Celina dibuat kelimpungan di dalam kamar. Jantungnya terus berdetak kencang. Takut jika tiba - tiba seorang wanita masuk dan menghajarnya karna sudah b*rcinta dengan Vano. Sisil bahkan tidak berani bersuara dan beranjak dari kamar. Meski sudah lebih dari 10 menit yang lalu dia selesai memakai dress yang dia pilih di dalam lemari, Celina masih saja berdiam diri di dalam walk in closet. Duduk di depan cermin sambil menatap wajahnya yang gelisah. Wajah yang sudah dia poles dengan make up tipis yang ada di meja rias.
"Dasar om om sialan.! Terus aku gimana sekarang.?!" Celina beranjak dari duduknya, dia sudah bosan berada di dalam dan ingin cepat - cepat pergi dari rumah itu.
Sudah pukul 7 pagi dan dia harus ke kampus jam 9 nanti. Mobilnya juga di pastikan masih berada di club dan dia harus mengambilnya lebih dulu.
"Masa bodo sama peringatannya.! Aku harus keluar dan pulang sekarang juga,," Celina bergegas keluar dari walk in closet. Dia menyambar tas miliknya yang ada di meja samping ranjang.
Celina mengendap - endap setelah membuka pintu perlahan. Mengamati situasi di luar kamar yang cukup sepi. Tidak ada siapapun di lantai atas. Celina jadi berani untuk keluar kamar dan langsung menuju tangga.
"Kemana semua penghuni rumah,,," Gumamnya lirih Sambil menginjakkan kaki di anak tangga, Celina celingukan dan terus menatap ke lantai dasar. Dia sudah pasrah kalau tiba - tiba ada wanita yang akan mengintrogasinya.
Celina langsung menghentikan langkah begitu sampai di lantai dasar. Seorang wanita muda yang baru keluar dari salah satu ruangan, kedatangan memergokinya turun dari tangga. Celina dibuat gelisah, dia terlihat bingung harus bersikap seperti apa hingga akhirnya memilih diam di tempat dan terjadi saling pandang antara keduanya.
"Pagi Nona,,," Intan menyapa ramah. Dia sedikit membungkuk sopan pada Celina.
"Tuan Vano sedang sarapan dengan Naura, Nona bisa menunggu di ruang tamu kalau mau pamit."
Celina bengong, dia heran karna pekerja rumah itu bersikap biasa saja saat melihatnya. Sama sekali tidak terkejut ataupun bingun dengan keberadaannya.
"Nggak perlu, tolong bilang padanya aku sudah pulang,," Celina kembali melangkahkan kaki untuk keluar rumah.
"Permisi,,," Ujarnya sembari melewati Intan.
"Suter,,, suter,,, Naura mau susu,,,!!"
Suara teriakan Naura membuat Celina menghentikan langkah. Jantungnya tiba - tiba saja bergemuruh. Takut kalau anak kecil itu sedang bersama ibunya.
"Ayo,, suter buatkan,,," Intan Menghampiri Naura.
"Itu siapa suter.? Kenapa berdiri disitu.?" Naura terus menatap Celina sambil menunjuk ke arahnya. Merasa sudah terlanjur di pergoki oleh anak Vano, Celina langsung melempar senyum ramah pada Naura sembari melambaikan tangan kearahnya.
"Hallo cantik, sampai jumpa. Aunty harus pulang sekarang,,," Seru Celina.
"Jangan pulang,,," Naura berlari ke arah Celina dan menarik tangan Celina hingga membuatnya tidak jadi beranjak.
"Jangan pulang aunty cantik, Naura mau main sama aunty,,," Rengeknya khas anak kecil. Wajahnya yang memelas membuat Celina dilema. Dia tersenyum kaku pada Intan yang sedang menatap ke arahnya dan Naura.
"Tolong bisa bujuk dia.? Aku harus pulang,," Pintanya pada Intan. Intan mengangguk dan langsung menghampiri Naura sambil berjongkok dan memegang tangannya.
"Aunty nya harus pulang sekarang, besok aunty nya pasti kesini lagi dan main sama Naura,," Bujuk Intan lembut. Naura menggelengkan kepalanya. Bibirnya cemberut dan sebelah tangannya enggan melepaskan Celina.
