⚘⚘⚘⚘⚘
Langit mulai menampakkan sinar jingga, cahaya surya akan tergantikan dengan rembulan yang menerangi malam. Suara merdu lantunan ayat suci Al-Qur'an membuat jiwa tenang seakan tak ada masalah. Nazwa berdiri di depan teras kamarnya sambil memperhatikan santriwati yang berlalu lalang dan sesekali melempar senyum kepada mereka.
"ternyata suasana disini lebih tenang sangat jauh berbeda dengan kota, aku rindu ayah, ibu, bang satria, nggak mungkinkan aku telpon mereka ntar aku dikira cengeng lagi sama bang satria masa' belum sehari udah rindu aja" ucap Nazwa pelan
"Nazwa kok masih disini, udah ngaji magrib ayo kita kemasjid siap-siap setelah itu setor hafalan dan mungkin ada kajian dari pak kyai" ucap Salwa yang baru datang bersama dengan Hana dan Nadifa.
"Ana nungguin kalian" ucap Nazwa tersenyum yang sudah mulai belajar menggunakan bahasa pesantren
"ya udah ayo ambil mukena terus wudhu"
ucap Salwa dan Nazwa langsung bergegas ikut masuk ke dalam kamar untuk mengambil keperluan sholatnya.
"Hana jendelanya jangan lupa ditutup ya udah magrib, karena seperti hadits Rasulullah SAW di waktu magrib atau menjelang waktu magrib kita diperintahkan untuk menutup jendela-jendela atau pintu-pintu agar setan atau jin tidak dapat masuk kedalam, terlebih lagi ketika dalam rumah tersebut ada anak kecil atau orang yang sedang hamil, kalian pernah dengar jin ummu Sibyan?" tanya Salwa kepada mereka yang fokus mendengarkan cerita termasuk Nazwa yang ikut mengangguk karena ia pernah mendengar guru agamanya menyebutnya.
"ummi sibyan adalah jin yang suka menggoda anak kecil yang berusia dibawah dua tahun atau wanita hamil, dikatakan jin ini memiliki wajah yang mengerikan dengan mata yang menyala dan merayap di dinding seperti cicak bahkan suara pekikannya bisa memecahkna batu bata, seperti yang diceritakan dalam kisah jin ummu sibyan dan Nabi sulaiman kalau jin ini bisa berubah bentuk sesuai keingiannya dan dapat masuk kedalam rahim wanita hamil dan mengikatnya sehingga menyebabkan keguguran. Oleh karena itu, saat menjelang waktu magrib kita diperintahan untuk menutup pintu dan jendela serta mengangkat jemuran dan tidak lupa selalu berdo'a kepada Allah dan meminta perlindungan kepadanya" ucap Salwa mengakhiri penjelasannya
"Astagagfirullohaladzim!!!" teriakan Nadifa membuat temannya terkejut termasuk Nazwa yang merinding setelah mendengarkan cerita Salwa
"anti kenapa Nad? ngagetin orang aja" ucap Hana sambil memukuk pelan lengan Hana
"Ana belum angkat jemuran"ucap Nadifa panik
"Anti kenapa bisa ceroboh gini sih? cepat sana angkat nanti dimarahi ustadzah Zulaikha" ucap Hana
"Ustadzah Zulaikha siapa?" tanya Nazwa bingung
"Ustadzah Zulaikha itu guru BK disini" ucap Salwa
"Tapi aku takut, temenin aku yuk Hana" ucap Nadifa menarik-narik lengan baju Hana, sedangkan Hana hanya diam saja
"udah sendiri aja sana, lagian kan nggak ada siapa-siapa" ucap Hana menolak padahal ia sendiri takut
"Justru itu ana takut kalau ndak ada siapa-siapa" ucap Nadifa masih menarik lengan baju Hana
"udah temenin aja sebentar Hana, ini udah mau adzan" ucap Salwa
"tapi aku takut" jawab Hana
"ya udah ayo semua bantu Nadifa ntar keburu telat ke masjid kita dihukum" ucap Nazwa
"emangnya anti berani ya Naz?" tanya Nadifa
"ya nggak juga sih tapikan kalau rame-rame berani" jawab Nazwa yakin
"ya udah ayo keburu telat ntar kita di hukum, jangan lupa bawa mukena sekalian ke masjid" ucap Salwa
"lah terus jemuran ana gimana? masa ikut dibawa kemasjid malu lah ana, ntar diliat gus Fatih" ucap Salwa menutup matanya dengan telapak tangan
"ya nggaklah, nanti anti titip dulu dikamar Fitri pas kita lewat dari sana biar ndak kembali lagi kesini, kebetulan Fitri kayaknya lagi halangan"jelas Hana dan Nadifa hanya mengangguk
Akhirnya mereka berempat pun pergi menemani Nadifa mengangakat jemurannya, asrama sudah mulai sepi karena adzan magrib sudah berkumandang hanya ada beberapa santriwati yang berhalangan di kamar masing-masing. Mereka sampai dibelakang asrama tempat santriwati biasa menjemur pakaiannya.
