NovelToon NovelToon

Cahaya Cinta Pesantren

Drama Keluarga

Suara ayam berkokok saling bersahutan, burung-burung bernyanyi dengan suara indahnya menyambut sang fajar yang mulai menampakkan sinarnya diufuk timur.

Seorang gadis nampak sudah rapi dengan seragam putih abu terus mondar-mandir dikamarnya saat jam menunjukkan pukul 6 pagi. Nazwa Azzahra Dinata gadis berusia enam belas tahun yang saat ini duduk dibangku kelas 2 SMA Nusa Bangsa. Gadis yang terkenal karena kenakalan dan prestasinya sesuai motto hidupnya "murid yang dikenal oleh guru adalah murid paling pintar dan paling nakal, maka jadilah keduanya agar namamu selalu diingat dan diceritakan". Baginya hal itu merupakan suatu kebanggan dalam hidupnya, dikenal oleh guru dan dikenang sehingga tak bisa dibenarkan namun juga tak bisa disalahkan

"aduh naruhnya dimana ya? perasaan kemarin diatas meja kok nggak ada?" ucapnya bingung sendiri, ia terus mengecek setiap sudut kamar mencari dasi sekolahnya.

Membolak balik pakaian dalam keranjang, membuka tutup lemari sampai beberapa kali

"IBU" teriaknya dari lantai atas kamarnya

"Apa?" ucap ibunya dengan suara sedikit keras saat membuka pintu kamarnya masih memakai celemek yang melekat ditubuhnya dengan tangan kiri memegang sutil yang berminyak.

Sebenarnya dirumah mereka mempunyai pembantu namun hanya ditugaskan membersihkan rumah sedangkan kalau urusan memasak ibunya yang melakukan kecuali jika dalam keadaan mendesak.

"Ibu liat dasi aku nggak? perasaan kemarin aku taru diatas meja kok sekarang nggak ada, aku udah mau telat ni" rengek nazwa kepada ibunya

"Makanya kalau naruh barang itu yang benar diingat pakai otak dicari pakai mata bukan pake perasaan, lagian mana ada orang telat ini masih jam 6 palingan ke sekolah cuma butuh waktu lima menit, kamu kalau berangkat pagi buta kamu sampainya selalu jam setengah delapan kata gurumu, ibu tanya kamu kemana jawabnya numpang buang air besar dirumah teman, emang disekolah kamu nggak ada wc apa?, heran ibu, kamu sebenarnya buang air besar atau buang batu?" ucap ibunya mengomel sambil terus membalik-balik tumpukan pakaian yang belum disetrika dikeranjang.

Sedangkan nazwa hanya menjadi pendengar setia ibunya yang sedang mengomel mengungkit kejadian-kejadian yang telah lewat, satu hari, satu minggu, satu bulan bahkan kejadian satu tahun yang sudah lewat akan diungkit-ungkit lagi saat mengomel

"Nah ini kamu pikir ini apa ha?" ucap ibunya mengangkat dasi sekolah Nazwa ditangan kanannya

"Tadi perasaan aku udah cari disana deh bu, kok nggak ada ya?" ucapnya menggaruk kepala yang berbalut jilbab putih.

"Makanya ibu bilang juga apa cari barang pakai mata bukan pake perasaan" ujar ibunya dengan mengomel sambil melemparkan dasi tersebut ke arah nazwa.

"Hehehehe...makasih bu" ujarnya berlari ingin memeluk ibunya namun kakinya malah terpeleset akibat minyak dari sutil yang dipegang ibunya menetes ke keramik kamarnya.

Brruukk...

" aduh ibu pinggangku sakit" ringisnya, sedangkan ibunya hanya tertawa sambil turun kebawah melanjutkan memasak makanan untuk sarapan.

Setelah siap semua keluarga berkumpul di meja makan.

