada?
"Haruskah aku mengikuti alur cerita komik sebenarnya?" Pikir Eyliana yang berubah menjadi Erika Serriot
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moonbellss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Pertemuan Para Pangeran
Perjamuan Teh di Istana
Keesokan harinya, di istana utama Kekaisaran Pero, Baginda Kaisar Pierre mengundang semua anak-anaknya untuk minum teh bersama di taman istana utama. Para pangeran duduk di kursi masing-masing sambil menunggu ayah mereka datang. Suasana di antara mereka tidak terasa akrab; setiap pangeran sibuk dengan urusannya sendiri.
Pangeran pertama, Lucas Lardine, memiliki perawakan wajah tampan dengan rambut berwarna biru gelap yang selaras dengan matanya. Kedatangannya seperti langit malam yang terang karena sinar bintang. Sikapnya yang selalu tenang dalam menghadapi sebuah masalah dan misterius dalam setiap tindakannya membuatnya sulit ditebak. Kini dia hanya menikmati teh hangat serta pemandangan sore hari yang damai.
Selanjutnya, Pangeran kedua, bernama Edwin Lardine. Ia memiliki penampilan yang tegas dan ditakuti. Rambut merah dan mata biru sudah menjadi ciri khasnya. Sikapnya yang tidak memiliki ketakutan terhadap apa pun membuatnya hanya tertarik dalam berpedang dan pertumpahan darah di medan perang. Harapannya hanya berduel dengan Tuan Andreas Serriot hingga menang, tetapi itu tidak pernah terjadi karena Andreas selalu menolak duel dengan Edwin. Kini Pangeran kedua sedang mengelap pedangnya dengan kain hitam, sepertinya ia datang setelah latihan dengan prajurit khusus istana.
Terakhir, Pangeran ketiga sebagai tokoh utama cerita komik 'To be Queen' bernama Zester Lardine. Ia memiliki ketertarikan dalam tanaman dan obat-obatan, layaknya seorang tabib. Zester Lardine terhitung pangeran jenius dalam sejarah kekaisaran. Banyak orang dan bangsawan yang menghindari perdebatan apa pun dengannya, karena banyak bangsawan yang berakhir kalah dalam berdebat atau dipermalukan oleh Zester. Selain pintar, Zester Lardine juga bisa memanah dengan perhitungan yang tepat sasaran pada setiap target. Tidak perlu ditanya lagi, wajah tokoh utama komik ini pastinya memiliki karisma dan ketampanan luar biasa, dengan rambut kuning dan mata merah ruby cantik yang menusuk jika saling bertatapan dengannya. Kini pangeran ketiga sedang menunggu Baginda sambil membaca buku penelitian tanaman miliknya.
Tak lama kemudian, Baginda Kaisar datang bersama ajudan dan Grand Duke Arode Serriot. Ketiga pangeran berdiri dan memberi salam pada Kaisar.
***
Jawaban yang Mengejutkan
Setelah kaisar berbincang cukup lama dengan para pangeran, wajah kaisar menjadi kusut seolah-olah dunia akan segera berakhir. Karena semua pangeran tidak ada yang tertarik dengan takhta ataupun kekuasaan. Ketiga anak kaisar itu juga tidak terlihat akrab satu sama lain. Entah karena perhatian kaisar yang terpecah hingga tidak memperhatikan mereka atau karena memiliki ibu yang berbeda sehingga memiliki sifat yang saling bertentangan.
“Aku sering dijuluki kaisar yang adil dan bijaksana, tetapi aku tidak bisa mendidik anak dengan baik sehingga menjadi seperti ini. Bagaimana ini bisa terjadi, Grand Duke? Kenapa semua anakku tidak memiliki ambisi apa pun tentang takhta? Bagus tidak ada pertengkaran nyata di antara mereka, TETAPI BAGAIMANA BISA MEREKA MENOLAK STATUS PUTRA MAHKOTA SECARA BERSAMAAN DAN KOMPAK?” kesal kaisar sambil memukul meja teh di depannya.
Flashback 20 menit yang lalu.
“Hoho, anak-anakku. Sudah saatnya aku menentukan di antara kalian akan menjadi Putra Mahkota. Apa ada di antara kalian yang tertarik?” tanya kaisar setelah mengobrol dengan para pangeran.
“Tidak,” jawab cepat Edwin.
Sedangkan Lucas hanya menggelengkan kepalanya sambil minum teh di depannya, dan Zester mengalihkan pandangan ke arah lain seolah tidak ingin menatap ayahnya. Wajah kaisar langsung terkejut dengan jawaban dan tingkah para pangeran. Ketika ditanya alasan menolak takhta dan kekuasaan, mereka menjawab:
“Saya lebih suka terjun langsung membantu masyarakat, Baginda. Jika saya naik takhta, saya jadi tidak bisa berbaur dengan masyarakat dengan baik dan penyamaran saya cepat terbongkar,” jelas Pangeran Lucas.
