NovelToon NovelToon
Kebangkitan Zahira

Kebangkitan Zahira

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Pelakor jahat / Cinta Lansia
Popularitas:147.1k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

pernikahan selama 20 tahun ternyata hanya jadi persimpangan
hendro ternyata lebih memilih Ratna cinta masa lalunya
parahnya Ratna di dukung oleh rini ibu nya hendro serta angga dan anggi anak mereka ikut mendukung perceraian hendro dan Zahira
Zahira wanita cerdas banyak akal,
tapi dia taat sama suami
setelah lihat hendro selingkuh
maka hendro sudah menetapkan lawan yang salah
mari kita saksikan kebangkitan Zahira
dan kebangkrutan hendro

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KZ 35

Linda tersenyum kecil, lalu melirik ke arah Romlah.

"Lihat sendiri, Romlah... dia bahkan lebih cepat membaca situasi daripada kamu. Jangan terlalu hati-hati. Kalau kamu sampai dipecat, aku siap tampung kamu di perusahaanku—dengan jabatan tinggi."

Romlah mendengus, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi.

"Baiklah. Kalau begitu, aku akan mulai ambil lebih banyak model baju dari gudang desain. Toh aku juga malas dipimpin anak magang dari pusat yang sok tahu."

Linda mengangguk.

"Oke, kalau begitu… kita sepakat."

Zahira hanya mengangguk pelan, tak banyak bicara. Tapi matanya tajam, menyimpan rencana.

Tanpa menunggu lama, Romlah membuka suara lagi, nadanya lebih ringan,

"Ya sudah, Bu. Kalau semuanya sudah jelas… sekarang, mana uangnya?"

Linda tertawa pelan.

"Santai saja… ini uangnya," ucapnya sambil menyodorkan sebuah amplop cokelat tebal ke arah Romlah.

Romlah langsung mengambilnya tanpa ragu, lupa bahwa satu kesalahan kecil bisa menjadi senjata bagi Zahira untuk menjatuhkannya kapan saja.

,,

"Wow... hebat banget Bu Romlah," ucap seseorang dengan nada mengejek dari arah pintu masuk. "Ternyata ini orang yang membocorkan rahasia perusahaan ke pesaingku."

Ketiganya—Romlah, Linda, dan Zahira—serempak menoleh. Wajah mereka seketika menegang.

"Non... Nona Senja?" gumam Romlah, nyaris tak percaya.

Sementara itu Zahira membeku di tempat.

"Kenapa dia? Ini bukan bagian dari rencana. Harusnya polisi yang datang menyergap mereka. Kenapa malah Nona Senja?" pikirnya panik.

"Zahira!" bentak Romlah tiba-tiba, ekspresinya berubah penuh amarah.

"Berani-beraninya kamu menjual rahasia perusahaan kepada orang luar!"

Tanpa ragu, Romlah langsung mencoba membalikkan keadaan.

"Nona Senja, saya ke sini hanya karena mengikuti Zahira!" ucap Romlah cepat, menunjuk ke arah Zahira. "Saya memergokinya sedang menjual baju-baju kita secara ilegal kepada orang ini!"

Senja mengangkat alis, menatap Zahira, lalu kembali menoleh ke Romlah.

"Benarkah itu? Apa buktinya?"

Romlah dengan cepat menyahut, suaranya penuh kepanikan terselubung,

"Bu, coba cek CCTV di depan restoran ini! Lihat siapa yang datang lebih dulu! Saya hanya mengikuti dia. Dan saya melihat dengan mata kepala sendiri... dia sedang menyerahkan barang-barang dari konveksi kita!"

Zahira masih diam. Otot wajahnya menegang. Dia harus berpikir cepat—satu langkah salah, dan semua rencananya bisa berantakan dalam sekejap.

"Romlah, tenang saja… kenapa kamu panik menghadapi anak kecil seperti dia?" ucap Linda santai, berusaha tetap tenang meski situasi mulai tak terkendali.

Namun Senja menatap Romlah tajam, nada suaranya berat dan penuh kekecewaan.

"Bu Romlah… Anda berkhianat. Padahal saya sudah beri Anda kepercayaan dan jabatan tinggi."

