Celina menyunggingkan senyum smirk. Lingerie yang sedang dia pakai terlihat begitu menggiurkan. Setiap laki - laki yang melihatnya pasti meneteskan air liurnya. Kain haram itu terlalu menggoda iman. Transparan dari dada hingga sebatas paha. Apa yang ada didalam lingerie itu terpampang jelas. B -ra dan celan* dal*m berwarna maroon itu tercetak sempurna dari balik lingerie transparan warna hitam. Perpaduan antara warna hitam dan kulit putih Celina yang seperti susu, terlihat sangat kontras.
"Kamu tidak akan tahan melihatnya,," Gumam Celina dengan seringai penuh arti. Dia sengaja membeli beberapa lingerie untuk membuat Vano semakin lengket dengannya. Dengan cara seperti ini, Vano pasti akan terus mencarinya untuk merengkuh kenikmat*n bersama. Lambat laun, laki - laki itu tidak akan bisa lepas darinya.
Hanya itu cara yang bisa Celina pakai untuk mendapatkan hati Vano. Laki - laki yang sangat menggilai pergulatan panas di atas ranjang.
Suara pintu kamar yang terbuka, membuat Celina gelagapan. Jantungnya berdesir dan berdetak kencang. Entah kenapa Vano bisa datang ke apartemen siang hari seperti ini. Celina memang berniat menggoda Vano, tapi untuk nanti malam saat dia meminta haknya. Bukan untuk saat ini, Celina belum memiliki persiapan apapun kalau harus diserang mendadak oleh Vano.
"Sialan.!" Umpat Celina pelan. Dia langsung berlari menuju walk in closet untuk mengganti baju.
"Percuma saja sembunyi, aku sudah melihat mu.!" Teriakan Vano menghentikan langkah Celina yang baru masuk beberapa langkah ke dalam walk in closet.
"Laki - laki mana yang akan kamu goda dengan lingerie itu." Ujar Vano sinis. Dia menaruh curiga pada Celina. Berfikir kalau ada laki - laki yang akan datang menemui Celina. Karna Celina sudah memakai baju haram itu pada siang hari, sedangkan Vano tidak mengabari Celina kalau dia akan datang saat ini.
Celina menghela nafas kasar. Dia terpaksa keluar dari persembunyiannya karna sudah terlanjur di lihat oleh Vano.
Celina berjalan tanpa dengan percaya diri, melangkahkan kaki jenjangnya yang terekspos hingga sebatas paha. Langkah Celina yang biasa bahkan terlihat sangat menggoda akibat lingeri yang melekat di tubuh mulusnya.
"Memangnya laki - laki mana lagi yang sanggup membayarku dengan apartemen mewah selain tuan Vano." Celina berseru dengan seringai menggoda.
"Kamu datang lebih awal tuan Vano yang terhormat." Celina mengukir senyum simpul. Dia semakin mendekat pada Vano.
"Bagaimana menurutmu.? Apa lingerie ini cocok ditubuhku.?" Tanyanya. Celina menggerakan tangannya, meraba bagian dadanya sendiri dan perlahan turun hingga perut.
Vano semakin tidak bisa berkutik. Pemandangan haram itu membuat darahnya mendidih. Rasa panas sudah menguasainya.
Berulang kali Vano menelan salivanya.
"Damn..!!" Umpat Vano. Dia tidak sanggup lagi menahan diri untuk tidak melahap Celina. Tapi ada Naura di kamar tamu, dia bisa saja bangun sewaktu - waktu dan akan mencari keberadaannya. Bahaya jika Naura melihat Papanya keluar dari kamar bersama Celina.
Vano mengunci pintu, lalu bergegas menghampiri Celina dan langsung menyerangnya. Memagut bibir seksi Celina sambil menggiringnya ke ranjang. Seakan tidak peduli dengan kehadiran Naura, Vano memilih untuk merengkuh nikm*t dunia bersama Celina.
"Aaahhgg,," Celina mengerang. Semua bagian sensitifnya sudah dikuasai oleh bibir dan tangan Vano.
"Pelankan suaramu.! Naura sedang tidur di kamar tamu." Teguran Vano sukses membuat Celina terperanjat. Dia langsung mendorong tubuh Vano yang sedang mengungkungnya.
"Ya ampun.! Kamu benar - benar gila kak.!" Seru Celina kaget. Dia merapikan lingerienya dan bergegas turun dari ranjang.
"Apa yang akan Naura katakan kalau melihat kita keluar dari kamar yang sama." Celina menggeleng tak habis pikir. Dia tidak menyangka kalau Vano akan membawa Naura ke apartemen.
"Sebaiknya kak Vano keluar dulu, aku akan mengganti baju." Celina akan beranjak, namun pergelangan tangannya di tarik oleh Vano.
"Mana bisa berhenti di tengah jalan.!" Seru Vano. Suara tegasnya sudah bercampur gairah. Dia kembali menyerang Celina dengan mengabsen setiap inci leher dan dad* Celina.
