"Aaaghh,,,!! Pelan - pelan,,," Celina menggi git bib*r bawahnya. Gerakan Vano yang brutal membuat seluruh tubuhnya terguncang dan merasakan sedikit sakit di daerah intinya.
"Tahan sebentar lagi.!" Seru Vano. Suaranya sudah sangat berat dan serak.
Erangan panjang keduanya mengakhiri permainan pan as yang cukup menguras tenaga dan bercucuran keringat di pagi hari.
Celina hanya diam, dia masih berusaha menormalkan nafasnya yang tidak teratur.
"Kenapa membawaku kesini.?" Celina mulai bersuara. Tanpa merasa malu sedikitpun, dia berdiri dalam keadaan polos dan dengan santainya masuk ke dalam bathtub.
"Jangan bilang kamu ketagihan karna kemarin malam aku sukses membuat kamu mengeram nikmat," Ujar Celina sambil tersenyum kecut.
"Bagaimana bisa si breng sek itu mencampakkan ku sedangkan pria yang lebih tampan darinya justru tergila - gila padaku,,," Celina terlihat bangga mengatakannya, meski ada kebencian dari sorot matanya untuk Marvin yang sudah memutuskan hubungan terlarang mereka.
Vano tersenyum geli. Remaja yang baru dia jumpai tadi malam itu memang gila di matanya.
"Percaya diri sekali kamu,!" Cibir Vano sinis. Dia beranjak dan berdiri di bawah shower.
Celina tidak langsung menjawab karna terpaku dengan pemandangan indah yang ada di depan matanya. Dia memperhatikan gerak gerik Vano dan mengabsen setiap inci tubuh Vano yang berotot dengan pahatan yang sempurna.
Karna tadi malam tidak sadar karna terpengaruh alkohol, Celina jadi tidak bisa mengamati tubuh Vano sedetail saat ini.
"Tutup mulut kamu, air liurmu bisa mengotori kamar mandi ku.!" Teguran Vano membuat wajah Celina merona. Dia kepergok sedang mengagumi sosok Vano yang bisa dibilang sangat sempurna dari segi fisik.
Celina dan Vano menyelesaikan mandi tanpa melakukan kegiatan apapun lagi. Keduanya bahkan fokus membersihkan diri dan tidak saling bicara.
"Aku udah selesai. Apa ada baju yang bisa aku pakai.?"
Celina dengan santainya berjalan telanjang mengambil handuk kimono. Dia tidak memperdulikan Vano yang terus menatap tanpa kedip ke arahnya. Tubuh Celina terlalu menggiurkan di mata Vano. Berisi namun tidak gemuk.
Semua laki - laki pasti akan meneteskan liurnya jika melihat tubuh polos Celina yang menggoda iman.
Wajar saja kalau Vano tidak bisa menahan diri dan ingin terus menerkamnya.
"Nggak mungkin aku pulang pakai handuk kan.?" Seru Celina lagi. Dia membuyarkan pikiran kotor Vano. Celina memang tau kalau Vano sedang mengamati tubuhnya, namun dia memilih pura - pura tidak melihatnya meski bagian inti Vano terlihat bereaksi.
"Pilih saja di lemari,,!" Vano ikut menyambar handuk, lalu melilitkan di pinggangnya.
"Jangan keluar kamar sebelum aku datang.! Aku harus mengurus anakku dulu.!" Titahnya. Celina dibuat menganga. Dia tidak menyangka kalau Vano sudah memiliki anak.
"Jadi kamu sudah punya anak.?" Tanyanya heran.
"Lalu apa aku harus memanggilmu dengan sebutan om.?"
"Ada anak om disini.? Itu artinya istri om juga ada disini.? Ahhh ya ampun,,,!" Celina mengusap kasar wajahnya. Pikirannya seketika buntu. Kalau dirumah ini ada anak dan istrinya, maka tamat sudah riwayatnya. Celina yakin akan keluar dari rumah ini dalam keadaan lebam karna babak belur di hajar oleh istri Vano.
Vano hanya melirik dengan dahi mengkerut, dia tidak menjawab pertanyaan Celina dan keluar kamar mandi begitu saja.
"Heh dasar om om hidung be lang.! Gimana nasibku.?!!" Teriakan Celina hanya jadi angin lalu bagi Vano, dia sudah terlanjur berada di ambang pintu kamar dan keluar begitu saja kemudian menutup pintu.
"Astaga.!!" Lagi - lagi Celina mengusap wajahnya berulang kali. Dia seperti terjebak dalam situasi yang mencekam.
