Celina mengikuti langkah kaki Vano yang tegap dan lebar. Tubuh atletis Vano yang dipenuhi otot - otot kekar masih tergambar jelas di ingatan. Bagaimana tidak, tubuh polos Vano yang dipenuhi pahatan indah dari sang pencipta seakan menempel di pelupuk matanya dan tak mau lepas. Dari beberapa laki - laki yang pernah dilihat oleh Celina, hanya tubuh polos Vano yang paling menggoda dan menantang.
Kalau saja laki - laki itu tidak dingin dan kaku, mungkin Celina tidak akan sekesal ini pada Vano sampai terus mencibir kasar dalam hati sambil terus mengikuti Vano menuju kamar Naura.
Pasalnya laki - laki itu memasang wajah ketus, matanya mendelik tajam, terlihat kalau Vano tidak suka kalau Naura dekat dengannya.
Padahal Naura sendiri yang menempel padanya, hingga mencegahnya sampai masih terkurung di rumah besar milik Vano yang sunyi. Meski banyak pekerja di rumah itu, tetap saja suasananya terlihat kaku. Mereka mungkin menyesuaikan keadaan Tuannya yang memang sedingin es dan sekaku kanebo kering.
"Cepat bawa Naura masuk.!" Vano mendelik pada Celina sembari membuka pintu kamar Naura. Dia merasa kecolongan karna putrinya bisa bersentuhan bahkan bermain dengan wanitanya. Wanita yang bagi Vano hanya dijadikan pelampiasan karna sudah beberapa minggu yang lalu berhenti dari aktifitas panas itu.
Celina berdecak kesal. Tatapan mata yang sinis juga menandakan betapa dia sangat jengkel pada laki - laki yang sudah beberapa kali menidurinya meski baru tadi malam bertemu.
Bagaimana Celina tidak jengkel. Harusnya Vano bersyukur, bisa melampiaskan hasratnya berulang kali tanpa harus merogoh kantong. Bahkan Celina mau menemani anaknya bermain. Kurang baik apa lagi Celina padanya.?
Harusnya diperlakukan dengan baik, bukan malah sebaliknya.
Untuk meluapkan kekesalannya, Celina sengaja masuk ke kamar Naura sambil menginjak kaki Vano. Tidak peduli saat ini Vano semakin mendelik padanya. Yang penting rasa kesalnya terhadap Vano sedikit berkurang dengan membuat laki - laki itu mendelik kesakitan.
"Sialan,!" Umpat Vano lirih. Satu tangannya mengepal kuat. Kalau saja tidak ada Naura, mungkin Celina sudah habis di tangannya. Hanya remaja liar itu yang berani bermain - main dengannya. Sama sekali tidak memiliki rasa takut padanya.
Jika wanita diluar sana sangat patuh, bersikap lemah lembut padanya, Celina justru semakin menantangnya. Dia berusaha untuk melawan.
"Wahh bagus sekali kamar Naura,,," Celina kembali mencairkan suasana, berusaha mengalihkan perhatian Naura agar setelah ini dia bisa menyelinap diam - diam untuk keluar dari kamar Naura.
"Naura suka princess snow white.?" Tanya Celina sambil menatap beberapa boneka dan wallpaper kamar Naura yang dipenuhi princess disney namun di dominasi oleh snow white. Nada bicara Celina menyesuaikan anak kecil seusia Naura.
Naura mengangguk antusias.
"Naura mau Mama snow white,," Ujarnya dengan mata berbinar. Celina tersenyum kikuk. Mama Naura alias istri Vano masih menjadi teka - teki besar saat ini. Entah dimana sosoknya, sejak tadi Celina tidak melihat keberadaan wanita di rumah ini selain pekerjaan rumah.
"Mama Naura mirip snow white.?" Celina mencoba mengorek informasi. Rasa penasarannya semakin tinggi. Heran saja sampai saat ini tidak ada perempuan yang datang dan menghajar dirinya padahal bermalam di rumah Vano dan bercint* di sana.
Kalau ada Mama Naura di rumah ini, seharusnya dia sudah keluar dan marah - marah karna Vano membawa wanita ke rumah.
Gelengan kepala Naura dan ekspresi sendunya membuat Celina enggan untuk bertanya lagi.
Terlebih saat ini Vano mendekat ke arahnya. Tatapan matanya seakan menyuruh Celina untuk cepat pergi dari rumahnya.
"Naura duduk disini dulu yah,," Celina mendudukan Naura di sofa kecil. Gadis cantik itu menurut, kemudian turun dan sibuk dengan mainannya yang terlampau banyak di sana.
"Cepat keluar sebelum Naura melihatmu,,!" Tegas Vano lirih. Dia mengusir Celina tanpa perasaan, padahal Celina sudah bersikap sebaik itu pada putrinya, bahkan sudah memuaskan dirinya beberapa kali.
Wajar saja kalau saat ini Celina melotot tajam pada Vano. Setelah menuntaskan hasratnya berulang kali, sedikitpun tidak ada rasa terima kasih yang di tunjukan oleh Vano. Perlakuannya benar - benar buruk.
