"Dasar remaja liar.!" Vano mengumpat sinis namun senyum geli.
Celina sama sekali tidak terbangun meski sudah di bawa sampai ke dalam mobil dan di baringkan pada jok belakang. Wanita itu masih terlelap, tidur pulas karna mabuk berat dan kelahan setelah melewati kegiatan panas bersamanya.
Vano menutup pintu mobil belakang, dia masuk dan segera melajukan mobilnya menuju rumah.
Pikirannya tertuju pada anak semata wayangnya yang tiba - tiba saja demam. Tadi pagi saat di tinggal untuk berangkat ke kantor, keadaan Naura masih baik - baik saja. Putri kecilnya itu masih ceria seperti biasa.
Vano menarik nafas dalam. Menjadi orang tua tunggal untuk putrinya memang tidak semudah yang ada di bayangan orang lain. Meski punya segalanya dan bisa membayar pelayanan serta babby sitter untuk merawat Naura, tetap saja peran mereka tidak bisa menggantikan sosok orang tua. Dan Vano yang harus melakukan itu seorang diri, menjadi ayah sekaligus ibu untuk putrinya.
Naura kecil semakin tumbuh besar, balita berusia 3 tahun itu sudah mulai banyak bertanya. Terkadang menanyakan hal - hal yang seharusnya di jawab oleh seorang ibu. Bukan hanya butuh sosok seorang ibu untuk menjawab pertanyaannya saja, tapi Naura juga butuh kasih sayang dari seorang ibu.
Permasalah yang di hadapi Vano mungkin bisa diselesaikan jika dia menikah lagi, tapi sayangnya laki - laki itu tidak pernah berfikir untuk menikah dan menggantikan posisi Jasmine dalam hatinya. Dia sangat mencintai mendiang istrinya hingga sampai saat ini terus memikirkannya.
Vano memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Seorang penjaga rumah menghampirinya untuk memindahkan mobil ke garasi. Mereka akan selalu seperti itu setiap kali Vano memarkirkan mobilnya di sembarang tempat.
"Bukakan pintu rumah.!" Titah Vano begitu keluar dari mobil. Penjaga itu sempat bingung namun segara menjalankan perintah Vano tanpa mengajukan pertanyaan.
Vano bergegas membuka pintu belakang dan mengeluarkan Celina dari dalam mobilnya.
"Tidur atau pingsan.!" Ketus Vano. Dia menggendong tubuh tubuh Celina yang masih pulas, sama sekali tidak ada tanda - tanda akan bangun ataupun sekedar membuka mata sekilas.
Vano berjalan cepat memasuki rumah, melewati penjaga yang sejak tadi bengong memperhatikan Vano saat mengeluarkan seorang wanita dari dalam mobilnya.
"Siapa lagi yang dibawa sama Tuan Vano,,," Gumamnya sambil menggelengkan kepala. Meski sudah sering melihat Vano membawa wanita ke rumah saat malam hari begitu Naura sudah tertidur, tapi kali ini penjaga itu dibuat heran karna sosok wanita yang dibawa oleh majikannya terlihat masih sangat belia.
Dan biasanya Vano tidak membawa wanita tengah malam seperti ini, Vano bahkan akan menyuruh para wanitanya untuk segera pulang begitu sudah larut malam.
Vano membuka pintu kamar yang terletak di samping kamar pribadinya. Dia membaringkan Celina di sana dan segera keluar kamar untuk menemui Naura.
Kamar putrinya ada di lantai bawah, Vano sengaja menempatkan kamar putrinya di sana agar putri cantiknya itu tidak mengetahui kegiatannya di malam hari.
"Bagaimana keadaan Naura.?" Vano menghampiri baby sitter yang sedang menjaga Naura.
"Tuan,,," Sapa Intan sopan, dia langsung berdiri dan menundukan kepalanya.
"Non Naura baru saja tidur lagi, suhu badannya sudah mulai normal,,," Tuturnya dengan perasaan lega. Begitu juga dengan Vano yang terlihat jauh lebih tenang.
Vano berjalan mendekati Naura yang tertidur pulas.
"Saya permisi dulu Tuan,,," Intan pamit sopan dan keluar dari kamar Naura.
"Cepat sembuh anak Papa,,," Vano menunduk untuk mencium kening Naura. Dia memberikan usapan lembut pada pucuk kepalanya dan terus menatap Naura dengan iba.
Putri kecilnya itu memang sangat membutuhkan sosok sorang ibu, Vano memang bisa memberikan segalanya untuk putrinya, tapi tidak untuk memberikan ibu sambung bagi Naura.
Vano sudah terlalu nyaman hidup sendiri dengan bayang - bayang Jasmine yang masih melekat dalam hati dan ingatannya.
"Tolong temani Naura, saya akan tidur di atas,,," Pintanya pada Intan yang sejak tadi menunggu di luar kamar Naura.
"Baik tuan,,," Mengangguk patuh dan kembali masuk ke kamar Naura.
