Cahaya Cinta Pesantren

Cahaya Cinta Pesantren

Drama Keluarga

Suara ayam berkokok saling bersahutan, burung-burung bernyanyi dengan suara indahnya menyambut sang fajar yang mulai menampakkan sinarnya diufuk timur.

Seorang gadis nampak sudah rapi dengan seragam putih abu terus mondar-mandir dikamarnya saat jam menunjukkan pukul 6 pagi. Nazwa Azzahra Dinata gadis berusia enam belas tahun yang saat ini duduk dibangku kelas 2 SMA Nusa Bangsa. Gadis yang terkenal karena kenakalan dan prestasinya sesuai motto hidupnya "murid yang dikenal oleh guru adalah murid paling pintar dan paling nakal, maka jadilah keduanya agar namamu selalu diingat dan diceritakan". Baginya hal itu merupakan suatu kebanggan dalam hidupnya, dikenal oleh guru dan dikenang sehingga tak bisa dibenarkan namun juga tak bisa disalahkan

"aduh naruhnya dimana ya? perasaan kemarin diatas meja kok nggak ada?" ucapnya bingung sendiri, ia terus mengecek setiap sudut kamar mencari dasi sekolahnya.

Membolak balik pakaian dalam keranjang, membuka tutup lemari sampai beberapa kali

"IBU" teriaknya dari lantai atas kamarnya

"Apa?" ucap ibunya dengan suara sedikit keras saat membuka pintu kamarnya masih memakai celemek yang melekat ditubuhnya dengan tangan kiri memegang sutil yang berminyak.

Sebenarnya dirumah mereka mempunyai pembantu namun hanya ditugaskan membersihkan rumah sedangkan kalau urusan memasak ibunya yang melakukan kecuali jika dalam keadaan mendesak.

"Ibu liat dasi aku nggak? perasaan kemarin aku taru diatas meja kok sekarang nggak ada, aku udah mau telat ni" rengek nazwa kepada ibunya

"Makanya kalau naruh barang itu yang benar diingat pakai otak dicari pakai mata bukan pake perasaan, lagian mana ada orang telat ini masih jam 6 palingan ke sekolah cuma butuh waktu lima menit, kamu kalau berangkat pagi buta kamu sampainya selalu jam setengah delapan kata gurumu, ibu tanya kamu kemana jawabnya numpang buang air besar dirumah teman, emang disekolah kamu nggak ada wc apa?, heran ibu, kamu sebenarnya buang air besar atau buang batu?" ucap ibunya mengomel sambil terus membalik-balik tumpukan pakaian yang belum disetrika dikeranjang.

Sedangkan nazwa hanya menjadi pendengar setia ibunya yang sedang mengomel mengungkit kejadian-kejadian yang telah lewat, satu hari, satu minggu, satu bulan bahkan kejadian satu tahun yang sudah lewat akan diungkit-ungkit lagi saat mengomel

"Nah ini kamu pikir ini apa ha?" ucap ibunya mengangkat dasi sekolah Nazwa ditangan kanannya

"Tadi perasaan aku udah cari disana deh bu, kok nggak ada ya?" ucapnya menggaruk kepala yang berbalut jilbab putih.

"Makanya ibu bilang juga apa cari barang pakai mata bukan pake perasaan" ujar ibunya dengan mengomel sambil melemparkan dasi tersebut ke arah nazwa.

"Hehehehe...makasih bu" ujarnya berlari ingin memeluk ibunya namun kakinya malah terpeleset akibat minyak dari sutil yang dipegang ibunya menetes ke keramik kamarnya.

Brruukk...

" aduh ibu pinggangku sakit" ringisnya, sedangkan ibunya hanya tertawa sambil turun kebawah melanjutkan memasak makanan untuk sarapan.

Setelah siap semua keluarga berkumpul di meja makan.

Ayahnya, kakak laki-lakinya yang sedang kuliah semester akhir jurusan manajemen yang akan diangkat menjadi pengganti ayah nya memimpin perusahaan saat lulus kuliah nanti. Kakaknya saat ini berusia 23 tahun bernama Satya Adiguna Dinata.

" Assalamualaikum, selamat pagi every body" teriak nazwa sambil menuruni tanggan menuju ruang makan.

