Zhi Tian hanyalah anak yatim-piatu buta yang sejak kecil hidup menyendiri di pesisir pantai.
Disuatu hari tanpa sengaja Zhi Tian menyelamatkan seorang pria yang terdampar didekat rumahnya. Pria itu bernama Shan Lao, yang ternyata merupakan kultivator paling hebat di benuanya.
Keberadaan Shan Lao mengubah hidup Zhi Tian, berkatnya ia bisa melihat kembali. Tidak hanya sampai di sana, Zhi Tian juga diajarkan banyak ilmu beladiri dari pria tersebut.
Zhi Tian yang sudah dibekali ilmu beladiri kemudian mulai mengejar cita-citanya yang ingin melihat seluruh dunia.
Ini adalah cerita Zhi Tian, seorang anak laki-laki dari pulau terpencil yang menjelajahi dunia yang dipenuhi dengan konflik dan peperangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 35 — Kepergian (Arc. 0 — End)
Kerajaan pada dasarnya sangat sensitif tentang luas wilayah yang mereka kuasai, mungkin karena hal itu dianggap sebagai bentuk kekuatan mereka agar bisa terlihat kuat dipandang oleh kerajaan lain.
Semakin besar kerajaannya maka mereka semakin giat memperluas wilayahnya, sebab hal itu sering kali terjadi konflik antar kerajaan disebabkan perebutan wilayah.
"Ternyata manusia bisa bertindak seperti itu?"
Zhi Tian terkejut, bagi seseorang yang seumur hidupnya menyendiri tinggal di pantai, jelas cerita Shan Lao mengejutkannya.
Jangankan remaja itu, Yue Qiao juga tak kalah kaget mendengarnya.
"Aku tidak memahaminya suamiku, bukankah alangkah baiknya semua kerajaan itu berdamai. Maksudku, bekerjasama jauh lebih mudah dilakukan daripada berperang bukan? Dengan demikian semua kerajaan bisa saling membantu."
Shan Lao tersenyum tipis, mengerti kenaifan istrinya tersebut. "Dulu aku juga sempat berpikir demikian Qiao'er. Kenapa manusia memilih jalan memusuhi jika pada dasarnya saling membantu jauh lebih mudah dilakukan... Namun faktanya aku dihadapkan satu kenyataan pahit bahwa dunia tidak sesederhana yang kita pikirkan.
"Selama manusia memiliki perbedaan pendapat dan pola pikir, mereka akan terus berdebat serta berselisih... Selama hati manusia digerogoti kesombongan, kerakusan, dan kedengkian, perdamaian akan sangat sulit direalisasikan.
"Yang hanya bisa kita lakukan dari dunia yang kejam seperti itu adalah bertahan, melawan, atau yang paling mudah adalah menyerah tapi sayangnya menyerah bukanlah sebuah pilihan."
Yue Qiao tertegun, ia merasa perkataan Shan Lao sebelumnya bukan hanya lisan semata tetapi berasal dari pengalaman hidupnya.
"Jadi Tian'er, apa kau masih berminat ke sana?" Shan Lao menatap Zhi Tian sambil tersenyum lembut.
Zhi Tian mengangguk, "Aku masih ingin mencobanya Paman."
"Bagus, jangan takut mencoba karena sesuatu itu terlihat menakutkan, lagi pula Benua Daratan Feniks tidak seburuk itu juga."
Terlepas dari konflik antar kerajaan yang selalu berperang untuk berebut wilayah, ada juga kelompok netral yang tidak terikat dengan dunia politik tersebut misalnya seperti klan-klan kultivator.
Klan lebih senang memperkuat kekuatan kelompok mereka sendiri serta memfokuskan hari-hari mereka hanya dengan berlatih.
Meski demikian klan biasanya juga memiliki konfliknya tersendiri seperti bermusuhan dengan klan lainnya.
