Jangan menikah saat hati kita belum bisa move on dan berdamai dari masa lalu, karena yang akan dirugikan tak hanya diri sendiri, namun juga pasangan baru kita. Hal itu yang pada akhirnya menjadi konflik pada hubungan Rania dan juga Andreas. Pernikahan mereka di ambang pada perpisahan karena masa lalu Andreas tiba-tiba datang ditengah-tengah mereka, terlebih sikap Andreas yang dingin dan cuek membuat Rania lelah untuk terus bertahan pada pernikahannya, karena seolah hanya dia yang selama ini memperjuangkan hubungannya. Ia pun akhirnya memilih untuk pergi. Tapi, bisakah ia pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biru_Muda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Pulang
Tak ada lagi waktu yang terbuang, ke esokan paginya, Andreas kembali memantau proses penyelidikan. Dan memang tak ada unsur kesengajaan di dalamnya, namun justru kelalaian datang dari pegawai itu sendiri, jadi tak harus berurusan pada hukum. Sehingga proses berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan, hingga proses pembangunan kembali bisa dilanjutkan setelah satu hari berhenti beroperasi.
"Syukurlah semua sudah beres, aku takut ini akan memakan waktu lama" Timpal Tery yang ternyata juga ada disana.
Andreas hanya diam memantau tanpa memperdulikan ke beradaan Tery.
"Apa kamu akan langsung pulang?"
"Hmm.."
Hanya deheman yang dijawab oleh Andreas.
"Bagaimana kalau kita makan bersama sebelum kamu pulang, bukannya kamu belum makan dari tadi?" Ajak Tery.
"Kamu kan bisa makan sendiri"
Ajakan itu langsung ditolak oleh Andreas tanpa pertimbangan, membuat Tery sedikit terluka.
"Andreas, aku kan sudah minta maaf, tapi kenapa kamu masih dingin sama aku?"
"Tery, aku tidak ada waktu untuk berdebat sama kamu, aku pergi dulu"
Tery terlihat kesal, karena lagi-lagi ditolak oleh Andreas.
"Kamu mau pergi begitu saja setelah meilhat ada yang terluka begini?"
Tery mencoba mengejar Andreas.
"Semua sudah selesai seperti yang kamu lihat"
Andreas berusaha untuk kembali meninggalkan Tery yang masih terus berusaha agar tak pergi.
"Apa yang membuat kamu terburu-buru begini, sih? Bukannya resort ini hal yang penting buat kamu?"
"Resort ini memang penting, tapi urusanku disini sudah selesai, jadi untuk apa aku masih disini?"
"Apa kamu pulang karena istri kamu?"
Andreas menghentikan langkahnya.
"Kenapa jadi membahas soal istriku?"
Tery termangu melihat Andreas menghentikan langkahnya karena ia membahas soal istrinya.
"Bukan apa-apa, aku hanya menebak saja"
Andreas diam tak menimpali dan kembali pergi meninggalkan Tery yang kini tak lagi menyusulnya pergi.
"Padahal aku sudah susah-susah membuatnya datang kemari" Ujar Tery sedikit kesal, yang seolah mengisyaratkan kalau dia ada keterlibatan dalam insiden kali ini.
....
Ditempat lainnya, Rania yang terbaring lemah dirumah sakit, kini sudah kembali kerumah. Sejatinya ia masih belum boleh pulang, namun ia memutuskan untuk pulang karena tak ingin berada dirumah sakit terlalu lama, terlebih ia tak memberi tahu bibi soal dirinya yang pergi dari rumah, ia takut bibi akan memperpanjang masalah dan sampai ketelinga oma.
"Lho, ibu Rania sudah pulang" Ucap bibi pengurus rumah, bi Fatmi yang sedang berbersih rumah.
"Bibi mencari saya, ya" Balas Rania.
"Iya bu, sebenarnya ibu Rania dari mana saja sampai pak Andreas juga mencari ibu kemarin"
"Mas Andreas?"
Rania tak percaya dengan apa yang di dengar sampai mengulangi ucapan bi Fatmi dua kali.
"Mas Andreas mencariku?"
"Betul, kemarin beliau bertanya pada bibi soal ibu, cuma bibi jawab tidak tahu"
Rania termenung mendengar suaminya itu sedang mencari keberadaanya.
"Aku minta maaf ya, bi. Sudah membuat bibi khawatir, aku habis pulang kerumah ibu sebenarnya kemarin" Ucap Rania sedikit berbohong.
"Oh begitu, iya nggak apa-apa kok, bu, yang penting anda sudah pulang dengan selamat sekarang" Balas bi Fatmi merasa lega.
"Yasudah aku mau masuk ke kamar dulu ya"
"Eh, tidak mau sarapan dulu, bu. Saya sudah selesai masak lho"
"Iya nanti aku makan, aku mau mandi dulu"
"Baik"
Rania berjalan naik ke atas kamarnya meninggalkan bi Fatmi yang kembali meneruskan berbersih rumah.
"Dia tidak ada dirumah, ya ternyata?"
Begitu masuk membuka pintu kamar, ia tak melihat keberadaan suaminya di dalam dan menyadari bahwa suaminya itu sedang tidak ada dirumah.
"Kok tadi bi Fatmi nggak bilang apa-apa, ya?"
Rania yang masih terlihat lemah mencoba untuk tenang dan perlahan masuk kedalam kamar.
"Hari ini aku harus mengatakanya padanya" Tukasnya.