Vano bergegas ke lantai dua, sebelum masuk kedalam kamarnya, dia lebih dulu mengintip keadaan Celina. Vano membuka pintu sedikit dan mengintipnya. Dia menggelengkan kepala karna mendapati Celina masih diam dalam posisi semula.
"Tidak kuat minum alkohol tapi minum sebanyak itu,," Gumamnya sembari menutup pintu kembali. Celina membuatnya tidak habis pikir. Remaja yang menurutnya liar itu rupanya bertindak bodoh hanya karna patah hati. Membuat dirinya tidak sadarkan diri dengan menenggak beberapa botol alkohol.
...*****...
Vano keluar kamar pukul 6 pagi. Dia bangun lebih awal meski semalam tidur pukul 2 pagi. Vano harus memastikan kondisi Naura dan kondisi wanita yang semalam dia bawa pulang.
Vano lebih dulu turun ke bawah untuk melihat Naura. Putri kecilnya itu rupanya masih terlelap. Suhu badannya juga sudah normal. Ini selalu di ingin kan oleh Vano setiap kali putrinya sakit, yaitu melihatnya cepat sembuh.
Tidak mau mengganggu tidur nyenyak putrinya, Vano kembali ke atas untuk melihat Celina. Sepertinya dia harus membawa Celina ke rumah sakit kalau wanita itu belum bangun juga.
"Mau tidur sampai kapan kamu.?!" Vano menggoncang kasar kaki Celina. Wanita cantik itu langsung menggeliat.
"Kau Marvin sialan.!!" Seru Celina begitu membuka mata. Dia masih saja melihat Marvin dalam diri Vano.
"Dasar gila.!" Pekik Vano. Dia menarik kasar selimut yang menutup tubuh Celina hingga jatuh ke lantai.
"Kamu perlu di siram air dingin agar cepat sadar.!" Serunya sembari mengangkat tubuh Celina.
"Aarrghhh,,,!! Apa - apaan kau ini.!! Lepas.! Turunkan aku.!" Celina memberontak, namun sia - sia.
Vano membawa Celina ke dalam kamar mandi, kemudian menurunkan Celina dibawah shower.
"Otak kamu perlu di cuci dulu." Ujar Vano, dia membuka keran dan membuat Celina basah kuyup karna guyuran shower. Celina dibuat gelagapan. Dia baru saja bangun tidur dan belum sepenuhnya sadar namun sudah di guyur air dingin.
"Sialan.!! Apa yang kamu lakukan.!" Pekik Celina. Dia mengusap wajahnya yang basah dan membuatnya kesulitan melihat Vano yang masih berdiri di depannya.
"Siapa kamu.?!" Tanya Celina. Dia baru menyadari kalau laki - laki itu bukan Marvin.
"Dimana aku.?" Celina kebingungan sendiri.
"Siapa kamu bilang.?!" Seru Vano ketus.
"Kamu lupa kalau tadi malam kita melewati malam panas."
"Lain kali jangan banyak minum kalau ujung - ujungnya menyusahkan orang.!" Geram Vano kesal.
Celina diam, dia sedang mengingat kejadian tadi malam. Perlahan Celina mengingat sedikit demi sedikit kejadian tadi malam yang akhirnya membuatnya menghabiskan malam dengan Vano.
"Ya ampun.!!" Celina langsung menutup wajah dengan telapak tangannya. Pipinya seketika merona saat mengingat kejadian tadi malam bersama Vano. Dia sudah sangat liar di depan Vano, laki - laki yang baru pertama kali dia temui itu.
"Soal tadi malam, aku minta maaf,," Ucap Celina lirih. Dia masih menyembunyikan wajahnya. Tapi Vano justru salah fokus saat dress Celina yang sudah basah itu jadi melekat sempurna di tubuh seksinya. Bentuk tubuh Celina yang sempurna semakin tercetak jelas, bahkan kedua asetnya juga terlihat lebih menyembul.
"Buka wajahmu.!" Vano menyingkirkan paksa tangan Celina. Kini wajah merah Celina terlihat jelas.
"Kenapa.? Kamu malu karna terlalu liar di atas ranjang.?" Tanya Vano menggoda.
"Bagaimana kalau di kamar mandi, apa masih bisa seliar itu.?" Vano langsung menyambar bibir Celina, menciumnya penuh nafs* dan rakus.
Kegiatan panas itu terjadi di bawah guyuran shower. Celina tidak bisa mengelak, bahkan kembali menikmati permainan Vano yang menggila.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
istri king kurkan
gimna konsepnya cinta istri tapi suka main sana sini 😭, depan anak jadi super Hero tapi diluar jadi super hot 😩. terserah vano deh penting masi ada sisi baiknya 😒
2025-01-18
1
Nuryati Yati
katanya msih cinta sama mendiang istrinya kok hobinya celap celup
2024-01-25
6
okta_ajjah
sangat mencintai mendiang istrinya.
tp suka jajan😑😭
2023-07-27
3