🌺🌺🌺🌺🌺
Motor astrea tua itu mengeluarkan asap cukup tebal saat melewati jalan perdesaan yang penuh dengan lubang dan batu-batu sehingga membuat Nazwa dan Hana tergoncang
"ana nggak nyangka anti bisa bawa motor beginian Nazwa" ucap Hana sambil meretangkan tangannya menikmati kesejukkan udara pagi disambut nyanyian burung yang terbang kesana kemari mencari makanan dan indahnya sawah dengan padi yang mulai menguning siap untuk di panen membuat mata tak pernah lepas memandangnya.
"Jangankan motor seperti ini, motor ana aja lebih besar dari ini dirumah" jawab Nazwa sambil memperhatikan interaksi penduduk sekitar yang ramah dan saling bertegur sapa berbeda sekali dengan di kota yang semuanya sibuk dengan gadget masing-masing
"wah pasti rumah anti besar ya?, pasti seru deh kayaknya tinggal di kota"
"kalau menurut ana tinggal di desa itu lebih seru, udaranya masih bersih, pemandangannya indah dan penduduknya ramah kalau di kota udara sudah tercemar oleh asap kendaraan, gedung-gedung ada dimana-mana dan kebanyakan orang sibuk dengan gadget" ucap Nazwa menjelaskan dan Hana hanya mengangguk mendengar cerita Nazwa
Pasar
Nazwa dan Hana segera memarkirkan motor di tempat parkir dan memasuki area pasar. Berbagai macam bau tercapur menjadi satu menusuk indra penciuman. Suara bising pun tak pernah lepas dari yang namanya pasar, mulai dari suara orang yang menyuguhkan dagangan, melakukan tawar menawar, orang yang menghitung total belanja, orang yang sibuk menelpon karena pas di pasar lupa dengan apa yang ingin di beli dan berbagai macam tingkah laku manusia lainnya.
"Hana, kita pergi kemana dulu nih?" tanya Nazwa bingung karena ia baru pertama kali memasuki pasar
"Kita pergi beli sayur dulu kayaknya" ucap Hana diangguki Nazwa
"oh oke, ayo anti yang duluan, kan aku nggak tau jalan" ucap Nazwa
Hana mulai menggandeng tangan Nazwa menuju ke arah pedagang sayur dan bumbu dapur lainnya melewati kerumunan orang-orang sampai berdesak-desakan.
"totalnya berapa pak?" tanya Hana pada pedagang sayur setelah menunjuk beberapa sayuran dan makanan lain seperti tempe
"dua ratus ribu neng"jawab pedagang tersebut sambil menyerahkan empat plastik hitam besar kepada mereka
"ya udah nih pak uangnya" ucap Nazwa sambil menyerahkan dua lembar uang seratus ribuan
"terima kasih neng"
"sama-sama pak"
"kita kemana lagi ni Han?"
"kita beli bumbu dapur dulu"
"lihat deh Hana kasian ibu-ibu itu kayaknya nggak ada yang beli dagangannya deh" tunjuk Nazwa pada ibu-ibu paruh baya pedagang pakaian yang sepi pembeli
"emang anti mau beli baju?" tanya Hana mengikuti arah pandang Nazwa
"kita liat-liat aja yuk siapa tau ada yang bagus" ucap Nazwa dan Hana hanya menurut saja
"Neng mau beli apa?" tanya ibu-ibu itu langsung semangat berdiri saat ada yang datang ke dagangannya
"bentar ya bu saya liat-liat dulu" ucap Nazwa senyum dan mulai memilih-milih pakaian yang ada disana lalu ia menghadap ke atas dan melihat banyak gamis-gamis yang tergantung, lalu pandangannya terjatuh pada gamis palestina dengan warna hitam dan warna merah, putih, dan hijau pada bagian bawahnya seperti warna bendera palestina lengkap dengan jilbabnya.
"saya mau itu bu" tunjuk Nazwa pada gamis tersebut
"oh yang ini neng" ucap ibu-ibu itu sambil menurunkan gamis tersebut dengan kayu
"ada lagi nggak yang kayak gini bu?" tanya Nazwa saat melihat gamis tersebut
"ada neng masih kalau nggak salah tinggal tiga di dalam tas" ucap ibu tersebut sambil mengeluarkan pakaian yang masih tersimpan dalam tasnya
"bungkusin ya bu, saya beli empat" ucapan Nazwa sontak membuat ibu itu dan Hana menganga
"anti yakin Naz, mau beli segitu banyak banget, emangnya anti nggak punya gamis?" tanya Hana
"punya gamis ku banyak banget di koper tapi nggak ada yang kayak gini, aku beli empat biar kita couple berempat ana, anti , salwa dan Nadifa" jawaban Nazwa membuat Hana terharu
"makasih ya Naz, anti baik banget" ucapnya sambil memeluk Nazwa
"biasa aja Han, nggak usah terima kasih"
"ini neng" ucap ibu tersebut menyerahkan pakaian tersebut kepada Nazwa
"totalnya berapa bu?"