Ayahnya, kakak laki-lakinya yang sedang kuliah semester akhir jurusan manajemen yang akan diangkat menjadi pengganti ayah nya memimpin perusahaan saat lulus kuliah nanti. Kakaknya saat ini berusia 23 tahun bernama Satya Adiguna Dinata.

" Assalamualaikum, selamat pagi every body" teriak nazwa sambil menuruni tanggan menuju ruang makan.

"Udah jangan teriak-teriak cepat makan" titah sang ibu yang harus dipatuhi

Ibunya mulai mengambilkan makanan untuk ayahnya, setelah itu suasana meja makan menjadi sunyi hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring

"Bang nanti pergi kuliah nggak?" tanya nazwa saat selesai makan

"Masuk siang, tapi pagi ini ikut ayah ke perusahaan sambil belajar, emang kenapa?" tanyanya sambil membersihkan bibirnya menggunakan tisu

Memang keluarga mereka diharuskan belajar disiplin dalam beraktivitas dan menghargai waktu dengan sebaik-baiknya. Bahkan ayah mereka yang seorang pemimpin perusahaan berangkat lebih awal dari pegawainya. "Disipilin itu kunci kesuksesan kita, dan pemimpin itu adalah panutan bagi rakyatnya, kalau pemimpinnya tidak disiplin bagaimana rakyatnya?" itulah kata-kata ayah mereka untuk mengajarkan anak-anaknya tetap disiplin

"hehehe...nggak ada kok bang cuma nanya aja" ucapnya cengir

"tumben banget lo nanya kek gini" ucap Satria heran dengan kelakuan adik satu-satunya itu

"hhehe...Ayah hari ini sepulang sekolah boleh nggak aku pergi..."

"nggak boleh" ucap ayahnya tegas memotong ucapan Nazwa yang belum selesai

"ish belum juga selesai ngomong ayah potong aja"

"pokoknya kalau ayah udah bilang nggak ya nggak titik nggak pakek koma" ucap ayah nya tegas

"Minum dulu yah..." ucap ibunya menyodorkan secangkir teh sari wangi untuk mencairkan sedikit suasana di meja makan

Ayah langsung meminumnya dan merasakan kenikmatan aroma teh asli

Kesempatan tak disia-siakan oleh nazwa setelah diberikan kode oleh sang ibu.

"Jadi ayah boleh nggak pergi nonton bioskop bareng teman sebentar aja, ada film baru yang tayang hari ini"

"Boleh..." ucap ayahnya lembut, Nazwa langsung kegirangan sedangkan kakak dan sang ibu hanya menahan tawa melihat tingkah laku mereka

Setelah pamit dengan ayah dan kakaknya, Nazwa lantas pergi kedapur menemui ibu nya

"Makasih bu, untung aja ibu cepat dateng"

"sudah biasa itu, seorang ibu selalu menjadi pahlawan untuk anaknya"

"makin sayang sama ibu deh, oh ya ibu tau dari mana cara seperti itu bisa berhasil?" tanya Nazwa bingung

"Tadi pas ibu di lewat ruang tamu saat turun dari kamar kamu, kebetulan iklannya kayak gitu, jadi ibu coba eh ternyata berhasiln, tapi ini nggak gratis loh, ibu minta bayarannya ya?"

Senyum yang baru saja terbit dibibir Nazwa langsung pudar mendengar kata bayaran

"Aku nggak punya banyak uang bu, uang ibu kan lebih banyak dari aku" ucapnya memasang wajah sesedih mungkin

"yaudah cepat sana pergi kesekolah ibu hanya becanda nanti kamu telat"ucap ibunya memberikan tangannya dan disalimi Nazwa

"hehehe...iya bu Nazwa berangkat dulu assalamualaikum" ucap Nazwa sambil berlari keluar rumah menuju mobil yang akan mengantarkan nya kesekolah

"Wa'alaikumussalam ingat jangan numpang buang air besar lagi dirumah temen" ucap ibunya dengan suara lantang

Nazwa yang mendengar suara ibunya langsung masuk dalam mobil menahan malu dan menyuruh pak sopir untuk cepat menjalankan mobil ke sekolah.