Romlah buru-buru mengangkat tangan, wajahnya panik.

"Tidak, Bu! Bukan saya… saya hanya mengikuti Zahira. Dan saya memergoki dia sedang menjual baju reject. Saya cuma ingin menyelamatkan perusahaan!"

"Jangan menyalahkan orang lain, Bu Romlah," potong Senja tajam.

"Peristiwa ini sudah saya pantau hampir satu tahun. Sedangkan Bu Zahira? Bahkan belum sebulan bekerja di konveksi."

Wajah Romlah memucat. Ia tak bisa berkata-kata.

Senja melangkah perlahan mendekat, suaranya rendah tapi menusuk,

"Saya memang sudah tahu siapa pelakunya. Saya hanya belum punya bukti lengkap. Dan yang lebih menyakitkan… ternyata Ibu bukan sekadar menjual barang ilegal. Ibu sudah merusak sistem dalam perusahaan ini."

Kini seluruh ruangan hening. Linda mulai merasa tak aman. Zahira hanya duduk tenang, menatap Romlah dengan pandangan datar—karena pada titik ini, dia tahu, rencananya justru berjalan lebih baik dari yang ia harapkan.

"Ibu tahu…" ucap Senja, suaranya datar namun menyimpan luka mendalam, "perusahaan kita nyaris bangkrut hanya karena produk kita dituduh meniru brand RH. Kami kehilangan kepercayaan pasar… dan kerugiannya hampir menyentuh satu miliar rupiah."

Senja menatap Linda lurus, tatapannya menusuk seperti belati dingin.

"Dan sekarang semuanya sudah jelas."

Ia menarik napas dalam, lalu berkata dengan nada dingin tapi penuh kekuatan:

"Ternyata dalangnya adalah perusahaan RH sendiri. Perusahaan sebesar gajah… tapi sayangnya, memilih untuk menginjak semut."

"Hahaha... kamu terlalu naif, anak kecil," ucap Linda sambil tertawa meremehkan.

"Makanya jangan sok menentang perusahaan sekelas RH. Kami sudah berdiri puluhan tahun, dan kamu? Baru tiga tahun pegang kendali, sudah berani-beraninya mencoba merebut pasar kami?"

Nada angkuh Linda membuat Senja mengepal tangan, matanya berkilat menahan amarah.

"Kamu curang... pengecut... dan tidak tahu diri!" desis Senja geram.

Ia lalu beralih menatap tajam ke arah Romlah yang menunduk dalam ketegangan.

"Dan kamu, Bu Romlah... mulai hari ini kamu saya pecat. Bukan pengunduran diri. Tapi pemecatan secara tidak hormat!" ucap Senja tegas.

Suaranya menggema di ruangan, dingin dan final.

"Dan lebih dari itu... aku akan melaporkanmu ke pihak berwajib. Siapkan dirimu untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatanmu di depan hukum."

“Hahaha… Romlah, kalau kamu bisa diintimidasi sama anak kecil seperti dia, lebih baik kamu jangan pernah mengaku kenal aku,” ucap Linda dengan nada menghina, matanya menyipit sinis. “Ingat, tawaranku bukan sekadar omong kosong.”

Romlah ikut tertawa, suara tawanya lebih mirip penyangkalan daripada keberanian sejati.

“Hahaha… betul juga, Bu Linda.”

Baginya semuanya sudah jelas—buat apa menghindar? Toh, lawannya cuma gadis remaja 17 tahun. Emang bisa apa anak seusia itu? pikirnya.

Romlah berdiri, wajahnya angkuh, lalu menatap Senja tajam.

“Ya sudah, silakan pecat saya, Bu. Nggak masalah. Tapi asal Ibu tahu, hampir setengah dari karyawan di pabrik itu adalah saudara saya. Dan kalau saya suruh mereka berhenti bekerja… coba bayangkan apa yang akan terjadi.”

Ancaman itu menggema di ruangan, tajam dan terang-terangan.

Namun Senja hanya menatap Romlah datar, lalu menghela napas pendek sebelum menjawab,

“Bu Romlah, Anda terlalu percaya diri.”

Ia melangkah pelan ke depan, kini matanya menatap langsung ke dalam mata Romlah.

