NovelToon NovelToon
Theresia & Bhaskar

Theresia & Bhaskar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Keluarga / Romansa
Popularitas:620
Nilai: 5
Nama Author: Elok Dwi Anjani

Menyukai Theresia yang sering tidak dianggap dalam keluarga gadis itu, sementara Bhaskar sendiri belum melupakan masa lalunya. Pikiran Bhaskar selalu terbayang-bayang gadis di masa lalunya. Kemudian kini ia mendekati Theresia. Alasannya cukup sederhana, karena gadis itu mirip dengan cinta pertamanya di masa lalu.

"Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Aku yang bodoh telah menyamakan dia dengan masa laluku yang jelas-jelas bukan masa depanku."
_Bhaskara Jasver_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elok Dwi Anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Truth or Dare

Tidak bisa kemana-mana, hanya di kelas dengan menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya. Dan berharap untuk bisa segera pulang karena tidak suka dengan suasana sekolah yang sekarang.

"Itu cewek yang umbar aib adik kelas itu, kan? Kayak dia pantas aja sama Bhaskar."

"Nggak tahu malu mengumbar-umbar kayak gitu."

"Kasihan juga sama adik kelas itu, pasti dari kemarin tertekan sama komentar-komentar orang-orang."

"Emang dasar nggak punya hati!"

Tiba-tiba Linsi beranjak dari tempat duduknya dan berlari menuju toilet dengan kencang. Dan saat itu juga, Erga tidak sengaja melihatnya ketika ia akan keluar kelas untuk mengambil bekalnya dengan Theresia di gerbang.

Erga tidak memperdulikannya. Ia hanya acuh tak acuh lalu melenggang pergi ke kelas Theresia untuk menjemput gadis itu.

Namun Theresia sekarang sedang belajar walaupun di saat jam istirahat. Ia juga sedang berusaha untuk tidak menanggapi Bhaskar yang terus menatapnya dari samping.

"Soal permintaan gua..."

Seketika gadis itu melirik Bhaskar yang melepaskan kacamatanya.

"Apa ya enaknya?" Bhaskar mengelus dagunya dengan raut wajah berpikir.

Sementara Theresia menghela napasnya.

"Kalau belum ada ya udah. Kalau bisa sih nggak usah," ucap Theresia tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

"Enak aja, gua harus memanfaatkan kesempatan ini."

"Kesempatan apa?"

Theresia dan Bhaskar langsung menoleh ke arah Erga yang mendekat.

"Nggak usah ikut campur, sana balik ke kelas lo. Ngapain sering-sering ke sini?" usir Bhaskar yang tidak suka.

"Terserah gua lah. Ayo, Re. Bunda udah nungguin di depan." Erga menarik tangan Theresia keluar kelas dan Bhaskar pun mengikuti mereka dari belakang.

Di sepanjang jalan menuju gerbang depan, masih tetap banyak yang membicarakan Theresia entah secara terang-terangan ataupun bisik-bisik dengan tatapan tidak suka.

"Nggak usah dipikirin," ujar Erga.

"Nggak lagi gua pikirin, gua cuman laper, pengen makan masakan nyokap lo doang."

Laki-laki itu tersenyum mendengarnya. Berbeda dengan Bhaskar yang melirik sekitarnya dengan membalas tatapan mereka.

Ketika sampai, Bunda melihat belakang Theresia yang terlihat sangat tampan walaupun Bhaskar memasang wajahnya datar. Bahkan wanita itu terus melihatnya di saat Erga dan Theresia sudah berdiri di hadapannya.

"Bun? Bunda..." Erga langsung berdiri di depan Bundanya untuk menghalangi pandangan wanita itu.

"Minggir, Ga. Dan ini siapa?" tanya Bunda yang tidak mengalihkan pandangannya dari Bhaskar.

Bhaskar pun langsung menundukkan kepalanya sembari tersenyum ramah. "Saya Bhaskar, Tante."

"Oalahhh, ini toh yang namanya Bhaskar." Bunda mengangguk-anggukkan kepalanya dan melirik Theresia. "Kamu suka sama dia kan, Re?"

Theresia langsung tersenyum kikuk dengan menendang pelan sepatu Erga untuk meminta bantuannya. Erga yang tidak paham langsung menoleh sambil mengangkat alisnya, namun langsung mendapatkan Theresia yang menggerakkan matanya ke arah Bunda.

