⚘⚘⚘⚘⚘
Nazwa pergi meninggalkan kantor polisi bersama ayah dan abangnya. Dalam perjalanan hanya sepi tak ada yang bicara, Nazwa berpikir kira-kira hukuman apa yang diberikan oleh ayahnya hari ini. Ia juga ingin membalas kakaknya yang telah berbohong dengan mengatakan kalau ayah mereka sedang meeting
"abang kenapa bohong sama aku?" tanyanya pada sang abang yang didepan samping pak supir sedangkan Nazwa dibelakang bersama ayahnya yang sedang fokus melihat sesuatu dihandphonenya
"maksudnya?" satria mengerutkan kening
"kata abang ayah lagi meeting sama kliennya" Nazwa bicaa tanpa memperdulikan ayahnya yang duduk disamping juga mengalihkan pandangan dari benda pipih segi empat menatap putrinya
"memang kenapa kalau ayah tahu?" ayahnya ikut menimpali
"ayah hukum aku nggak?" tanyanya polos pada sang ayah
"menurut kamu?" ayahnya balik bertanya
"kok menurut aku, menurut ayah lah kalau menurut aku sih mending nggak usah ya yah" jawabnya dengan wajah memelas pada sang ayah
"nanti ayah pikirkan" ucap ayahnya kembali fokus pada handphone ditangannya
"ish ayah kalau bilang dipikirkan pasti kena hukum, lagian aku tuh nolongin Caca dari bapaknya yang mau jual dia, nggak bermaksud pergi ke club buat ngelakuin hal-hal nggak jelas" ujar Nazwa cemberut
"terus kenapa kamu bolos sekolah? bukan hari ini aja ya kamu bolos, hari-hari lain gurumu bilang kamu sering bolos, sering terlambat padahal kamu berangkatnya masih pagi pergi kemana aja sih kamu?" tanya ayahnya dengan tegas
"kerumah temen yah" ucapnya cengir
"cengar cengir aja kamu, masa setiap hari kerumah temen mau ngapain coba, kamu tuh belajarnya disekolah atau rumah temen sih?"
"ya disekolah lah yah, masa dirumah temen" ucap Nazwa dengan wajah tanpa dosa membuat ayahnya kesal dengan putrinya ini sedangkan sang abang dan pak supir hanya menahan tawa
🌲🌲🌲🌲🌲
Mobil memasuki pekarangan rumah mewah. Nazwa, ayah dan abangnya langsung turun dari mobil masuk kedalam rumah
"Assalamualaikum" Nazwa berteriak saat pintu rumah dibuka membuat ayah dan abangnya menutup kuping
"ndak usah teriak-teriak kayak gitu semua orang masih punya pendengaran yang normal nggak budek" ucap abangnya membuat Nazwa hanya cengir
"Wa'alaikumussalam" jawab ibunya dari dapur dan menuju ruang tamu
"loh Nazwa kok kamu udah pulang bukannya masih sekolah? ini abang dan ayahjuga kok udah pulang bukannya dikantor?" tanya ibunya heran melihat mereka karena jam masih menunjukkan pukul sepuluh pagi
"Gara-gara dia nih buk" tunjuk Satria pada sang adik
"ibu tau nggak?"
"ya nggak lah"
"makanya ibu dengerin aku cerita dulu, diatuh bolos sekolah..."
"APA!!!" belum selesai Satria menjelaskan ibunya langsung teriak menjewer kuping Nazwa
"ish ibu sakit" namun ibunya enggan melepaskannya
"ini kenapa wajah kamu lebam kayak gini juga? berantem lagi kamu?"
"ibu makanya dengerin dulu penjelasan abang sampai selesai"ucap Nazwa
"dia bolos sekolah bu terus pergi ke club buat..." belum selesai Satria berbicara ibu nya kembali memotong pembicaraan
"APA!!!...udah berani kamu? main ketempat seperti itu" tanyanya dengan semakin memperkuat jeweran sambil mengusap matanya yang berair sedang kan ayah dan abangnya hanya pusing melihat kelakuan ibunya
"ibu jangan baperan dulu, jangan nangis ini nggak seperti yang ibu pikirkan" ucap Nazwa sambil memegang telinganya yang tak kunjung dilepas ibunya
"siapa yang nangis? ibu habis potong bawang" jawaban ibunya membuat Nazwa malu sendiri
"jadi bu Nazwa keclub tuh buat nolongin sahabatnya yang mau dijual bapaknya gitu nah terus kami bisa barengan pulang karena mereka diminta jadi saksi di kantor polisi, dan disitu wali mereka dipanggil, dan Nazwa telepon aku tapi ayah denger dan kami berdua pun pergi kekantor polisi gitu" jelas satria langsung tanpa jeda sebelum sang ibu negara kembali murka pada sang adik
"dijual bapaknya?" ibunya nampak terkejut dengan reflek menutup mulut menggunakan kedua tangan sehingga jeweran dikuping Nazwa terlepas
Nazwa langsung memeriksa kupingnya yang sudah dipastikan memerah
"makanya ibu kalau orang ngomong didenger dulu sampai selesai, untung kuping aku nggak copot" ucap Nazwa masih mengelus telinganya yang memerah
"loh kok bisa dijual? dia kan anaknya" tanya sang ibu yang masih bingung
"jadi gini buk bapaknya dia itu kecanduan judi sama miras gitu karena nggak ada uang dia mau jual anaknya, dia juga udah cerai sama istrinya gara-gara sering pukul istrinya kalau nggak ada uang gitu" jelas Nazwa
"sahabat kamu yang mana? pernah kesini nggak?"
