Pria Dengan Rahasia... Dua Wajah!!!

Biasanya, aku merasa tenang selama beberapa hari setelah salah satu Petualangan Malamku, tetapi setelah keluar dari rumah Ethan Hunter dengan tergesa-gesa tepat keesokan paginya, aku masih saja gemetar karena semangat.

Aku sangat ingin menemukan fotografer bersepatu merah dan melakukan pemberantasan.

Aku adalah monster yang rapi dan senang menyelesaikan apa pun yang aku mulai. Ketika mengetahui ada orang di luar sana yang berjalan gedebak-gedebuk ke sana kemari dengan sepatunya yang ganjil itu sambil menjinjing kamera yang telah melihat terlalu banyak, aku bertambah semangat untuk mengikuti jejak-jejak kaki itu dan merampungkan proyekku yang terbagi menjadi dua bagian.

Mungkin aku telah terlalu tergesa-gesa terhadap Ethan Hunter. Seharusnya aku memberinya lebih banyak waktu serta desakan, dan dia akan memberi tau segalanya.

Namun, sepertinya ada sesuatu yang bisa aku temukan sendiri dengan mudah.

Sejauh ini aku tidak salah, tetapi kali ini perbuatanku itu telah menempatkan aku di posisi yang ganjil, dan aku harus menemukan si Mr. Boots sendiri.

Aku tau dari penelitianku sebelumnya bahwa Ethan Hunter tidak punya kehidupan sosial selain pelayaran malam yang sesekali dilakukannya. Dia bergabung dengan beberapa organisasi bisnis.

Akan tetapi, aku belum menemukan seorang pun yang menjadi teman khususnya untuk bergaul. Aku juga tau bahwa dia tidak punya catatan kriminal, tidak ada data untuk diambil dan mencari rekan yang dikenal.

Ethan Hunter adalah tipe penyendiri. Dari semua pengamatanku tentang dirinya, belum pernah kulihat indikasi bahwa dia punya teman, kenalan, teman kencan dan teman tidur. Tidak ada laki-laki sama sekali, kecuali yang masih kecil.

Tidak ada petunjuk satu pun, kecuali foto-foto dengan ujung sepatu merah bodoh yang menonjol keluar itu.

Lalu, siapakah koboi misterius itu dan bagaimana cara aku menemukannya?

Hanya ada satu tempat yang bisa aku kunjungi untuk memperoleh jawaban, dan aku harus segera ke sana sebelum ada orang yang menyadari bahwa Ethan Hunter telah menghilang.

Setidaknya dalam perjalanan pulang aku bisa mampir sebentar untuk makan. Jadi, dengan rencana beberapa jam berikutnya yang telah disusun rapi, aku pergi ke tempat parkir, masuk ke dalam mobil lali berkendara ke Selatan.

Hujan telah turun begitu aku tiba di Silent Hill, dan sekali lagi kuambil jaket kuningku lalu berlari kecil menuju kapal Ethan Hunter.

Sekali lagi kubuka kunci dengan mudahnya lalu menyusup ke dalam kabin. Dalam kunjungan pertamaku ke kapal, aku telah mencari-cari tanda bahwa Ethan Hunter adalah seorang paedofil. Sekarang, aku mencoba mencari sesuatu yang sedikit lebih kabur, sejumlah petunjuk kecil untuk mengidentifikasi teman Ethan Hunter, si fotografer.

Karena harus memulai dari suatu tempat, aku kembali ke tempat tidur. Aku membuka laci dengan dasar yang mencurigakan itu lalu membolak-balik Foto-foto itu lagi.

Kali ini, aku memeriksa bagian belakang seperti ketika memeriksa bagian depan. Fotografi digital telah membuat aksi memata-matai menjadi jauh lebih sulit.

Tidak ada tanda apa-apa di dalam foto maupun paket film kosong dengan nomor berantai yang bisa dilacak.

Kututup laci dan kubongkar area sekitar, tetapi tidak ada sesuatu yang belum aku lihat sebelumnya. Merasa kecewa, aku naik lagi ke atas menuju kabin utama. Di sana juga ada beberapa laci dan aku membuka satu persatu.

Videotape, action figure, lakban, semua benda yang sudah aku lihat, dan tidak ada satu pin dari benda itu memberitahukan sesuatu. Kukeluarkan setumpuk lakban sambil berpikir bahwa tidak adil untuk membiarkan benda-benda ini begitu saja. Dengan malas-malasan, aku buka laci paling bawah.

Dan benda itu ada di sana.

Jauh lebih baik menjadi orang beruntung daripada menjadi orang baik-baik. Aku tidak pernah berharap untuk mendapatkan benda begini bagus untuk waktu yang sangat lama. Benda yang tersembunyi di bawah gulungan lakban adalah secarik kertas. Ada nama yang tertera di kertas itu, "Reiker," dan di bawahnya ada nomor telepon.

