Gita merasakan jika berada didekat suaminya merasa sangat emosi, dan begitu juga dengan sang suami yang selalu melihat wajah istrinya terlihat sangat menyeramkan.
Setiap kali mereka bertemu, selalu saja ada yang mereka ributkan, bahkan hal.sepele sekalipun.
Apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Apakah mereka dapat melewati ujian yang sedang mereka hadapi?
Ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Tujuh
"Jon, kata pak Arka disuruh ke ruangannya, aku mau permisi pulang, mau periksa kesehatan," ucap pemuda berambut ikal dan sedikit gondrong itu. Namun ia sering mengkucirnya.
"Iya, bentar ya. Aku buatin minum untuk Bu Riri dulu." sahut Joni yang sedang memasak air.
Jamet menatap panci stainless steel berukuran sedang yang saat ini airnya sedang mendidih. Tiba-tiba Jamet berubah fikirian. "Biar aku yang antar teh ini ke Bu Riri, kamu temui Pak Arka saja, sepertinya ada yang penting banget," ucap Jamet dengan wajah pucat yang terus dipaksakan.
Joni menganggukkan kepalanya. Lalu mematikan kompor. "Teh hijau, ya." pesannya pada Jamet, lalu pergi meninggalkan dapur.
****
Jamet berjalan menuju ruangan Riri. Tubuhnya menggigil dan juga merasa sangat panas, bahkan bagian perkututnya seperti ada yang berjalan dibawah kulitnya.
Tok tok tok
Suara ketukan dipintu, dan terdengar perintah untuk mengatakan masuk.
Jamet berjalan dengan sedikit kepayahan, lalu memasuki ruangan kerja milik sang wanita yang saat ini masih sibuk dengan pekerjaannya.
Jamet yang tremor, membuat suara gemeretak antara piring dan gelas, yang menciptakan gelombang pada air.
Pemuda itu meletakkan gelas diatas air, lalu berdiri tegak.dihadapan sang wanita yang masih terhalang oleh meja.
Riri mengangkat wajahnya, lalu melihat pemuda yang merupakan Office Boy dan pernah mencicipi tubuhnya.
"Kau? Mengapa kau antarkan teh ini? Kemana Joni?" tanyanya dengan ketus.
"Dia dipanggil pak Arka, maka saya yang menggantikannya mengantar teh ini," jawab Jamet dengan wajahnya yang semakin memerah menahan rasa sakit.
Riri memasang wajah tak suka. Ia sangat jijik saat mengingat dimana pemuda sialan ini yang telah menidurinya.
"Pergilah, saya tidak ingin melihat wajahmu! Menjijikkan!" maki Riri dengan kesal.
"Ibu lebih menjijikkan!" balas Jamet.
Seketika wajah Riri memerah menahan amara, kedua matanya membeliak dan menatap tajam pada pemuda yang dianggapnya sudah lancang. "Dasar sialan! Akan ku kirim surat pemecatanmu!" ucap sang wanita yang terlihat sangat arogan.
Jamet tersenyum sinis, lalu dengan cepat ia meraih teh hijau yang masih sangat panas itu, lalu menyiramkannya ke arah rok Riri, dan belum sempat wanita itu berteriak, Jamet menyemprotkan sesuatu ke arah dua buah melon milik Riri yang seketika membuatnya melepuh.
"Aaaaaaaa," pekiknya kesakitan, sebab ternyata yang digunakan oleh Jamet adalah air keras, sehingga Riri merasakan sakit yang cukup parah.
Jamet tersenyum sinis, lalu meninggalkan ruangan dengan langkah terseok dan ia memilih untuk kabur.
Sementara itu, Riri, merasakan sakit yang cukup parah, dan lepuhan dibagian dua buah melonnya semakin parah, dan dengan kesakitan ia menghubungi security untuk meminta bantuan.
Jamet terus pergi menggunakan sepeda motornya, dan ia meninggalkan kantor dan menuju tempat persembunyiannya.
Security datang memasuki ruangan kerja Riri yang saat ini sudah tergeletak diatas lantai dengan kondisi miris dan mengenaskan.
"Mana ambulance?!" tanyanya dengan menggeliat kesakitan.
"Sudah menuju ke arah sini, Bu. Sebentar lagi datang. Security itu melirik dada Riri yang tampak mengeluarkan cairan pekat berwarna merah, karena luka bakar yang cukup parah.
Ia mencoba membopong tubuh wanita itu dan membawanya kelantai dasar.
"Siapa yang melakukannya, Bu?" tanya sang Security, sembari berjalan keluar menyusuri koridor.
"Jamet!" jawabnya dengan erangan kesakitan.
"Kenapa gak ibu katakan dari tadi? Biar ia saya tahan! Saat ini ia sudah kabur pastinya!" sesal sang Security, sebab ia tadi berpapasan dengan sang OB.
"Saya tidak ingat, buruan bawa saya ke rumah sakit!" ucap sang wanita itu dengan menahan kesakitan.