"udah sana cepet keburu telat ke masjid ntar kita dihukum" ucap Hana mendorong Nadifa pelan
"iya sabar ish, tapi janji kalian jangan tinggalin aku" ancam Nadifa
"janji, iya udah sana cepetan" ucap Nazwa yang sudah ketakutan karena hanya ada satu lampu disana dengan cahaya yang redup ditambah banyaknya pohon pisang yang ditanam membuat ia mengusap tengkuk kepalanya
"eh kalian tau gak sih? kata orang pohon pisang itu identik dengan makhluk halus loh?" ucap Salwa yang sepertinya tak kenal takut
"anti yang bener Sal?" tanya Nazwa sambil merapatkan tubuhnya kepada Salwa diikuti oleh Hana
"anti jangan nakut-nakutin Salwa ini udah magrib" ucap Hana memeluk lengan Nazwa sambil memperhatikan Nadifa yang masih mengangkat jemurannya
"iya, kata orang pohon pisang itu biasa dikaitkan dengan keberadaan pocong, juga katanya diwaktu magrib inilah arwah orang yang sudah meninggal akan pulang kembali kerumahnya" jelas Salwa
"apa? pocong?" tanya Nazwa semakin merinding, kemudian matanya tak sengaja menangkap sesosok putih dibalik pohon pisang yang dekat dengan tempat Nadifa mengangkat jemuran seperti sedang meloncat-loncat.
Hana dan Salwa yang melihat Nazwa hanya diam memperhatikan sesuatu mengikuti arah pandang Nazwa kemudian mereka bertiga saling pandang dan...
"POCONG" teriak ketiganya dan dengan cepat mereka berlari, Nadifa yang mendengar suara teman-temannya menyebut makhluk halus legendaris di indonesia itu langsung berlari sekencang-kencangnya menyusul teman-temannya ke masjid bahkan saking takutnya ia bahkan masih membawa jemuran di tangannya.
Saat sampai di halaman masjid mereka langsung mengatur nafas hosh...hosh...hosh
"kok hosh kalian hosh meninggalkan hosh ana" ucap Nadifa masih mengatur nafas
"tadi hosh ada po..."
belum sempat Hana menyelesaikan ucapannya mulutnya langsung di bungkam oleh Nazwa
"udah hosh nggak usah di sebut lagi" ucap Nazwa yang masih merinding setiap mengingatnya
"Udah ayok kita wudhu terus sholat ini udah hampir iqomah" ucap Salwa yang ikut terkejut tadi
"lah jemuran ku gimana? masa ku bawa ke masjid?" tanya Salwa bingung
"udah bawa aja, ntar kalo balik lagi yang ada kita telat terus dihukum" jelas Nazwa dan Nadifa hanya mengangguk
Saat baru sampai beberapa langkah mengambil wudhu terdengar suara iqomah
"aduh kita bakal di hukum ini kalau ketahuan" ucap Hana
"ha? dihukum? masa belum sehari aja di pesantren udah dihukum?" tanya Nazwa
"ya udah ayo makanya cepetan biar kita nggak ketahuan ustadzah Zulaikha" jawab Salwa diangguki temannya yang lain.