Ayah dan kakak nya sudah berangkat lebih dulu ke kantor saat Nazwa sedang bercengkrama sebentar dengan ibu nya di dapur, sedangkan para pembantu disana yang mendengar nya hanya bisa tersenyum menahan tawa melihat tingkah laku majikan mereka yang terbilang keluarga yang harmonis

🌷🌷🌷🌷🌷

Maaf kalau ceritanya kurang nyambung atau banyak typo soalnya author baru belajar buat novel...🙏🙏🙏

Uang Kas

Saat sampai didepan gerbang sekolah Nazwa langsung disambut oleh sahabatnya. Langsung ke sekolah bukan pergi numpang buang air ke rumah teman seperti yang dikatakan ibunya.

"Nazwa" teriak mereka bersama hingga siswa sekitar menatap mereka

"Jangan teriak-teriak ya Alloh, gue nggak budek ya" kesal Nazwa menuju ke arah mereka

"Heh, si Caca mana ni?" tanya Nazwa saat tak melihat salah satu sahabatnya itu

Sahabat Nazwa terdiri dari tiga orang cewek yaitu Nazwa, Yolanda, Caca dan dua orang cowok yaitu Bastian dan Reyno

Diantara mereka Caca lah yang kondisi keluarganya bisa dikatakan kurang mampu. Ia bekerja sampingan sebagai pelayan kafe saat selesai sekolah untuk membiayai sekoalahnya sendiri, sedangkan ibunya hanya seorang penjahit yang pendapatannya tak menentu tergantung pakaian yang dijahit

Namun, tak pernah dipermasalahkan oleh mereka

"Nggak tau, nanti sepulang sekolah kita kerumahnya gimana?" tanya Yolan kepada sahabatnya yang dibalas anggukan oleh yang lain.

🌼🌼🌼🌼🌼

Dikelas...

Suasana kelas belum terlalu ramai karena masih jam setengah tujuh. Hanya ada beberapa siswa didalam kelas yang sengaja berangkat pagi. Ada yang lanjutin tidur, Nyalin buku latihan teman, sarapan, dan siswa teladan yang sengaja pagi datang karena jadwal piket

"eh...Bas hari ini gantian lo piket kan?" tanya Nazwa pada Bastian saat melihat jadwal komisaris di belakang.

"Bas...bas...bas emang lo pikir gue drumband?" ucap bastian sewot

"ohhh...jadi ini alasan lo pagi-pagi nyuruh kita berangkat sekolah? buat bantu lo piket gitu?" tanya Reyno dengan malas

"ehh...nggak kok, gue hari ini nggak tau jadwal piket gue, gue ngajak kalian berangkat pagi-pagi tu agar kita seimbang, kemarin kan ke sekolah pas jam setengah delapan nah jadi sekarang jam setengah tujuh biar seimbang gitu, kalau tau gini mending berangkat jam tujuh aja gue" ucap bastian memperhatikan sekeliling

" ya udah, karena sekarang lo udah dikelas, sana bantu si Ari nyapu noh" tunjuk Yolanda pada siswa bernama Ari yang sedang menyapu bangku di belakang

"udah ah gue nggak mau, masa datang ke sekolah kece begini terus piket? lebih baik bayar denda gue dari pada pegang sapu" ucap Bastian dengan malas

"Heh...jangan mentang-mentang lo anak horang kaya yah?, lo bebas ngelakuin apapun karena nggak selamanya semua itu dapat dibeli dengan uang" Nazwa mengeluarkan kata bijaknya

"iya bener tuh" ucap Yolanda

"udah sono lo piket aja..." reyno mendorong bastian untuk mengambil sapu

"hah..." Bastian menghembuskan nafas kasar

"yaudah iya...iya..tapi kalian bantu gue ya"pinta Bastian dengan wajah memelas

"Bantuin lewat doa" ucap mereka serentak membuat Bastian kesal dan dengan malas mengambil sapu di belakang