"Kenapa aku harus berurusan dengan om - om itu." Celina menunduk lesu. Dia memang sudah biasa berurusan dengan laki - laki yang sudah memiliki istri, tapi biasanya dia bermain di belakang tanpa sepengetahuan istri - istri mereka. Tidak seperti ini, dia bermain gila dengan laki - laki yang sudah beranak dan bahkan di bawa pulang kerumahnya.
"Arrghh..!!" Teriaknya frustasi.
"Aku nggak peduli, lagipula si om yang mengajakku berhubungan malam itu.!" Celina terus bicara dengan dirinya sendiri. Dia bergegas keluar kamar mandi dan pergi ke walk in closet untuk memilih baju di lemari sesuai dengan arahan dari Vano.
"Ya ampun, apa aku ditempatkan di kamar utama.? Lemari ini berisi baju - baju baru dan seksi."
"Dia benar - benar tidak waras."
Celina bergumam. Dia semakin syok saat masuk ke walk in closet dan mendapati berbagai model baju serta baju dalam yang masih baru. Tentu saja Celina langsung berfikir kalau kamar itu milik Vano dan istrinya.
...*****...
Vano masuk kedalam kamar dan memakai baju santai. Hari ini dia benar - benar merasa terpuaskan sejak tadi malam. Melakukan kegiatan panas dengan Celina membuatnya melayang dan ingin terus mengulanginya.
Vano bergegas turun setelah memakai baju, dia menghentikan langkah di depan pintu kamar putrinya. Baby sitter Naura baru saja keluar dari sana dengan membawa gelas kosong di tangannya.
"Naura sudah bangun.?" Tanya Vano pada Intan.
"Sudah tuan, baru saja. Naura minta minum,," Sahutnya sopan dengan kepala yang tertunduk.
"Saya permisi ke dapur dulu,," Intan membungkukan badan, lalu beranjak dari sana.
Vano menghela nafas berat. Sejak 2 bulan yang lalu pandangan mata Intan terhadapnya jadi berubah. Gadis itu terlihat canggung setiap kali berbicara dan berhadapan dengannya. Sampai detik ini Vano bahkan masih merasa bersalah pada baby sitter putrinya itu.
Kejadian 2 bulan lalu yang tanpa sengaja hampir melecehkan Intan karna Vano pulang larut malam dalam keadaan mabuk.
Intan yang saat itu membukakan pintu untuk Vano, hampir saja di cium olehnya. Beruntung teriakan Intan membangunkan beberapa pekerja rumah yang akhirnya menolong Intan dari Vano.
Meski belum sempat mencium Intan, tapi Vano merasa sangat bersalah dan selama 1 bulan sejak kejadian itu, Vano terus meminta maaf padanya.
Sejak saat itu, Intan juga tidak mau lagi membukakan pintu tengah malam. Meskipun Vano juga sudah tidak pernah pulang dalam keadaan mabuk berat untuk menghindari kejadian itu lagi.
"Morning anak Papa,,," Sapaan Vano langsung membuat Naura tersenyum lebar. Dia bangun dan duduk di sisi ranjang.
"Good morning Papa,,," Sahut Naura ceria. Dia merentangkan kedua tangannya, meminta Vano untuk memeluknya. Kegiatan itu memang selalu mereka lakukan setiap pagi.
Vano langsung menghampiri Naura dan memeluk erat putrinya. Senyum dan keceriaan Naura adalah kebahagiaannya. Tidak ada yang lebih penting dari dua hal itu termasuk harta yang Vano miliki.
Naura adalah hidupnya, juga sumber kekuatannya yang membuat Vano mampu bertahan sendiri selama ini.
"Anak Papa sudah sehat,," Vano mencium kening Naura, sekaligus mengecek suhunya yang terasa sudah normal.
"Iya Papa."
"Papa kenapa baru datang.? Naura cariin Papa tadi malam,," Naura kembali memeluk Vano. Sepertinya dia sangat merindukan Papa nya.
"Naura mau tidur sama Papa nanti malam,,," Ujarnya lagi. Sepertinya Naura benar - benar merindukan kebersamaan dengan Vano. Beberapa hari ini memang Vano sering pulang malam karna urusan pekerjaan.
"Ok sayang, nanti malam Naura tidur di kamar Papa,,,"
"Sekarang kita sarapan dulu ya,," Vano menggendong Naura dan membawanya ke ruang makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
istri king kurkan
vano dimata anaknya udah kek malaikat. Naura, papamu tak sebaik itu nak😭
2025-01-19
0
liberty
kayaknya nggak diembat kan...ato pas lagi wleo² gak sengaja kepergok intan 🤧
2024-09-24
0
Nisanur
urusan kerjaan tau urusan ranjang
2023-02-03
1