Pria itu menekan lift, lalu membawa Riri yang sudah tidak sadarkan diri.
Suasana kantor menjadi heboh, sebab Riri terlihat dengan kondisi yang sangat kritis.
Mobil ambulance sudah tiba, dan ia meletakkan tubuh Riri diatas ranjang pasien yang dibawa oleh petugas medis.
"Apa yang terjadi?" tanya seorang wanita berparas cantik yang merupakan salah satu staf HRD diperusahaan itu. "Ibu Sekretaris disiram cairan air keras oleh salah satu Office Boy, sayangnya ia sudah melarikan diri," jawab security tersebut.
"Hah! Kok bisa?"
"Ya mana saya tau, Bu. Saya hanya ditelfon oleh Bu Riri untuk minta dipanggilkan ambulance dan menolongnya."
"Berarti sudah ada dendam sebelumnya, tidak mungkin tiba-tiba bawa air keras," wanita itu mencoba berspekulasi dengan pendapatnya.
"Mungkin saja," jawabnya dengan singkat. Ia tidak ingin terlibat dengan hal apapun.
Mobil ambulance sudah pergi meninggalkan kantor dan rumor menyebar dengan cepat.
Sementara itu, Jamet yang sudah semakin memucat, menggulir layar ponselnya. Lalu dengan akun bodongnya, ia mengunggah beberapa video syur tentang ia dan sang Sekretaris.
"Kalau aku dipecat, maka kamu juga dipecat, kalau aku mati, maka kamu juga akan mati! Dan jika aku hidup, maka kau harus tetap mati!" ucap Jamet dengan wajahnya yang penuh dendam.
Postingannya telah terunggah, dan ia tersenyum dengan sangat puas. Lalu dengan sengaja men-share video tersebut ke kontak Whatshap para karyawan yang tersimpan diponselnya.
Tak lupa ia menyebarkannya pada berbagai akun media sosial miliknya.
Setelah menyelsaikan semuanya, ia kembali merasakan mengigil yang cukup hebat, dan cairan pekat berwarna merah serta nanah mengalir dari perkututnya, dan rasa sakitnya cukup membuat ia mengejang dengan sangat sengsara.
Kenikmatan yang dibayangkan selama ini, dan dirasakan hanya sekejap saja, harus berakhir dengan cukup mengenaskan.
"Met, kamu kenapa?" tanya seorang wanita paruh baya dengan panik yang mendapati puteranya sedang menggelepar dilantai rumah mereka yang terbuat dari semen.
Jamet tiba-tiba saja pulang ke rumah setelah sekian lamanya tidak pernah kembali dan saat ini pulang dengan membawa penderitaan.
"Maafin Jamet, Bu, maafin Jamet," ucapnya dengan suara lirih.
Pemuda itu memesan taksi online untuk mengantarkannya pulang ke rumah ibunya.
"Astaghfirullah, kamu kenapa, Met?" wanita itu tampak panik melihat kondisi puteranya.
Wanita paruh baya itu melihat sesuatu yang tak biasa pada puteranya, lalu ia memanggil sang suami dengan berteriak, dan meminta bantuan untuk melihat kondisi Jamet.
Seorang pria dengan usia yang sudah mencapai lima puluh lima tahun itu datang menghampirinya dengan langkah yang tergopoh-gopoh, ia memeriksa kondisi Jamet, dan melihat dalam pandangan mata bathinnya jika puteranya bukan sakit hal yang wajar.
"Ambilkan Bapak air putih, Bu." titahnya, lalu mengambil.kain sarung dan menutupi bagian inti puteranya.
Wanita paruh baya itu mengangguk cepat, lalu pergi kedapur untuk mengambil air putih yang diminta oleh suaminya.
Sementara itu, pria tersebut melakukan dzikir untuk me-ruqiyah puteranya dengan beberapa doa yang dianjurkan, diantaranya diawali dengan shalawat, surah Al-fatiha, Ayat Qursy, surah Al-ikhlas, Surah Al-Falaq, dan Surah An-Nas, lalu ditutup dengan shalawat lagi.
Seketika tubuh Jamet semakin bergetar hebat, dan saat sang ibunda membawa segelas air putih untuknya, Sang Ayah meniupkan air putih tersebut setelah dzikirnya.
Ia meminumkan pada puteranya, lalu tanpa terduga, beberapa kelabang berwarna hitam keluar dari perkututnya, dan merayap dilantai, lalu menghilang menjadi asap hitam.
xiexiexiexie.....
anak semata wayang yang dibangga-banggakan ternyata astaghfirullah ...
tp sayang nya si Minah belum nyadar diri ttg perbuatan anak nya itu ,, kasihan nya 🤣🤣🤣
msh penasaran aku kak Siti ,,, kira-kira apa yg terjadi pd 2 jalang itu yg pingsan di hutan,, apakah msh hidup atau mereka dh pd mati yaa ❓🤔
kak Siti maaf bukan nya kondisi Gita sdg menstruasi yaa , lalu knp Gita Sholat Subuh berjamaah dg Arka ❓🤔