Sedangkan sahabatnya hanya tertawa sambil duduk di bangku luar kelas memperhatikan sekeliling, di sekolah mereka tak banyak yang memakai jilbab hanya beberapa dan Nazwa salah satunya

Sahabatnya Yolanda dan Caca juga tak mengenakan jilbab, namun sikap Nazwa yang ramah, supel, tidak memandang teman yang kaya atau miskin membuatnya banyak disegani oleh teman-temannya yang lain

"Hei every body inget nggak hari ini hari apa?" ucap seseorang dengan suara lantang yang baru datang, siapa lagi kalau bukan Nayla si bendahara kelas

" inget nggak? inget nggak? nggaklah masa inget" lanjutnya kembali, kemudian Nazwa memukul mulutnya dengan pelan

"ehhh kebalik harusnya inget nggak? inget nggak? ingetlah masa nggak. gitu yang benar" ucap yolanda memperbaiki

"udahlah pokoknya sama aja. Hari ini bayar uang kas kelas yang ngutang minggu kemarin pokoknya bayar harus lunas hari ini"Teriaknya dengan lantang sampai-sampai air liurnya muncrat kemana-mana

"ihhh...jorok lo ah" ucap Reyno kemudian mengelap mukanya pada tas yang dikenakan Nayla, membuat gadis itu memukul kepalanya dengan buku kas yang selalu dibawa kemana-mana seperti ibu kader yang menyurvei penduduk

"ish...si Nayla makanya kalau ngomong jangan teriak-teriak, ludah lo nggak ngandung bakteri kan?" ucap Yolanda meraih tisu dari kantong tas Nayla dan membersihkan tangannya dari ludah yang muncrat, sedangkan Nazwa hanya tertawa melihat sahabatnya karena posisinya yang paling pinggir jadi ia tidak kena

"Udah nih gua bayar, kembaliannya buat lo aja Nay" ucap Nazwa mengeluarkan uang lima ribuan dari sakunya

"ya elah Nazwa mana ada uang kembaliannya ini tuh uang pas" ucap Nayla sambil membuka buku didepan pintu kelas dan mencontreng nama siswa yang sudah mengeluarkan. Namun, saat membuka buku kas uang malah berhamburan jatuh dari buku tersebut

"Ya Allah Nay, kalau jadi bendahara yang bertanggung jawab dong, taruh uangnya diamplop kek gitu, jangan naruh sembarangan kalau ilang gimana, emang kamu mau ganti" Nazwa mengomel sambil membantu Nayla memungut uang kas yang jatuh, membuat siswa yang sedang kebetulan lewat dikelas mereka berhenti sebentar dikira orang lagi bagi-bagi uang

"Tau nih si Nayla nggak bisa nanti minta pas masuk aja mintanya biar lebih tertib gitu, ini baru dateng langsung minta uang kas" ucap Yolanda ikut membantu memungut uangnya

Sedangkan Reyno hanya tertawa tanpa ada niat membantu sedikit pun

Saat memungut uang yang jatuh tiba-tiba Bastian dari dalam kelas dengan tanpa aba-aba langsung menyapu sampah dari dalam kelas dengan cukup kencang hingga uangnya berhamburan kesana kemari

" aaaa...ya alloh uangnya terbang" teriak Nayla histeris membuat siswa yng sudah semakin ramai melihat ke arah mereka.

Dan dengan heboh mereka langsung berlarian kesana kemari memungut uang tersebut

Karena lantai kelas mereka yang berada di lantai dua membuat uang tersebut ikut terbang terbawa angin. Akhirnya setelah dirasa kumpul semuanya mereka kembali masuk ke dalam kelas untuk memulai kegiatan belajar

Sambil menunggu guru yang masuk mereka membantu Nayla menghitung uang kas.