"Klan mungkin tidak memiliki wilayah kekuasaan tetapi kekuatan mereka bisa mengimbangi kerajaan-kerajaan besar bahkan tiga kerajaan raksasa."
Menurut Shan Lao, ada empat klan yang kekuatannya setara dengan kerajaan raksasa, mereka adalah Klan Lin, Yun, Long, dan klan Mu.
"Diantara klan yang aku sebutkan tadi, klan Lin adalah klan yang mewarisi garis darah khusus pada setiap keturunannya karena semua anggota dari mereka mempunyai mata berwarna merah darah yang disebut sebagai mata gerhana."
"Apa mata itu sepertiku Paman?" Zhi Tian menunjuk mata emas dan mata ungunya.
"Ehm, tentu saja berbeda, singkatnya mata gerhana dapat membuat semacam ilusi yang mematikan bagi lawannya..." Shan Lao memperingatkan jika suatu hari Zhi Tian berhadapan dengan anggota Klan Lin, ia tidak boleh menatap mata mereka atau semua akan berakhir buruk bagi remaja tersebut.
Teknik ilusi Klan Lin tidak sebatas melabui musuhnya saja tetapi dapat menyerang mental lawannya hingga trauma atau yang paling buruk adalah kehilangan akalnya.
Dengan keberadaan mata gerhana juga membuat Klan Lin menjadi klan terkuat di Benua Daratan Feniks.
Shan Lao kemudian menerangkan beberapa bagian lain seperti organisasi kriminal yang merupakan kumpulan orang-orang berbahaya dan sebaiknya Zhi Tian menghindarinya jika situasinya memungkinkan.
Ada juga Ras Elf yang dikatakan sebagai ancaman bagi seluruh manusia namun Zhi Tian tidak perlu mengkhawatirkannya karena selama ratusan tahun terakhir ini, mereka tidak pernah meninggalkan kediamannya di pulau yang bernama Pulau Akasia.
"Andai suatu hari Ras Elf keluar dari pulaunya maka semua manusia bisa dalam bahaya karena mereka sangat membenci bangsa kita..."
Zhi Tian memiringkan kepalanya. "Apakah mereka sangat kuat Paman?"
"Aku belum pernah bertemu dengan Ras Elf, tapi semua orang di Benua Daratan Feniks pasti akan sepakat kalau kekuatan mereka akan menjadi ancaman bagi manusia."
Banyak yang mengatakan Ras Elf sedang mengumpulkan atau membangun kekuatan mereka, pasalnya dua ratus tahun yang lalu saat perang besar terjadi, 30% populasi bangsa manusia kehilangan nyawanya di tangan Ras Elf.
"Jika bukan karena semua ras bersatu untuk mengalahkan Ras Elf waktu itu, mungkin saat ini Ras Elf yang akan menjadi penguasa Benua Daratan Feniks..." Jelas Shan Lao menggebu-gebu.
Shan Lao mendengar cerita ini dari Raja Tabib, karena gurunya tersebut sudah berusia hampir lima ratus tahun sehingga dia menyaksikan sendiri peperangan besar tersebut terjadi.
"Terlepas dari semua ancaman itu, yang ingin aku katakan kepadamu adalah kau harus berhati-hati saat berada di sana..." Shan Lao menepuk pundak Zhi Tian pelan.
***
Bagi seseorang yang sudah menantikannya sejak lama, lima hari terasa lambat bagi Zhi Tian namun dengan terus menunggu, waktu yang dinantikan pun akhirnya tiba juga.
Shan Lao sudah menyiapkan kapal besar sejak lama, ia membuatnya sendiri selama beberapa tahun terakhir, sengaja digunakan untuk remaja tersebut ketika dihari keberangkatannya.
Kapal itu memiliki panjang 20 - 30 meter dengan tinggi 8 meter, cocok untuk dipakai Zhi Tian sendiri selama berlayar di lautan.
Shan Lao sudah memberikan pengajaran cara mengendarai kapal pada remaja tersebut dan seperti biasa, Zhi Tian bisa menguasainya dalam waktu yang cukup singkat.