“Ibu tahu kenapa saya membela Bu Rina selama ini?”

Romlah tampak bingung.

“Apa… karena kasihan?”

Senja menggeleng pelan.

“Tidak. Bukan karena kasihan. Tapi karena saya tahu satu hal penting: yang benar-benar bisa mengendalikan para karyawan… bukan Anda.”

Ia menyipitkan mata.

“Tapi Rina.”

Romlah tertegun. Tatapannya kosong, pikirannya penuh kekacauan. Ternyata Senja—anak muda yang selama ini ia remehkan—telah menyusun langkah dengan begitu rapi dan tak terduga.

"Tidak mungkin... Dia cuma anak kecil. Kenapa aku bisa kalah darinya?" gumamnya dalam hati, menolak kenyataan.

Namun mulutnya masih mencoba bertahan, meski suara mulai terdengar getir.

"Sudahlah… toh hampir semua desain produk ZA sudah aku jual ke RH. Mereka sudah mulai produksi, dan pakai mesin canggih. Mau apa kamu sekarang?"

Senja menoleh ke arah Linda, tatapannya dingin dan mengunci.

"Betulkah itu, Bu Linda?"

Linda tertawa angkuh, suara tawanya tajam menusuk ruang.

"Hahaha… benar sekali. Dan saran dariku, lebih baik kamu segera tutup perusahaanmu sebelum bangkrut total."

Namun Senja tersenyum tenang, senyuman yang tak pernah muncul kecuali saat kebenaran sepenuhnya ada di tangannya.

"Terima kasih atas pengakuannya."

Ia lalu menoleh ke pintu dan mengangkat tangan.

"Pak Polisi, mereka sudah mengaku. Silakan tangkap."

Dalam sekejap, beberapa polisi berpakaian sipil yang sejak tadi bersembunyi muncul dari balik pintu restoran. Suasana langsung berubah tegang. Wajah Romlah pucat, dan Linda mendadak terdiam. Tak ada lagi kesombongan di wajah mereka.

1
Rita Wati
Puasss dech baca akhir kisah nya
Happy Ending....👍🥰🥰🥰🥰🥰
aliifa afida
luarrr biasaaaa....
Dessy Sugiarti
Yaaa TAMAT KAK BLOM KAN.....
Atika Sari
ancur smua keluarga ini!!!
mahira
lanjut bonchap kk
Jasni Tahir
ending yg bahagia tp mengalirkan airmata
Euis Maryam
kuleren
Euis Maryam
lanjut chapter nya dong thor
Liana CyNx Lutfi
Dan mereka akhirnya hidup bahagia
Annisa
terimah kasih thor untuk tulisaannya
bagus penuh cinga dan sangat menguras emosi
good job pokoknya
Liana CyNx Lutfi
Akhirnya senja dan langit sdh ditemukan
Liana CyNx Lutfi
pada akhirnya orang yg dianggap kampungan yg selalu dihina yg menolong tnpa minta balasan
Liana CyNx Lutfi
puas rasanya ratna di hajar angga ,kasian krn salah didikan mereka jd salah jlan
Rafika Jeef
karya yang luar biasa thor👍🏻⭐⭐⭐⭐⭐
FLA
ahhh part part terakhir yg bikin mewek, tapi berakhir dengan bahagia
Akbar Razaq
Andai ada bintang lebih lima maka akan aku beri buat othor bintang yg lebih banyak banyak lagi.

Ending yg melegqkan,dan berharap Angganjd ank ygnlebih baik lagi.Bagaimana pun juga dia korban dr salah asuh lingkungannya.papa,ibu kqndung dan neneknya.
Ok ku tunggu karya selanjutnya thor
kalea rizuky
kapok lu anggi di jual emak. loe
Hasanah
si Anggi bodoh bnget rasain itu prbuatan Mak mu itu
Sulfia Nuriawati
binatang aja membela anaknya saat anak terancam, tp ratna g pantas d sebut ibu predikat itu terlalu agung utk ratna, germo jg g mw jual anaknya tp ratna lbh pantas d sebut iblis berwjh manusia
Annisa
astagfirullah ratna orang tua laknut.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!