"Gimana Nay, uangnya cukup atau kurang?" Tanya Bastian tanpa rasa bersalah

"Sabar ngapa!!!, ini juga karena lo ya, main sapu-sapu aja!" ucap Nayla sewot

"ya gue mana tau ada orang didepan kelas, lagian juga kalian pada ngapain sih disana?" ucap Bastian tak kalah sewot

"udah-udah, cepat hitung jangan saling salahin" Nazwa menengahi omongan mereka

"Ya Alloh, Astaga, Innalillahi, uangnya kurang guys" ucap nayla dengan wajah lesu

"Kurangnya berapa?" tanya Nazwa

"Kurangnya sembilan puluh ribu duh gimana dong guys, gue nggak punya uang ni" ucap Nayla dengan wajah lesu

" Ya udah nih" Nazwa mengeluarkan uang seratus ribuan dari dalam tasnya dan juga amplop kosong

" Tuh, jaga uang yang bener jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi, lakukan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya, itu adalah amanah yang dipercayakan pada kita" Kali ini ketua kelas Farhan yang berbicara

"Wah bagus juga kata-kata lo han, liat dimana?" tanya Yolanda

"Nih di ig" ucapnya menunjukkan hp nya

"Makasih ya Nazwa"Nayla memeluk Nazwa

"Sama-sama, kembaliannya tolong buat iuran caca ya, soalnya dia ndak masuk" ucap Nazwa, yang dibalas anggukan oleh Nayla

🌷🌷🌷🌷🌷

Rumah Caca

🕊🕊🕊🕊🕊

"Farhan dipanggil kekantor" ucap Ari yang baru masuk ke kelas

" kenapa ya?" tanya Farhan

"ya mana ku tau aku kan ikan" ucap Ari sambil berlalu ke tempat duduknya

"nggak jelas" ucap Farhan keluar kelas menuju ke kantor

"Guys, nanti kalau ada bu mina dateng bangunin gue ya, gue ngantuk banget hoam" ucap Nazwa menguap sambil menaruh tangan diatas meja menjadi bantalan kepalanya

Bu Mina adalah guru matematika mereka yang galak namun suka diajak becanda oleh Nazwa oleh karena itu gurunya suka sekali menyebut dirinya. "Coba jadi kayak Nazwa biarpun nakal tapi bisa, jangan jadi nakal, terus nggak bisa" itulah kata-kata yang sering diucapkannya dalam kelas

Entahlah, Nazwa juga tak mengerti kata-kata itu pujian atau sindiran yang diberikan gurunya itu

"Teman-teman hari ini bu Mina ndak masuk katanya kurang enak badan" ucap Farhan sang ketua kelas yang baru saja masuk kelas

"Alhamdulillah" jawab murid yang lain. Memang begitulah kebanyakan siswa kalau ada guru yang tidak masuk karena sakit apalagi itu guru killer, akan bersyukur padahal yang rugi kita sendiri karena tak mendapatkan ilmu

Nazwa yang mendengarnya langsung bangkit dari tidurnya "yok pulang" ajaknya pada sahabatnya dan dengan senang hati dianggukan oleh sahabatnya

"eh...eh...tapi ini ada materi yang harus dicatat, katanya besok setiap catatan akan diperiksa" cegah farhan saat Nazwa dan sahabatnya akan keluar dari kelas

"Foto terus kirim lewat WA gue" jawab Nazwa singkat dan langsung keluar begitu saja

Sedangkan temannya yang lain sudah tak asing karena Nazwa dan sahabatnya memang sudah biasa seperti itu. Tapi bukan berarti mereka tak mengerjakan, mereka tetap belajar bersama diluar lingkungan sekolah kalau suasana hati mereka sedang ingin belajar, suasana hati ingin belajar itupun hanya saat kepepet seperti ujian kenaikan kelas agar tetap bisa naik kelas walau dengan nilai pas-pasan tidak seperti Nazwa yang selalu mendapatkan juara satu.