"Udah jangan teriak-teriak cepat makan" titah sang ibu yang harus dipatuhi

Ibunya mulai mengambilkan makanan untuk ayahnya, setelah itu suasana meja makan menjadi sunyi hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring

"Bang nanti pergi kuliah nggak?" tanya nazwa saat selesai makan

"Masuk siang, tapi pagi ini ikut ayah ke perusahaan sambil belajar, emang kenapa?" tanyanya sambil membersihkan bibirnya menggunakan tisu

Memang keluarga mereka diharuskan belajar disiplin dalam beraktivitas dan menghargai waktu dengan sebaik-baiknya. Bahkan ayah mereka yang seorang pemimpin perusahaan berangkat lebih awal dari pegawainya. "Disipilin itu kunci kesuksesan kita, dan pemimpin itu adalah panutan bagi rakyatnya, kalau pemimpinnya tidak disiplin bagaimana rakyatnya?" itulah kata-kata ayah mereka untuk mengajarkan anak-anaknya tetap disiplin

"hehehe...nggak ada kok bang cuma nanya aja" ucapnya cengir

"tumben banget lo nanya kek gini" ucap Satria heran dengan kelakuan adik satu-satunya itu

"hhehe...Ayah hari ini sepulang sekolah boleh nggak aku pergi..."

"nggak boleh" ucap ayahnya tegas memotong ucapan Nazwa yang belum selesai

"ish belum juga selesai ngomong ayah potong aja"

"pokoknya kalau ayah udah bilang nggak ya nggak titik nggak pakek koma" ucap ayah nya tegas

"Minum dulu yah..." ucap ibunya menyodorkan secangkir teh sari wangi untuk mencairkan sedikit suasana di meja makan

Ayah langsung meminumnya dan merasakan kenikmatan aroma teh asli

Kesempatan tak disia-siakan oleh nazwa setelah diberikan kode oleh sang ibu.

"Jadi ayah boleh nggak pergi nonton bioskop bareng teman sebentar aja, ada film baru yang tayang hari ini"

"Boleh..." ucap ayahnya lembut, Nazwa langsung kegirangan sedangkan kakak dan sang ibu hanya menahan tawa melihat tingkah laku mereka

Setelah pamit dengan ayah dan kakaknya, Nazwa lantas pergi kedapur menemui ibu nya

"Makasih bu, untung aja ibu cepat dateng"

"sudah biasa itu, seorang ibu selalu menjadi pahlawan untuk anaknya"

"makin sayang sama ibu deh, oh ya ibu tau dari mana cara seperti itu bisa berhasil?" tanya Nazwa bingung

"Tadi pas ibu di lewat ruang tamu saat turun dari kamar kamu, kebetulan iklannya kayak gitu, jadi ibu coba eh ternyata berhasiln, tapi ini nggak gratis loh, ibu minta bayarannya ya?"

Senyum yang baru saja terbit dibibir Nazwa langsung pudar mendengar kata bayaran

"Aku nggak punya banyak uang bu, uang ibu kan lebih banyak dari aku" ucapnya memasang wajah sesedih mungkin

"yaudah cepat sana pergi kesekolah ibu hanya becanda nanti kamu telat"ucap ibunya memberikan tangannya dan disalimi Nazwa

"hehehe...iya bu Nazwa berangkat dulu assalamualaikum" ucap Nazwa sambil berlari keluar rumah menuju mobil yang akan mengantarkan nya kesekolah

"Wa'alaikumussalam ingat jangan numpang buang air besar lagi dirumah temen" ucap ibunya dengan suara lantang

Nazwa yang mendengar suara ibunya langsung masuk dalam mobil menahan malu dan menyuruh pak sopir untuk cepat menjalankan mobil ke sekolah.

Ayah dan kakak nya sudah berangkat lebih dulu ke kantor saat Nazwa sedang bercengkrama sebentar dengan ibu nya di dapur, sedangkan para pembantu disana yang mendengar nya hanya bisa tersenyum menahan tawa melihat tingkah laku majikan mereka yang terbilang keluarga yang harmonis

🌷🌷🌷🌷🌷

Maaf kalau ceritanya kurang nyambung atau banyak typo soalnya author baru belajar buat novel...🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

karyaku

karyaku

hi kk mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y kk

2024-10-26

0

MPit Mpit MPit

MPit Mpit MPit

akuh mulai baca karyamu satu persatu Thor....

2024-08-02

1

Ades Astiti

Ades Astiti

semangat 💪💪

2024-07-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!