"pernah kayaknya tapi cuma sekali namanya Caca, ituloh bu yang waktu itu aku ceritain ibunya penjahit itu" karena memang saat mereka kumpul Caca jarang sekali bisa bersama karena bekerja akhirnya sahabatnya sering lebih memilih kumpul di kafe tempat Caca bekerja
"loh kok kamu bisa tau dia dijual sama bapaknya?"tanya ibunya setelah mengingat teman putrinya itu
"ya firasat aja sih buk" jawab Nazwa sambil meminum air putih diatas meja untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Jawaban putrinya membuat sang ibu manggut-manggut
"terus kamu luka gini berentem sama siapa?" tanya ibunya lagi melihat memar dilelipis putrinya
"berantem sama bapaknya si Caca, gila dia kuat banget untung cuma pelipis" ucapnya sambil meringis memegang pelipisnya
"bi tolong ambilin es batu sama handuk buat kompres luka Nazwa, sekalian lanjutin masakan ya" ibunya meminta tolong pada pelayan yang bernama bi Mina yang hanya dibalas anggukan oleh wanita paru baya berumur setengah abad tersebut
"ayah sama abang nggak balik lagi kekantor?" Nazwa bertanya melihat ayah dan abangnya yang sedari tadi bisik-bisik tetangga sambil memperhatikan sesuatu di handphone sang ayah
"nggak ayah kalau udah pulang males balik lagi, lagian ndak banyak berkas yang ditandatangani nanti ayah minta tolong sekertaris ayah bawa kesini" ucap ayahnya mengalihkan pandangan dari handphone
"abang juga lagian kuliah nanti masuk siang abang mau istirahat sebentar" ucap abangnya sambil naik menuju kamarnya dilantai dua
"harus disiplin jangan sepelekan sesuatu yang sedikit karena semakin lama akan menumpuk, hargai dan manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya" Nazwa meniru ucapan sang ayah saat dirinya menunda-nunda pekerjaan sekolah yang diberikan guru dengan alasan hanya sedikit bisa dikerjakan besok
"itu kan kamu, ayahkan tetap ngerjainnya hari ini"
"tapi kan sama aja ayah ngerjainnya nanti nggak sekarang" Nazwa kekeh tidak mau kalah dengan sang ayah
"beda" ucap ayahnya tegas, ia merasa putrinya suka sekali debat urusan sepele dengan dirinya
"sama"
"beda"
"udah ah kalian ini anak sama bapak sama aja, ndak ada yang mau kalah" ucap ibunya menengahi perdebatan diantara keduanya sambil mengarahkan handuk dingin mengompres memar dipipi Nazwa
"ibu pelan-pelang ngapa, kayak orang lagi nyetrika aja kasar banget" Nazwa meringis merasakan sakit dipelipisnya
"gini aja sakit kamu" ucap ibunya menyudahi kompresannya
"udah ya bu, Nazwa ngantuk mau tidur dulu" ucapnya berlalu meninggalkan ayah dan ibunya diruang tamu
"ibu kira-kira ibu setuju nggak kita masukin Nazwa ke pesantren?" tanya ayah tiba-tiba saat Nazwa sudah menutup pintu kamarnya
"pesantren???"
"iya pesantren ayah takut Nazwa terpengaruh pergaulan bebas kalau disini apalagi dia itu perempuan" jelas sang ayah
"ibu setuju aja sih, tapi kalau Nazwa nggak mau gimana yah?"
"tenang aja dia pasti mau kok"
"tapi pesantren yang mana?"
"pesantren yang dekat tempat ibu sama bapak aja gimana? kebetulan ayah juga jadi donatur dipesantren itu" jelas sang ayah
Kakek dan nenek Nazwa atau orang tua dari ayahnya tinggal di kota yang berbeda dengan ayah Nazwa
Ayah Nazwa adalah anak tunggal, kakek Nazwa menyerahkan perusahaan untuk dikelola ayah Nazwa sepenuhnya saat selesai kuliah sedangkan ia dan istrinya menikmati hari tuanya dengan tinggal di sebuah desa yang jauh dari hiruk piruk kota, masih asri dengan suasana pedesaan
Nazwa dan keluarganya sering berkunjung kesana saat libur semester atau hari raya. Sedangkan orang tua dari ibu Nazwa sudah meninggal
"kapan Nazwa mulai pindah?"
"besok, ayah udah telpon pak kyai pengurus pesantren tadi katanya bisa, ayah juga udah telpon kepala sekolahnya buat ngurus surat pindah untuk Nazwa" sambung ayahnya
"baiklah kalau itu yang terbaik menurut ayah, tapi kapan ayah beritahu Nazwa?"
"nanti setelah makan siang" jawab ayahnya hanya dibalas anggukan oleh ibunya
🙏🙏🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Nur hikmah
kadihan najwa hrus pisah ma sahabat2yaaa
2021-10-15
1
Olan
hadir kekaryamu thor🥰 salam dri Hate But Love. mari saling dukung
2021-09-21
1
Mommy Gyo
hadir Thor mampir dikaryaku Cantik tapi berbahaya
2021-05-24
2