"Dasar om - om sialan.!" Cibir Celina sinis. Tentu saja dengan suara yang pelan agar tidak didengar oleh Naura.
"Sudah dibuat menggeram nikm*t berulang kali tapi tidak tau terima kasih.!" Serunya geram.
Vano hanya menarik sudut bibirnya. Dia justru mengembangkan senyum smirk, terlihat meremehkan Celina.
Melihat sifat angkuh dan dingin Vano, Celina jadi punya ide untuk membuat Vano kewalahan. Setidaknya dengan ide itu dia bisa melihat Vano kelimpungan.
Celina melirik Naura yang masih asik bermain sendiri.
"Bye Naura cantik,, aunty pulang dulu yah,,!!" Celina sengaja berteriak kencang. Naura reflek menengok. Dan Vano yang terlihat kaget dengan ulah jahil Celina.
"Kau.! Berani sekali,,!" Pekik Vano kesal.
Celina hanya menjulurkan lidahnya sambil berlalu, dia justru semakin berani meledek Vano.
"Jangan pulang aunty cantik,,," Naura merengek. Dia langsung menangis dan mengejar Celina. Namun di tahan oleh Vano dan Celina juga sudah terlanjur keluar dari kamar.
"Jangan pulang,,!! jangan pulang,,!!" Naura semakin histeris. Dia memberontak dalam gendongan Vano.
"Aunty cantik nggak boleh pulang,,!!" Teriakan Naura sampai terdengar diluar kamar. Celina jadi ragu untuk pergi karna merasa bersalah sudah membuat Naura menangis histeris. Tapi begitu ingat dengan kelakuan Vano, Celina kembali melangkahkan kakinya dan memilih berlalu. Biar saja Vano merasakan akibatnya karna sudah memperlakukannya dengan buruk.
"Naura mau aunty cantik, papa,,,!" Naura kembali histeris.
"Berhenti menangis sayang. Ayo kita pergi, Naura mau jalan - jalan kan.?" Vano terlihat kebingungan untuk membujuk putrinya. Naura tidak pernah menangis sampai histeris seperti ini.
"Nggak mau jalan, mau aunty cantik,,,!!" Naura terus memberontak. Pipinya sudah banjir air mata.
Vano menghela nafas berat. Dia menghampiri telfon rumah yang ada disudut kamar Naura dan menghubungi penjaga rumah.
"Tahan wanita itu.! Jangan sampai keluar dari rumah ini.!" Perintahnya begitu sambungan telfon terhubung. Dia langsung mematikan telfon dan bergegas keluar dari kamar.
"Lepasin.!!" Celina membentak penjaga rumah Vano yang menghadang jalan dan memegangi tangannya. Penjaga itu tidak mau membukakan gerbang yang menjulang tinggi.
"Maaf non, ini perintah dari Tuan Vano. Nona tidak boleh keluar" Penjaga rumah terlihat tidak enak hati karna harus mencegah Celina keluar dari rumah majikannya
"Apa maksudnya.?! Tadi om gila itu yang sudah menyuruhku pergi.! Kenapa sekarang seperti tahanan begini.!" Celina memberontak, memukul kasar tangan penjaga itu sampai melepaskan genggamannya.
"Berikan kuncinya.!! Aku harus pulang." Celina sama sekali tidak takut menghadapi penjaga rumah yang memiliki badan tinggi dan besar. Dia sudah biasa berhadapan dengan laki - laki. Sudah biasa menghajar laki - laki yang terkadang kelewat batas memperlakukannya.
"Tunggu sebentar non, nanti Tuan Vano marah besar kalau nona memaksa pergi,," Penjaga itu bersikeras tidak mau menyerahkan kunci gerbang pada Celina.
"Jangan sampai aku menendangnya.!!" Celina mendelik menatap celah diantara kedua paha si penjaga.
"Aunty cantik,,,!!"
Celina langsung mengalihkan pandangan ke sumber suara. Ada Naura yang baru saja turun dari gendongan Vano dan berlari ke arahnya.
"Ahh,,, sial.!" Celina menepuk keningnya. Rasanya dia sudah terjebak dalam kadang macan, kecil kemungkinan untuk bisa keluar dari sana.
"Aunty jangan pulang, ayo masuk,," Naura menarik tangan Celina.
"Main sama Naura,," Rengeknya lagi. Celina tak kunjung bergerak, terlihat malas untuk menuruti permintaan Naura.
"Maaf Naura cantik, aunty harus pulang,," Bujuk Celina lembut.
"Masuk.!" Titah Vano tegas.
"Kamu sendiri yang membuat dia melihatmu.!" Vano menatap tajam. Kalau saja tadi Celina tidak berteriak saat akan keluar kamar Naura, pasti saat ini putrinya tidak akan histeris mengejar Celina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Artati Sukreni
pengin nggetok pala si vano...
2022-12-12
5
Ida Lailamajenun
acuh acuh butuh ni pak duda padahal seneng klu Celine kembali krmh nya lagi.pura" dingin sekali kesenggol lgsg on fire 😂😂
2022-09-10
1
Hesti Pramuni
mm..
2022-07-29
0