Sudah tentu tidak ada jaminan bila Reiker adalah si Sepatu Merah, atau bila nama itu adalah nama manusia. Bisa saja itu adalah nama kontraktor pemasangan pipa di laut.

Namun, penemuan ini lebih dari sekedar bukti yang sempat kuperoleh, dan aku harus bergegas keluar dari kapal sebelum badai berhenti. Kujejalkan kertas itu di saku, kututup ritsleting jas hujanku, lalu keluar dari kapal untuk menuju jalan kecil itu lagi.

Mungkin aku merasa begitu tenang dan gembira sebagai efek setelah malam yang kuhabiskan bersama Ethan Hunter.

Perasaan senangku hanya bertahan sejauh bundaran jalan Old River, dan lirikan rutin melalui kaca spion depan membekukan musik di bibirku.

Di belakangku, bisa di katakan menguntit ujung jok belakangku, ada sebuah mobil berwarna maroon. Mobil itu begitu mirip dengan mobil dari Kepolisian Shadowfall City yang jumlahnya dipertahankan demi kebutuhan personel yang berpatroli dalam pakaian biasa.

Aku tidak melihat bagaimana hal ini bisa menjadi pertanda baik. Mobil patroli mungkin bisa mengikuti bukan karena alasan khusus, tetapi seseorang yang ada di mobil patroli tentu punya maksud tertentu, dan tujuan itu sepertinya adalah untuk membuatku waspada bahwa diriku sedang diikuti.

Jika memang demikian, maka tujuan itu berjalan dengan sempurna. Aku tidak bisa melihat dengan jelas dari kaca depan untuk mengetahui siapa yang sedang mengendarai mobil itu, tetapi tiba-tiba saja aku merasa penting untuk tau seberapa lama mobil itu telah mengikutinya, siapa yang menyetir, dan berapa banyak yang sudah dilihat oleh si pengemudi.

Aku berbelok ke jalan sempit lalu memarkir mobil. Kemudian mobil itu berhenti tepat di sampingku. Untuk beberapa saat, tidak ada yang terjadi. Kami berdua duduk di dalam mobil, menunggu. Apakah aku akan di tangkap? Bila seseorang telah mengikuti aku dari pelabuhan, tentunya akan berakibat sangat buruk.

Cepat atau lambat hilangnya Ethan Hunter akan diketahui. Bahkan penyelidikan paling rutin sekalipun akan pergi untuk melihat apabila kapal itu masih ada di sana, dan fakta bahwa Damon ada di sana di tengah hari bolong tentu menjadi sangat penting.

Hal-hal kecil seperti inilah yang dapat menyukseskan kerja polisi. Polisi mencari kebetulan-kebetulan menggelikan semacam ini, dan ketika menemukannya mereka bisa bersikap sangat serius terhadap orang yang ada di terlalu banyak tempat menarik berdasarkan kebetulan semata. Sekalipun orang itu punya tanda pengenal dari Kepolisian setia senyum palsu yang sangat mempesona.

Aku keluar dari mobil dan bergegas melangkah ke mobil itu. Kaca mobil membuka dan Sersan Daniel yang selalu marah menatapku, layaknya model untuk patung dewa jahat.

"Kenapa akhir-akhir ini kamu sering meninggalkan pekerjaan di tengah hari?" Tanyanya kepadaku.

Suaranya tidak mengandung ekspresi tertentu, tetapi tetap saja memberi kesan bahwa apa pun yang akan aku katakan hanyalah kebohongan, dan dia akan dengan senang hati menyakitiku karena berbohong.

"Ah, Sersan Daniel! Sungguh kebetulan yang menyenangkan. Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" Aku berseru riang.

"Memangnya ada sesuatu yang lebih penting dari pada pekerjaanmu?" Tanyanya lagi.

Sepertinya dia tidak tertarik untuk berbasa-basi. Aku mengangkat bahu.

"Mmm, ada keperluan pribadi yang harus aku urus," jawabku.

Dia menatapku selama beberapa detik yang terasa seolah-olah tidak akan berakhir.

"Keperluan pribadi, ya," gumamnya tanpa berkedip.

"Begitulah," Kataku.

"Kamu tidak punya pengacara dan adikmu di kantor, lalu keperluan pribadi macam apa yang membuat kamu harus kabur dari kantor?" Katanya.

"Sebenarnya aku, ngg... aku..." Kataku.

"Lucu ya, aku juga ada keperluan pribadi di sini." Akhirnya dia berkata.

"Benarkah? Keperluan apa Sersan?" Tanyaku lega.

Saat itu adalah pertama kalinya aku melihat dia tersenyum, dan perlu aku katakan bahwa aku lebih suka kalau dia melompat keluar dari mobil lalu menggigitku.

"Aku sedang mengamati KAMU," Jawabnya.

Dia memberikan aku waktu sejenak dan kemudian dia menutup kaca mobil lalu menghilang di balik kaca gelap.