“Maafkan saya, Baginda. Jika saya menjadi kaisar, saya tidak bisa langsung terjun ke medan perang karena istana tidak bisa kosong dalam waktu yang lama,” jelas Pangeran Edwin.
“Tidak bisa, Baginda. Jika saya jadi kaisar, saya tidak bisa merawat kebun tanaman obat dan meneliti lagi. Lebih baik kedua kakak saya saja,” jelas Pangeran Zester yang membuat kedua kakaknya kesal dan menatap adik terakhir mereka. Setelah mendengar semua penjelasan dan alasan yang tidak masuk akal—terutama alasan Pangeran ketiga—Kaisar memasang wajah kusut dan menatap ke anak-anaknya.
Flashback selesai.
Kini semua pangeran sudah kembali ke istana masing-masing. Ya. Istana masing-masing. Kalian tidak salah baca. Kawasan istana Kekaisaran Pero memiliki berbagai bagian. Pertama, Istana Utama, tempat Baginda Kaisar dan Ratu bekerja. Selanjutnya ada Istana Kaisar/Mawar, Istana Selir/Melati, Istana Tamu Negara/Asoka, Istana Tamu Kaisar/Gypsophila, Istana Para Pangeran Masing-Masing/Amaris, Istana Khusus/Tulip, dan Istana Terdahulu/Lily.
“Alasan mereka memang hanya alasan. Mereka tidak memiliki ambisi dalam hal ini,” kata Grand Duke sambil memegang dagu untuk memikirkan solusi yang ada.
“Panggil saja aku Pierre, Arode. Di sini kita cuma berdua. Kita kan teman,” perintah Kaisar.
“Tidak bisa, Baginda,” tolak tegas Grand Duke. Kaisar menatap temannya itu dengan wajah kesal.
“Sial. Kau sama saja dengan anak-anakku yang lain, tidak mau memanggilku ayah walaupun di pertemuan keluarga. Hanya Liera yang bisa menganggapku dengan santai,” gerutu Kaisar.
“Bagaimana kalau Baginda menjodohkan mereka? Siapa dulu yang memiliki pasangan, dia akan jadi putra mahkota,” saran Grand Duke.
“SEKARANG KAU MENGABAIKANKU?! DAN MENGALIHKAN PEMBICARAAN? …eh, tunggu? Itu juga ide menarik,” kata kaisar yang sempat kesal dengan Grand Duke langsung berubah dengan ide cemerlangnya.
Sikap ketiga pangeran yang begitu kompak menolak takhta membuat Kaisar Pierre bingung. Ia telah menghabiskan bertahun-tahun untuk mendidik mereka, memberi mereka yang terbaik, dan memastikan mereka siap untuk memimpin. Namun, ambisi yang ia harapkan tidak pernah muncul. Ia mengerti bahwa setiap dari mereka memiliki minatnya sendiri. Lucas dengan rakyatnya, Edwin dengan peperangan, dan Zester dengan tanamannya. Mereka semua adalah pangeran yang berharga dan cerdas, tetapi mereka tidak menginginkan kekuasaan.
Kaisar Pierre tahu, takhta adalah beban yang berat. Ia sendiri merasakan hal itu setiap hari. Namun, takhta juga adalah tanggung jawab. Kekaisaran Pero membutuhkan seorang pemimpin yang kuat dan bijaksana, yang tidak hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia telah melihat banyak kekacauan di kekaisaran lain yang disebabkan oleh perebutan takhta. Karena itulah ia ingin membuat keputusan yang adil dan damai.
"Arode, kau tahu, aku tidak ingin ada pertumpahan darah di antara anak-anakku. Aku juga tidak ingin memaksa mereka. Tapi, takhta harus ada yang mengisi," ujar Kaisar dengan suara yang lebih lembut. Ia menatap Grand Duke, sahabat karibnya.
"Saya mengerti, Baginda. Itu sebabnya saya mengusulkan ide perjodohan. Karena diumur sekarang saya yakin mereka sudah tertarik dengan wanita," jawab Grand Duke, merasa sedikit lega karena Kaisar kembali ke mode serius.
Kaisar Pierre memikirkan saran itu dalam-dalam. "Perjodohan... itu ide yang bagus. Bukan merebut tahta tapi pasangan? Ini menarik. Siapapun dari ketiga anakku memiliki kualifikasi menjadi penerus baik. Wanita yang memiliki kualitas yang baik dan keluarga luar biasa.."
Grand Duke tersenyum tipis. "Saya punya beberapa nama, Baginda. Yang Mulia Ratu dan Duchess juga pasti punya beberapa nama. Kita bisa membuat daftar dan menyaringnya."
"Tidak perlu. Biarkan aku yang memikirkan calon wanita itu," kata Kaisar sambil tertawa kecil menatap Grand Duke.
Wajah Kaisar kini berubah menjadi tersenyum licik dan melirik Grand Duke, membuat Grand Duke menjadi merinding.
“Ekh… tiba-tiba perasaanku tidak enak. Apa aku salah memberi saran ya?” gumam Arode sambil melihat tatapan Kaisar dengan keringat dingin.
Bersambung...