Kalau sudah seperti ini, rasanya percuma saja untuk menghindar. Vano pasti akan mengejarnya meski sampai ke ujung dunia sekalipun.
"Semoga saja Naura belum bangun." Ujar Celina berharap. Dia bisa mati kutu kalau Naura keluar dari kamar tamu dan mencari Papanya. Anak kecil itu pasti akan bertanya banyak hal jika mendapati sang Papa keluar dari kamar ini.
"Aku harus mandi,," Celina turun perlahan dari tempat tidur. Dia tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga karna Vano yang lebih banyak mendominasi permainan.
Vano memang ganas dan selalu membuatnya puas, lagi - lagi Celina mengakui hal itu. Jadi bukan hanya Vano saja yang di untungkan dalam hal ini, Celina pun merasakan hal yang sama.
Vano memutar bola matanya, mengikuti gerak - gerik Celina mulai dari dia turun dari ranjang sampai memunguti pakaiannya dan menghilang di balik pintu kamar mandi.
Vano merenung, dia mulai berfikir untuk segera menyelesaikan kencannya bersama Celina. Dia mulai tidak nyaman dengan perbuatannya sendiri.
Baru kali ini membayar seorang wanita untuk memuask*nnya selama 2 minggu. Sama halnya seperti memelihara sugar baby.
"Sebaiknya membersihkan diri dan keluar dari kamar ini sebelum Naura bangun." Perintah Celina.
Dia sudah keluar dari kamar mandi setelah hampir 20 menit berada di dalam. Handuk kimono membungkus tubuh seksi Celina yang sudah sering dilihat oleh Vano dalam keadaan polos. Jadi meskipun Celina memakai baju tebal sekalipun, mata Vano seolah bisa menembusnya.
"Kenapa menatapku seperti itu.?"
Celina mengerutkan kening. Tatapan mata Vano membuat perasaannya tidak enak.
"Jangan sampai ada ronde kedua, atau Naura akan memergoki kita." Ujar Celina sambil berlalu ke walk in closet. Vano selalu membuatnya was - was. Takut akan terus menyerangnya kalau tidak diberikan alarm peringatan.
...****...
Celina keluar kamar lebih dulu. Sementara itu, Vano masih berada di dalam kamar mandi. Hal pertama yang dilakukan oleh Celina begitu keluar kamar adalah mengecek keadaan Naura yang sampai saat ini belum terdengar suaranya.
Pintu kamar tamu dibuka perlahan. Celina menyunggingkan senyum. Melihat Naura yang tertidur pulas, mampu mendamaikan kegundahan hati dan pikirannya.
"Menggemaskan sekali,," Gumamnya lirih. Naura seperti menjadi moodbooster untuknya. Memberikan energi dan kebahagiaan tersendiri bagi Celina akhir - akhir ini. Naura terlalu lengket padanya. Celina bahkan kebingungan, tidak tau kenapa Naura langsung menempel padanya saat pertama kali bertemu.
"Sayang sekali Papa mu susah untuk ditaklukkan." Ujarnya lagi. Celina tersenyum geli. Dia mudah mendapatkan hati anaknya tanpa melakukan apapun, sedangkan kesulitan mendapatkan hati Papanya meski sudah bekerja keras.
Celina menutup pintu, dia pergi ke dapur untuk membuat makanan. Biasanya seseorang akan merasa lapar setelah bangun tidur. Celina berjaga - jaga jika nantinya Naura meminta makan setelah bangun tidur.
"Kamu tidak banyak bergerak tadi." Suara Vano langsung membuat Celina menoleh.
"Apa perlu mengisi perutmu.?" Tanya Vano meledek. Dia sudah berdiri di depan kulkas, mengambil minuman kaleng dari dalam sana.
"Aku sedang memikirkan perut putrimu, harusnya berterima kasih, bukan mencibir." Sahut Celina datar. Tanpa memeperdulikan ekspresi wajah Vano, Celina kembali melanjutkan memasak.
"Putriku tidak makan sembarangan."
Bukannya merasa tersentuh dengan niat baik Celina, Vano justru semakin mencibirnya. Menganggap makanan yang sedang dibuat oleh Celina tidak layak dimakan untuk putri kecilnya.
Celina melirik tajam, sedikit tersinggung dengan ucapan Vano.
"Semua bahan makanan ini sangat sehat dan mahal. Aku membelinya di mall, sudah pasti higenis." Jelasnya.
"Tanganku juga bersih, jadi nggak usah khawatir."
"Dan meskipun aku manusia kotor yang berlumuran dosa, bukan berarti makanan yang aku buat juga ikut kotor." Celina menutup pembicaraan dengan ucapan yang menohok, tepat sasaran karna membuat Vano langsung terdiam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Mbah Gindhoez
si vano aja hobi celap celup, tapi memandang sisil dengan hina
2023-02-18
1
Nur Anggi
dosa kah yg dia krjakan
suci kah mreka yg datang..
begitulah kira2 kta2 utk tuan vano
2023-01-07
0
Zuliet
g kebayang ad d posisis celina slalu d rendahkan d cibir tp d masih nikmati
2022-12-21
0