"Ohh.. hubungan mereka belum resmi, Bun. Intinya gitu, kan?" Erga melirik Bhaskar dan Theresia bergantian. "Kan, kan?"

Entah kekompakan dari mana, Bhaskar dan Theresia bersamaan menginjak sepatu Erga dengan kencang sambil tersenyum ramah ke arah Bunda. Sementara Erga tersenyum dipaksakan.

"Ini bekalnya ya, Tan?" tanya Theresia yang mengalihkan topik pembicaraan.

"Iya, nih, kalian makan sama Bhaskar juga nggak apa-apa." Bunda pun menyerahkan tas berisikan bekal tersebut ke Theresia. "Kalau gitu Bunda balik dulu ya? Jagain There."

Erga menganggukkan kepalanya, lalu menatap Bundanya yang akan keluar dari gerbang setelah berpamitan dan berterimakasih kepada satpam yang sedang minum kopi.

"Kok Bunda terima nih bocah sih," ujar Erga yang menyahut tas tersebut.

"Karena gua ganteng," sahut Bhaskar dengan percaya dirinya. "Kata nyokap lo gua boleh makan bareng kalian. Kalau gitu gua makan sama lo ajalah, Re."

"Dih, apaan lo? Nggak-nggak, ngapain lo sama There satu bekal. Gua nggak mau porsi makan There kebagi cuman gara-gara lo." Erga langsung menarik Bhaskar menjauh dan berjalan di samping Theresia.

"Terus? Sama lo? Ogah!"

"Beli aja ke kantin sana," suruh Erga.

Theresia yang lelah dengan perdebatan mereka langsung menatap Erga dengan menghela napasnya. "Punya gua kasih aja ke Bhaskar, gua nggak laper."

"Ha?" Bhaskar dan Erga langsung terkejut dengan ucapan Theresia.

"Nggak-nggak, ini Bunda bikinnya buat elo, kok di kasih ke bocah ingusan ini. Gua nggak mau. Lo juga katanya tadi laper, kenapa sekarang kayak gini?" Erga langsung menarik tangan Theresia saat gadis itu akan pergi.

"Terus? Mau lo gimana?"

Pada akhirnya, Bhaskar tetap memakan masakan Bunda dengan wajah datarnya. Sama halnya dengan Erga, namun Erga memasang wajah kesalnya dengan duduk di sebelah Bhaskar.

"Gini kan bagus, akur. Nggak kayak kucing sama tikus," ucap Theresia yang menahan senyumannya.

"Lo makan bisa yang bener nggak sih?" Erga kesal dengan mulut Bhaskar yang tidak dapat menerima seluruh suapannya.

"Gimana enggak? Elo aja nyuapin segunung kayak gitu sama kayak nggak ikhlas." Bhaskar mengusap sudut bibirnya dengan tisu kecil milik Erga yang diberikan bunda di dalam tas.

"Bersyukur gua mau berbagi. Dan itu tisu gua ngapain lo pake?" Laki-laki itu mulai tersulut emosinya dan meraih tisu yang masih tersisa sedikit dengan kasar.

"Minta dikit juga, gitu aja ngambek kayak kucing nggak dikasih makan seminggu."

"Ya matilah kalau nggak dikasih makan seminggu. Gila ya lo?"

Menikmati makanan dengan suasana ramai yang dibuat Erga dan Bhaskar tidaklah buruk untuk Theresia. Bahkan gadis itu mengunyah sambil menatap pertengkaran keduanya dengan santai.

Karena bekal Erga masih tersisa banyak dan walaupun pertengkaran keduanya masih berlanjut. Mereka pun masih meneruskan sesi makannya dengan Erga yang menyuapi Bhaskar agar cepat habisnya.

Theresia juga sadar kalau banyak mata yang menatap mereka, namun ia tidak mengindahkannya dan justru tersenyum geli melihat interaksi Bhaskar dan Erga yang mulai dekat dengan cara pertengkaran ini. Aneh memang, tetapi itulah yang terjadi sekarang.

"Btw, masakan nyokap lo enak," ucap Bhaskar dengan mengalikan pandangannya dan menyahut botol di depannya. "Makasih."

"Hhm.. nanti pulang sekolah jangan pulang dulu, gua mau minta bantuan lo." Erga merapikan bekalnya dan memasukkan kembali ke tasnya. Ia juga membantu Theresia untuk merapikan bekal gadis tersebut.

"Ada apa?" tanya Bhaskar.