"total semuanya tiga ratus delapan puluh ribu"
"serius bu? saya kirain harganya sampai dua juta loh soalnya biasanya kalau dikota harganya mahal" ucap Nazwa
"kalau ibu jual segitu siapa yang mau beli neng" ucap wanita paruh baya itu tersenyum
"Hahaha... lagian anti aneh-aneh aja Naz, kalau di jual segitu yang ada satu pasar pada demo" ucap Hana tertawa dan Nazwa hanya malu sambil mengusap tengkuk kepala nya yang tak gatal
"Nih bu, kembaliannya ambil aja" Nazwa menyerahkan empat lembar uang seratus ribuan kepada ibu-ibu tersebut
"Ya Allah makasih ya neng, semoga neng dilancarkan rezekinya, jodohnya, diberikan ilmu yang barokah dan jadi orang yang sukses dunia dan akhirat"
"amiin" ucap Nazwa dan Nadifa
"kok keliatannya toko ibu paling sepi diantara para pedagang yang lain?" tanya Hana mulai kepo
"ya gitulah namanya pedagang neng persaingannya ketat, ada kalanya kita untung ada kalanya rugi, ada kala nya ramai ada kala nya sepi, kalau saya mah urusan rezeki saya serahkan sama Allah neng, ya kalau rezeki untuk saya pasti nggak akan pindah ke orang lain" ucap wanita paruh baya itu tersenyum
"kita do'a kan moga dagangan ibu makin laris ya"
"Amiin"
"kita langsung balik ke pondok nih Han?" tanya Nazwa saat mereka selesai membeli bumbu dapur dan diangguki oleh Hana yang sepertinya mulai kelelahan
"oh ya kita cari jajan dulu yuk, kan mau makan bareng" ucap Nazwa
"oh iya, ayo aku tau tempat yang enak" ucap Hana langsung semangat dan menarik tangan Nazwa
Akhirnya mereka pun sampai di penjual jajanan tradisional dan aneka macam gorengan, bau khas jajanan tradisional dengan memiliki cita rasa tersendiri membuat perut mereka berbunyi karena belum terisi.
"kamu mau beli apa Han?" tanya Nazwa
"campur aja dah biar kita puas" jawab Hana
"oh yaudah"
"ibu saya beli lima puluh ribu dicampur semua ya" ucap Nazwa pada ibu-ibu penjual yang mengangkat gorengan yang sudah matang dari wajan
"oh iya tunggu sebentar ya nak, ibu tiriskan ini dulu"
"anti serius Naz beli segitu? ntar kalau nggak habis mubadzir loh" ucap Hana
"kalau nggak habis ya kita kasih ke yang lain, itung-itung sedekah" jawab Nazwa sambil tersenyum
"uang anti banyak banget Naz, nggak dimarahin sama orang tua anti?" tanya Hana heran dengan Nazwa
"enggak kok Han, ini nggak seberapa bagi mereka lagian aku juga punya tabungan yang lain" jawab Nazwa santai
"emangnya orang tua anti kerja apa Naz?" Hana mulai kepo
"Ibu ku adalah ibu rumah tangga yang bertanggung jawab kalau ayahku pengusaha, ya bisa dibilang pengusaha yang cukup terkenal di kalangan pebisnis"
"wah berarti anti anak sultan dong?" celetuk Hana kagum
"nggak gitu juga, eh tapi anti jangan kasih tau siapa-siapa ya"
"emang kenapa?"
"aku mau cari temen yang tulus temenan sama aku nggak mandang harta"
"oke sip ini rahasia negara" ucap Hana dan Nazwa tertawa mendengarnya, akhirnya setelah membayar mereka langsung pergi meninggalkan pasar yang semakin ramai seiring bertambah panasnya terik matahari
🍂🍂🍂🍂🍂
"aduh motornya kenapa ini Han?" tanya nazwa tiba-tiba bingung pada motor yang tiba-tiba mati di tengah jalan padahal jarak pesantren masih cukup jauh
"aduh kayaknya bensinnya habis ini Naz" decak Hana
"nggak kok, bensinnya masih banyak"
"aduh kang ujang pasti motornya lagi dateng stressnya ni, kenapa nggak beli yang lain aja sih" ucap Hana
"jangan bilang gitu Han siapa tau kenangan kang ujang banyak sama motor ini atau mungkin kang ujang lagi belum ada uang emang anti mau beliin kang ujang motor baru?" tanya Nazwa sambil menendang ban depan sepeda motor tersebut entah apa fungsinya.