"Tian'er, aku lihat cincin ruangmu sudah penuh, kau bisa menggunakan cincin ini sebagai gantinya..." Shan Lao melepaskan cincin ruang yang selama ini tersemat dijarinya sebelum dilemparkan pada Zhi Tian.
"Paman, bukankah ini..." Zhi Tian kesulitan berkata-kata.
Cincin ruang Shan Lao memang berbeda dibanding cincin ruang yang selama ini Zhi Tian pakai, cincin itu berwarna hijau giok dan setahu Zhi Tian, keunggulan cincin tersebut adalah ia memiliki ruang penyimpanan yang nyaris tidak terbatas.
"Jangan menolaknya Tian'er, lagipula aku sudah tidak membutuhkannya lagi, aku telah pensiun dari dunia kultivator mulai sekarang..." Shan Lao tersenyum lembut. "Yang kuinginkan sekarang adalah menghabiskan waktuku dengan istri dan putraku, hanya itu."
Dulu Shan Lao ingin sekali pulang ke Benua Daratan Feniks namun semua sudah berubah ketika ia telah berkeluarga dan mempunyai seorang anak. Bagi Shan Lao, pulau ini sudah menjadi rumahnya sekarang.
"Terimakasih Paman, aku akan kembali kesini dengan cepat dan menyembuhkan luka dalam Paman." Zhi Tian memberikan hormatnya.
"Tidak perlu buru-buru, nikmati saja perjalananmu. Jika suatu hari kau kehilangan arah dan tersesat, kau bisa kesini kapanpun yang kau mau. Pulau ini akan tetap menjadi tempat untukmu pulang."
Zhi Tian mengangguk lalu memeluk Shan Lao, "Sekali lagi terimakasih Paman, berkat Paman kehidupanku sekarang benar-benar berubah."
Awalnya Zhi Tian berpikir akan menghabiskan usia hidupnya di pantai sebagai seorang tunanetra. Pertemuannya dengan Shan Lao telah banyak merubah nasibnya salah satunya adalah ia bisa melihat.
"Aku juga harus berterimakasih kepadamu karena berkatmu, aku bisa memulai kehidupan baruku..." Shan Lao mengelus kepala Zhi Tian. "Kau ternyata benar-benar sudah lebih tinggi ya?"
Zhi Tian tertawa kecil lalu mengangguk, ia kemudian beralih ke arah Yue Qiao yang sejak tadi sudah menangis, bagi gadis yang sudah merawat Zhi Tian sejak kecil, perpisahan ini jelas terasa lebih menyakitkan.
"Bibi, aku..."
Zhi Tian belum menyelesaikan kalimatnya saat Yue Qiao langsung memeluknya dengan erat.
"Tian'er... Sejauh apapun kau pergi, jangan lupakan kami yang selalu berada disini... Jika suatu saat nanti kau merasa lelah, datanglah kesini dan beristirahat... Bibi akan selalu menantikan kepulanganmu." Yue Qiao lalu menempelkan keningnya ke dahi Zhi Tian sementara tangannya menangkup kedua pipi remaja tersebut. "Bagaimanapun, kau adalah keluarga Bibi."
Zhi Tian tak kuasa menahan air matanya lalu memeluk Yue Qiao lagi. "Bagi Tian, Bibi adalah ibu Tian sendiri... Aku tidak akan melupakan Bibi sampai kapanpun."
Momen perpisahan itu berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan, barulah ketika semua emosi sudah diluapkan, Shan Lao dan Yue Qiao lebih rela melepaskan Zhi Tian ke lautan.
Zhi Tian melambaikan tangan ke Yue Qiao dan Shan Lao di atas kapal, perlahan tapi pasti kapalnya mulai berlayar dan bergerak menuju ke arah takdir yang akan berlabuh.
*Arc. 0 End ~ The Legend of Zhi Tian ~ Terciptanya Sebuah Legenda