"Intinya jangan pulang dulu, tunggu di kelas sama There sebelum gua dateng."

Erga langsung pergi setelah mengucapkannya dan meninggalkan Theresia yang baru akan minum.

"Kenapa, Re?"

Gadis itu juga tidak tahu. Theresia hanya menaikkan bahunya sebagai jawaban lalu memutar bangkunya untuk hadap depan.

"Gua udah jawab chat lo, tapi jangan dibuka sekarang. Bukannya nanti di rumah aja, dan..." Bhaskar mengembalikan buku milik Theresia ke meja gadis itu. "Buka halaman belakang."

Gadis itu langsung membuka halaman belakang yang dibalas oleh Bhaskar di sana.

Maaf

Gua juga nggak suka kalau kita jaga jarak, tapi gua beneran bukan people come and go dan gua beneran jadiin lo orang favorit gua.

Gua juga nggak akan ninggalin lo begitu aja, karena orang favorit gua nggak akan gua anggap orang biasa di sini. Untuk permintaannya masih belum gua pikirin, mungkin setelah ujian nanti gua kasih tahu. Karena ini bakalan surprise buat lo.

Theresia langsung menoleh ke Bhaskar yang tersenyum ke arahnya dengan tatapan yang tidak bisa ia artikan.

"Gua ada permainan lagi," ucap Bhaskar.

"Apa?"

"Nilai, kalau nilai lo lebih tinggi dari gua. Lo boleh juga minta sesuatu ke gua, begitupun sebaliknya. Dan kalau gua lebih tinggi, gua punya kesempatan dua kali yang nggak akan gua sia-siain gitu aja."

"Setuju," jawab Theresia dengan sungguh-sungguh.

Lalu kelas kembali seperti semula karena bel masuk telah berbunyi.

...••••...

Gadis itu menghela napasnya menunggu Erga yang tidak kunjung-kunjung datang sejak tadi. Sementara itu, yang hanya tertinggal di kelas hanya ada Bhaskar, Theresia, serta Mona yang sibuk bermain dengan ponselnya.

"Ngapain lo nggak pulang, Mon?" tanya Theresia.

"Mainlah, wifi sekolah lancar kalau waktu pulang," jawab Mona tanpa mengalihkan pandangannya.

Tiba-tiba Erga datang, namun tidak sendirian. Ada Linsi di belakang laki-laki itu.

"Gua punya rencana buat memperbaiki nama baik There sekaligus nama Linsi juga," ucap Erga yang menarik perhatian Mona, tetapi gadis itu memilih untuk diam saja.

"Apa?" tanya Bhaskar dengan serius.

"Permainan, anggap aja kita main truth or dare."

"Maksud lo?" sahut Linsi.

"Gua minta bantuan lo, Re, dan juga Bhaskar sebagai pemain. Tapi kalian malah jadi korban." Sontak keduanya langsung bingung. "Jadi gini, anggap aja Linsi dapat tantangan dari kita sebagai bahan candaan media sosial sekolah. Sebelumnya gua juga minta maaf karena ini termasuk hal berat buat lo terlebih-lebih lagi."

Erga menatap Theresia yang sedang memproses ucapan Erga.

"Terusin, jangan separuh kalau ngomong," balas Theresia.

"Nantinya There ngomong kalau ini cuman permainan antara kita, anggap aja kita udah dekat dan ngelakuin candaan yang berlebihan. Dan tantangannya dari gua, elo dan juga Bhaskar yang malah jadi korbannya sendiri, seolah-olah kita yang buat, kita yang kena."

"Ide lo lumayan, tapi menurut lo gimana, Re? Lo nggak apa-apa?" tanya Bhaskar yang menatap Theresia.

"Kita buat vidio klarifikasi sekarang, karena besok Linsi udah dipanggil pihak BK untuk penjelasannya," lanjut Erga lagi.

Theresia pun menarik napasnya panjang-panjang dan menatap Erga dengan serius. "Lo yakin ini bakalan berhasil?"

"Gua yakin, walaupun awalnya agak rumit. Tapi setidaknya ada penjelasan biar nama baik kalian balik kayak sebelumnya."

"Oke."

"Anu.. apa gua bisa bantuin kalian? Mumpung gua selesai main," tawar Mona yang langsung dapat tatapan dari keempat orang di depannya dengan serius.

"Ada, makasih udah bantuin kita," balas Erga dengan tersenyum.

...••••...

...Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!