Ivy Cecilia, seorang perawat yang bertugas di salah satu rumah sakit harus rela kehilangan sang suami dalam kecelakaan tunggal saat pulang dari rumah sakit. Pesan terakhir suaminya adalah jasadnya harus dikebumikan di tanah kelahirannya, Tondo, di negara Filipina. Demi rasa cintanya, Ivy pun menyanggupi. Dengan membawa dua anak mereka yang masih kecil, Ivy mengurus keberangkatannya membawa jenazah suaminya ke Filipina. Karena belum pernah bertemu sebelumnya, Ivi berniat tindak lama di sana. Selesai misa pemakaman Ivi akan kembali ke Indonesia.
Namun, yang menanti Ivy di sana bukanlah sesuatu yang mudah. Bukanlah pertemuan dengan keluarga mertua yang seperti biasa. Kegelapan, darah, amarah, dan jebakan paling menyiksa sepanjang hidupnya sudah menanti Ivy di Tondo, Filipina.
Apakah Ivy berhasil melalui itu semua dan kembali ke Indonesia?
ataukah Ivy terjebak di sana seumur hidupnya?
Ayo, temani Ivy berpetualang di negeri seberang, Filipina, melaksanakan pesan terakhir mendiang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ericka Kano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 : Kedatangan Nyonya Christina ke Rumah Sakit
"Lukas, bisa lepaskan tanganku?," Lukas menjadi salah tingkah.
"Maaf," Lukas melepas tangan Ivy dan berjalan ke arah sofa. Dia duduk di sana sambil memegang dahinya.
Ivy juga tidak kalah salah tingkahnya. Suasananya menjadi sangat canggung.
"Lukas,"
"Ivy,"
"Eh maaf, kamu duluan," Lukas mengalah
"Tidak, kamu saja duluan," Ivy juga mengalah
Mereka berdua terlihat sangat canggung.
Lukas menarik napas panjang dan membuangnya dengan kasar,
"Maafkan perkataan ku tadi. Aku tidak bermaksud berkata vulgar seperti itu," Lukas berkata dengan ekspresi yang campur aduk.
Ivy berdehem
"Aku mengerti. Carmen memang tidak tahu diri," lanjutnya, "Tapi soal menikah, itu juga hanya pura-pura kan?,"
Lukas membisu.
Bagaimana ini. Apakah aku harus memberitahukan nya sekarang, batin Lukas
"Lukas, itu hanya pura-pura juga, kan?," Ivy bertanya lagi.
"Permisi, pasien atas nama Nyonya Ivy Vergara," kedatangan perawat menyelamatkan Lukas.
Lukas segera keluar ruangan ketika perawat sedang mengobrol dengan Ivy.
**
"Akkkhh, bajingan. Biadab. Mati saja kau Lukas Vergara," Carmen memukul-mukul stir mobilnya.
"Aku tidak akan biarkan kalian berdua menikah. Tidak akan, akkhhh," Carmen mengacak-acak rambutnya.
Dia kemudian meraih hp dari dalam tasnya. Dia menekan nama kontak teman detektifnya.
"Aku ada tugas untukmu. Kita bertemu di tempat biasa," Carmen menutup panggilannya.
Dia mendengus,
"Lihat saja akan kuhancurkan kamu wanita jalang, lihat saja nanti,"
**
Jakarta,
"Ini sudah satu bulan, Bi. Ivy bilang hanya sekitar semingguan di sana," Bella berbicara dengan wajah pias
"Ibu Bella sudah berusaha menghubungi ibu?,"
"Sudah tapi kan dia harus ganti SIM card nya, Bi. Dan aku juga tidak punya kontak keluarga Rafael di sana. Apa dia baik-baik saja atau jangan-jangan..,"
"Kita doakan semoga ibu baik-baik saja di sana. Bibi akan tetap datang membersihkan rumah ini,"
"Oiya Bi, tahu nama kolega nya Rafael yang membantu Ivy kerja di rumah sakit?,"
"Ohh bapak itu...ehmm. Hendrik kalau tidak salah... Louis Hendrik. Mudah-mudahan bibi tidak salah ucap,"
"Louis Hendrik. Mungkin dia punya kontak keluarga Rafael di Filipina,"
"Tapi dia itu yang bibi tahu orang top, Bu Bella. Pasti sibuk dan susah dicari,"
"Saya akan coba, Bi. Apapun itu. Saya dan keluarga Ivy akan mencari Louis Hendrik atau siapapun itu yang bisa membantu kami membawa pulang Ivy,"
**
Ivy merenung. Tatapannya hampa. Apa yang menimpanya secara beruntun di Filipina tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Di hatinya terbesit penyesalan. Jika dia tahu keadaan di tempat ini seperti ini maka dia memilih menguburkan Rafael di Jakarta dan tidak akan pernah menginjakan kaki di Tondo. Ivy hanya wanita modern biasa yang tidak pernah tahu bahwa di belahan dunia lain ada kehidupan geng mafia seperti di Tondo. Bahkan kekuasaan mereka melebihi aparat dan pejabat sekalipun. Dan baru saja terjadi. Dia berpura-pura sebagai kekasih Lukas. Itu semua menyita pikiran Ivy. Jakarta. Dia ingin kembali ke Jakarta. Bagaimana rumah mereka di sana. Siapa yang merawat kendaraan mereka. Bagaimana nasib pekerjaannya di rumah sakit. Mungkin dia sudah dipecat oleh pihak rumah sakit.