Setelah wudhu, mereka langsung memasang mukenanya dan bergegas kemasjid. Terlihat imam sudah memasuki raka'at kedua. Mereka langsung memulai saf di saf kosong paling kanan dan memulai sholatnya. Setelah selesai Sholat dilanjutkan dengan acara kajian dengan acara kajian dari pak kyai sembari menunggu waktu isya. Santriwati mendengarkan ceramah dengan khusyu' sehingga tidak ada yang menyadari gerak gerik mereka di belakang yang sibuk membantu Nadifa memasukkan pakaiannya kedalam sarung sehingga kini pakaian itu terlihat seperti buntalan orang yang ingin pergi dari rumah. Tanpa mereka sadari disebelah kiri Hana ada seorang yang sedang mengawasi gerak gerik mereka.
Setelah sholat isya selesai selanjutnya para santri kembali ke kamar masing-masing. Saat baru saja mereka berempat akan bubar dari saf suara yang paling dihindari seantero pesantren menghentikan langkah mereka
"kenapa kalian terlambat sholat magrib?" tanyanya yang tak lain guru BK, ustadzah Zulaikha. Mereka langsung diam mematung di tempat masing-masing tanpa berani bergerak
"Jawab!!!" ucapnya lebih keras lagi sehingga beberapa santriwati menoleh. Mereka langsung berbalik dan mencium tangan ustadzah Zulaikha
"Afwan ustadzah tadi kami terlambat karena nolongin Nadifa angkat jemuran" jelas Hana
"masa' angkat jemuran berame-rame kalian mau angkat jemuran atau tiang jemuran? lagian siapa suruh nggak angkat jemuran dari sore" tanyanya lagi dengan suara cukup keras
"itu anu ustadzah anu anu" Nadifa menjadi bingung sendiri menjelaskannya
"anu anu apa? kalau bicara yang jelas"
"Nadifa lupa ustadzah, terus kami temenin kesana, eh pas disana kami liat mr.poci loncat-loncat makanya kami lari" jelas Nazwa sambil meremas jarinya
"anti santriwati baru itu ya? siapa nama anti?" tanyanya yang asing melihat wajah Nazwa
"nama ana Nazwa Azzahra Dinata biasa dipanggil Nazwa ustadzah"
"kamu anaknya pak Wiraguna ya?"
"na'am ustadzah beliau nama ayah ana" jelasnya dengan bahasa pesantren yang sudah mulai terbiasa
"ya sudah kembali ke kamar kalian besok ustadzah pikirkan hukuman kalian, satu lagi pesan ustadzah untuk kalian jika kalian melihat makhluk gaib atau hal-hal seperti itu ingat untuk selalu mengingat Allah dan hanya takut kepada Allah saja serahkan semuanya kepada Allah, fahimtum?" ucapnya
"fahimna ustadzah" ucap mereka
"Nadifa anti mau kabur ya?" tanya ustadzah Zulaikha lagi saat melihat buntalan sarung yang dipegang Nadifa
"nggak ustadzah ini pakaian ana, tadi nggak sempet bawa kekamar soalnya takut makanya dibawa kemasjid" jelasnya dan ustadzah Zulaikha hanya mengangguk sambil menahan tawa
"jadikan pelajaran untuk kalian, jangan ulangi lagi"
"na'am ustadzah" jawab Nadifa
"ya sudah cepat kembali kekamar kalian besok temui ustadzah di ruang guru"
"na'am ustadzah, Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam"
⚘⚘⚘⚘⚘
Maaf kalau banyak typo atau alurnya nggak nyambung 🙏🙏🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Andi Fitri
teman2 nazwa si ponpes ga kalah hebohnya dgn teman sekolahnya..😁
2023-07-20
1
Chika£Hiats
Najwa dapat temen kamarnya satu server, jadi lucuu😁
2021-10-16
3
Resky
thor ko enga lanjut lanjut
2021-06-27
3