Mereka berjalan mengendap-endap dari belakang sekolah, saat hampir sampai di parkiran sekolah mereka harus melewati ruang guru terlebih dahulu

Tiba-tiba kaki Nazwa tak sengaja menyenggol satu pot yang disana hingga terjatuh

"Brukk" suara pot yang terjatuh

"heh siapa disana?" terdengar suara dari dalam kantor yang sangat tidak asing ditelinga mereka yang tak lain adalah pak Musa, guru BK yang memberikan ceramah sampai lima jam kepada siswa yang bermasalah

"meong..." ucap mereka tersentak dan reflek mereka langsung menutup mulut masing-masing karena mereka berbicara serempak tanpa aba-aba terlebih dahulu

"loh kucing...kok berjama'ah suaranya aneh banget " terdengar suara pak Musa dari dalam kantor

"siapa disana? kucing, manusia, maling atau hantu?" tanya pak musa sekali lagi

"Kucing"...

"Manusia" ...

"Maling"...

"Hantu" ...

ucap mereka serempak

Mereka reflek memukul mulut mereka lagi karena menjawab pertanyaan pak Musa yang mengandung jebakan

"Nahkan..." pak musa berbicara kembali dari dalam kantor

Sebelum pak Musa melanjutkan kembali perkataannya mereka sudah langsung lari kocar kacir keparkiran.

"Hosh...hosh...hosh" mereka sampai di area parkir dengan mengatur nafas

"Busset pak Musa pinter banget buat jebakan" Bastian mulai mengatur nafasnya

"Ini gue juga sebenarnya bingung pak Musa yang pinter atau kita yang bodoh sih, lagian mana ada juga kucing bisa bicara " Reyno yang kebingungan menggaruk belakang kepalanya

"aduh udah deh, pokoknya sekarang kita bisa bebas dari pak Musa" ucap Yolan

"Ok...sekarang kita lewat gerbang belakang sekolah aja lebih aman, Yol lo bawa mobil kan?" tanya Nazwa yang dibalas anggukan oleh Yolanda

Sedangkan Nazwa sendiri tak diperbolehkan membawa mobil oleh ayahnya karena belum memiliki SIM

"Tinggalin aja mobil lo disini pasti aman kok, Reyno sama Bastian kan bawa motor, Reyno sama Bastian boncengan pakai motor Reyno, lo sama gue boncengan pakai motor Bastian kita lewat gerbang belakang gimana?" Nazwa menjelaskan kembali yang dibalas anggukan oleh yang lain

"Eh lo bisa bawa motor kaya gini?" Tanya Yolan merasa ragu melihat motor kawasaki ninja milik Bastian

"Bisalah gue pakai leging ni di dalem jadi ndak papa" jelas Nazwa

"Lo kayak nggak tau sahabat lo aja Yol, si Nazwa penampilannya aja yang kayak gini pakai jilbab tapi hal beginian jago dia"ucap Bastian sambil memasang helm dikepalanya

"Aduh, gue naiknya gimana ya? gue kn nggak pakai celana panjang?" tanya Yolan bingung sendiri

"Nih pakai jaket gue buat nutupin rok lo"Reyno melemparkan jaket yang hendak di pasang dan langsung ditangkap Yolan

"Kita kemana dulu ni?" Kata Yolan sambil mengeluarkan dua helm dari bagasi mobilnya yang selalu ia bawa kemana-mana, untuk waspada seperti kondisi saat ini

"Langsung ke rumah Caca aja, perasaaan gue nggak enak dari tadi pagi nih" jawab Nazwa sambil memasang helm yang diberikan pada Yolan

"Langsung pakai pakaian sekolah,nggak ganti dulu?"