Pintu terbuka. Nyonya Christina datang dengan wajah aristokrat nya seperti biasa.
"Ibu," Ivy membetulkan posisi duduknya.
"Bagaimana keadaanmu?," Nyonya Christina langsung mengambil tempat duduk di samping tempat tidur.
"Sakitnya mulai berkurang. Tapi aku belum bisa menggunakannya untuk berjalan," Ivy tersenyum.
"Ivy," Nyonya Christina tiba-tiba menggenggam tangan Ivy. Ivy terperanjat.
"Menikahlah dengan Lukas. Supaya Aiden bisa didaftarkan secara resmi sebagai anak Lukas karena pernikahan kalian di Indonesia tidak diakui di sini. Lagipula kalian hanya menikah secara agama. Aiden belum punya legalitas kuat sebagai pewaris Vergara," Nyonya Christina berbicara dengan lembut.
Ivy terdiam mematung menatap nyonya Christina.
Nyonya Christina mengangkat pundaknya
"Aku tahu ini membuat mu kaget. Dokumen pernikahan kalian itu semua palsu. Louis Hendrik mengaturnya supaya kamu percaya bahwa pernikahan kalian benar-benar tercatat di pencatatan sipil. sebenarnya kalian hanya menikah secara agama," lanjutnya, "Aku ingin Aiden mendapat status hukum yang jelas karena aset yang akan dia warisi sangat banyak. Aku tidak mau status hukum Aiden suatu hari nanti akan dipermasalahkan pihak yang tidak senang pada keluarga Vergara,"
Ivy membuang pandangannya. Dia menutup mata dan berharap ini semua hanya mimpi. Ivy menghela napas panjang,
"Saya tidak bisa, Ibu," ucapnya lirih.
"Kenapa? Apa Lukas kurang menarik bagimu? Apa dia terlalu kasar? Katakanlah supaya itu semua bisa dia ubah agar kamu mau menikah dengannya,"
"Tidak, Ibu. Lukas sangat baik. Perawakan kasarnya juga kan karena tuntutan lingkungan di sini. Tapi aku memang tidak bisa menikahi Lukas, Ibu,"
"Kamu hanya belum siap bukan tidak bisa,"
"Ibu, kenapa menghukumku dengan cara seperti ini? Aku datang ke sini hanya untuk pemakaman suamiku. Kenapa aku harus berhadapan dengan ini semua," Ivy mulai menangis.
Nyonya Christina mengusap pundak Ivy.
Pintu terbuka. Lukas segera masuk mendengar Ivy menangis.
"Apa kalian baik-baik saja?," Ivy dan Nyonya Christina sama-sama menoleh ke arah Lukas.
"Masuk dan berbicaralah dengan Ivy, Lukas. Aku pulang dulu," Nyonya Christina beranjak dari tempat duduknya dan keluar.
Ivy masih sesenggukan. Lukas mengambil air minum dan menyodorkan nya pada Ivy. Ivy mengambilnya dan menghabiskan dalam sekali teguk.
"Kenapa? Apa ibu menyakiti mu?," Ivy menggeleng dan terus sesenggukan, "Lalu kenapa menangis? Ibu menyinggung perasaanmu?," Ivy menggeleng lagi.
Putus asa tidak mendapat jawaban, Lukas menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur.
Selang beberapa saat, Ivy mulai tenang. Dia mengambil tisu di nakas, membersihkan mata dan hidungnya. Lukas menatap pergerakan Ivy.
Ivy menarik napas.
"Lukas, aku boleh minta tolong?,"
"Apa itu? Katakan," Lukas memutar tubuhnya menghadap Ivy.
"Aku tidak mau menikah denganmu. Tolong bilang ibu jangan paksa aku," sorot mata Ivy memelas. Lukas tak kuasa melihat tatapan itu. Dia membuang wajahnya.
"Tolong aku Lukas. Kamu pria baik. Kamu layak mendapatkan istri yang lebih dari aku. Aku sudah pernah menikah. Menikahlah dengan yang masih gadis supaya kamu bahagia. Jangan denganku. Biarkan aku dan Aiden kembali ke Indonesia," lanjutnya,"Lukas tolong aku,"
Lukas berpikir sejenak.
"Akan kukatakan pada Ibu agar tidak memaksakan pernikahan kita," Lukas berdiri hendak keluar.
"Lukas," panggil Ivy. Lukas membalikan badan ke arah Ivy. Ivy membuka kedua tangannya untuk memeluk Lukas. Dan itu seperti magnet bagi Lukas. Dia menyambut pelukan Ivy.
"Terima kasih selalu menolong ku, Lukas. Terima kasih," ucap Ivy dalam pelukan.
Kenapa harus menyiksaku seperti ini (Lukas).