"Nah, sekarang udah nyala ayo cepet naik Han" ucap Nazwa semangat saat ia mencoba menstater motor tua tersebut untuk yang ke sekian kalinya akhirnya bisa menyala. Hana langsung naik sambil kedua tangannya memegang kresek belanjaan.
"kita ngebut Han, pegangan yang kuat" ucap Nazwa diangguki Hana dari belakang
"bismillahirrohmanirrohim"
Suara motor tua tersebut di tambah dengan knalpot motor yang terus mengeluarkan asap menghiasi jalan berbatu yang dilalui, Hana yang berada di belakang serasa terbang di udara.
"KAKEK, NENEK" teriak Nazwa sambil melambaikan sebelah tangannya saat melihat kakek dan neneknya duduk di teras rumah mereka dan kedua orang tua paruh baya itu pun tersenyum dan melambaikan tangan pada cucu mereka
"nggak ilang kebiasaan anak itu suka kebut-kebut tidak peduli dengan kondisi jalan" ucap kakek menggelengkan kepalanya melihat cucu kesayangannya.
Saat sampai di Pesantren tiba-tiba rem motor itu jadi blong, hingga tak dapat di hentikan.
"Nazwa berhenti kita udah sampai" ucap Hana berteriak pada Nazwa di belakang karena motor itu terus saja melaju dengan kecepatan penuh
"remnya blong Han, nggak bisa berhenti" teriak Nazwa lagi yang sudah mulai panik
"apa!!! aku nggak mau mati sekarang Naz, aku belum nikah" teriak Hana dari belakang
"Kang ujang rem nya blong" teriak Nazwa saat melihat kang ujang baru saja keluar dari dapur ponpes dengan membawa secangkir kopi, sedangkan motor tua itu terus saja melaju bahkan menarik perhatian para santri disana. Para santri yang melihat kejadian itu pun tidak tahan untuk tidak tertawa
"bentar neng"teriak mang ujang langsung berlari mengambil sesuatu meninggalkan kopinya
byuuurrr
Kang ujang langsung menyiramkan air ke arah motor tua tersebut otomatis Nazwa dan Hana pun basah kuyup dan kecepatan motor tua itu berkurang dan akhirnya bisa di rem.
Nazwa dan Hana yang masih shock hanya diam diatas motor dengan tangan dan kaki yang mengigil seperti orang kedinginan.
"Nazwa, Hana, kalian berdua tidak papa?" tanya Salwa yang melihat kejadian tersebut sedangkan Nadifa terus berusaha menahan tawa dengan menutup kedua mulutnya,Salwa langsung menginjak kakinya.
"Nazwa kita masih hidup" ucap Hana kegirangan sampai meloncat-loncat membuat orang mengira dirinya kesurupan
"gimana rasanya Hana, kayak orang terbang kan" ucap Nazwa dan mereka berdua pun tertawa terbahak-bahak mengingat kejadian tadi
"astaga Sal kayaknya mereka berdua nih udah nggak waras" ucap Nadifa
"Salwa, Hana cepat bawa temen kalian ke kamar kasian bajunya basah nanti kedinginan" ucap Bi Ijah yang baru datang sambil mengambil kresek sayuran yang baru saja di beli
"Kembaliannya di dalam kresek ya bi" ucap Nazwa diangguki oleh bi ijah
"makasih ya nak, udah bantuin bibi sampai kalian kaya gini loh" bi ijah merasa tak enak hati
"enggak kok bi, enggak ngerepotin lain kali kalau ada keperluan apa-apa suruh kami lagi ya bi" ucap Hana semangat
"kang ujang kok kami disiram?" tanya
Hana protes pada pak ujang
"emang harus kaya gini neng, kalau motornya nggak bisa ngerem harus disiram air biar berhenti"
"emang bisa kang? biasanya kalau rem motor blong kan motornya harus ditabrakkan atau dibenturkan gitu kok ini bisa?" tanya Nazwa penasaran
"ya kalau motor saya bisa, kalau motor yang lain nggak mungkin bisa neng ini motor warisan dari zaman nippon" ucap kang ujang sambil tertawa
"motor kang ujang stress" ucap Hana sambil tertawa
Sedangkan dari kejauhan seseorang yang melihat kejadian tersebut ikut tertawa
"sungguh menarik dirimu ukhti" ucapnya
🌿🌿🌿🌿🌿
.
.
.
.
.
.
maaf kalau alurnya nggak nyambung atau banyak typo 🙏🙏🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Nurgusnawati Nunung
🤣🤣🤣
2024-09-29
0
Ari_nurin
🤣🤣🤣🤣
2024-09-18
0
Jusmiati
😀😀😀😀😀😀ada2 aja....
2022-12-04
0