"Ya elah kalau ganti dulu yang ada gue ketauan sama orang rumah kalau bolos, bisa-bisa dihukum gue" jelas Nazwa karena ia pernah dihukum oleh ayahnya saat ketahuan bolos dari sekolah karena malah pergi ke mall menonton bioskop bersama temannya

" lagian gue juga udah izin tadi pagi sama bokap gue"lanjutnya kembali

"Ok...kita berangkat sekarang" ucap Bastian memimpin di depan

Perjalanan kerumah Caca memakan waktu kurang lebih tiga puluh lima menit karena lokasinya yang berada cukup jauh dari sekolah

Mereka melewati banyak pohon-pohon yang berjejer di samping kiri dan kanan jalan,karena rumah Caca bisa dikatakan cukup jauh dari hiruk piruk kota.

🐳🐳🐳🐳🐳

Saat mereka sampai di rumah Caca, terlihat pintu yang terbuka dan kondisi halaman rumah yang berantakan, rumah caca berada paling jauh dari rumah tetangganya yang lain

Mereka segera turun dari motor dan mengucapkan salam

"Assalamualaikum" ucap mereka serentak. Tidak ada sahutan dari dalam hingga tiga kali mereka mengulangi salamnya

"Kita masuk aja" ucap Bastian dibalas anggukan oleh yang lain.

Saat masuk rumah mereka disuguhkan oleh pemandangan ruang tamu yang berantakan dengan peralatan masak yang berserakan dimana-mana

"Astagfirulloh"

"Caca...Caca..."

Tidak ada sahutan hingga terdengar sura lirih dari dalam kamar

"Astagfirullohaladzim ibu..." ucap mereka serentak melihat kondisi ibu Caca tertidur dilantai kamar dengan lemas dan luka lebam diseluruh wajahnya dengan mata bengkak seperti menangis

"To...tolong caca" ucapnya lirih

Mereka langsung mengangkat tubuh lemas ibu Caca duduk diatas kasur dan segera memberikan air putih, detelah dirasa lebih baik mereka mulai bertanya

"Caca kenapa bu?" tanya Nazwa sambil merapikan mesin jahit yang terjatuh dari mejanya dibantu teman-temannya

"Tolongin Caca nak, caca tadi pagi diambil sama bapaknya" ucap ibu Caca dengan nafas tersendat

"Bapaknya?" jawab mereka serentak dengan wajah terkejut karena mereka tahu bahwa ayah dan ibu Caca sudah bercerai karena ayahnya yang seorang pejudi dan pemabuk

Ayahnya sering memukul ibunya kalau tidak ada uang yang bisa dia pakai untuk bertaruh atau membeli minuman keras, hal inilah yang menyebabkan ibunya bercerai karena tak tahan dengan perlakuan suaminya

"Bapaknya tadi pergi bawa Caca katanya mau dijual gitu, ibu takut Caca kenapa-napa hiks...hiks" air mata ibu Caca tumpah

"Tenang bu, kami akan bantu cari Caca sekarang" ucap Nazwa

"Ibu tau nggak Caca di bawa kemana sama ayahnya?" tanya Yolan dibalas anggukan oleh yang lain

"Ibu nggak tau, ibu hanya denger Caca mau dijual katanya hiks...hiks" ibu Caca menangis tersedu-sedu

"Ya, uah ibu kami cari Caca dulu, ibu baik-baik dirumah jangan keluar dulu"

"Tapi ibu takut kalian kenapa-napa soalnya bapak Caca itu orangnya kasar..hiks...hiks"

"Udah ibu nggak usah khawatir kami pasti bisa menemukan Caca" Sambung Bastian yang dibalas anggukan oleh yang lain

"Terima kasih ya nak"

"tidak ada kata terima kasih didalam persahabatan bu, Caca itu sahabat kami sudah sepatutnya kami menolongnya" jelas Nazwa kemudian mencium tangan ibu Caca diikuti oleh yang lain

.

.

.

Maaf ya kalau alurnya ndak sesuai atau banyak typo...🙏🙏🙏🙏🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!