"Nggak mau suter. Naura mau main sekarang sama aunty,," Rengeknya manja. Naura mendongak menatap Celina. Wajahnya terlihat sendu. Naura seperti benar - benar membutuhkan teman untuk bermain saat ini.
Sementara itu Vano beranjak dari duduknya untuk mencari Naura. Putrinya itu tak kunjung kembali setelah berpamitan akan memanggil Intan untuk membuatkan susu.
Begitu keluar dari ruang makan, Vano berpapasan dengan Intan yang akan masuk ke dapur.
"Dimana Naura.?" Tanya Vano sambil menatap ke arah belakang Intan untuk mencari Naura. Dia pikir Naura akan menyusul di belakang Intan.
"Eumm itu,,," Melihat Intan yang kesulitan menjawab, Vano jadi penasaran di buatnya.
"Itu apa.?!" Ujar Vano tegas.
Intan menundukan wajahnya, dia terlihat takut untuk memberi tau Vano.
"Eumm,, Non Naura sedang bersama Nona yang Tuan bawa ke rumah." Tuturnya lirih. Intan sama sekali tidak berani menatap Vano. Majikannya itu sudah pasti akan marah besar karna selama ini tidak pernah memperlihatkan wanita yang dia bawa pada Naura. Bahkan Vano sengaja mendatangkan wanita tengah malam dan memulangkannya sebelum Naura bangun agar purtinya itu tidak melihatnya.
"Apa.?!! Siapa yang mengijinkanmu untuk membiarkan Naura bertemu dengannya.!" Bentak Vano geram. Intan meremas kuat ujung bajunya. Vano selalu menyeramkan saat sudah marah.
"Maaf Tuan. Nona tadi sebenarnya akan pulang, tapi Non Naura melihatnya dan mencegahnya pergi. Non Naura mengajaknya bermain di taman depan,,"
Penjelasan Intan langsung membuat Vano mengepalkan kedua tangannya. Dia ingin meluapkan kemarahan pada Intan namun berfikir dua kali untuk melakukannya. Vano bergegas lari untuk menghampiri Naura. Dia khawatir Naura akan tau apa yang seharusnya tidak dia ketahui. Jangan sampai Naura tau kalau Papanya sering membawa wanita ke dalam rumah. Meski anak seusianya belum paham akan hal itu.
"Naura sayang,,,!" Teriak Vano begitu keluar dari rumah. Namun pemandangan indah di depan matanya membuat Vano menutup mulutnya rapat - rapat.
Tawa ceria Naura mengembang sempurna di wajah cantiknya. Entah sudah berapa lama Vano tidak melihat putrinya tertawa seceria itu.
Hatinya menghangat hanya karna melihat tawa putrinya yang lepas.
Vano menghampiri mereka, bola matanya tak lepas dari wanita yang sedang membuat putrinya terus tertawa. Wanita yang baru tadi malam dia temui itu terlihat begitu hangat pada putrinya. Membuat putrinya terlihat sangat akrab. Padahal sejak dulu Naura bukan tipe anak yang mudah dekat dengan seseorang. Bahkan Intan saja butuh usaha selama beberapa hari saat pertama kali menjadi baby sitter Naura. Tapi lihat bagaimana Naura bisa tertawa lepas dengan wanita yang baru beberapa menit yang lalu dia temui.
"Sayang,, ayo masuk,," Suara lembut Vano mampu membuat bulu kuduk Celina meremang. Wanita itu seolah terhipnotis dengan kelembutan yang tidak dia lihat dari diri Vano saat berbicara dan bercint* dengannya.
"No Papa.!! Naura mau main sama aunty cantik,," Naura menggelengkan kepala sembari memberingsut kepangkuan Celina.
Mendapat tatapan tajam dari Vano, Celina jadi terlihat kikuk. Dia hanya bisa tersenyum kaku. Bingung apa yang harus dia lakukan dalam menghadapi situasi yang mencekam itu.
"Aunty harus pulang, ayo main sama Papa,," Vano mengulurkan tangan untuk mengambil Naura dari pangkuan Celina.
"Nggak mau Papa.! Nggak mau.!" Naura merengek. Dia bahkan hampir menangis dan itu semakin membuat Celina merasa dalam bahaya karna tatapan Vano yang semakin tajam seperti akan menembus bola matanya.
"Bagaimana kalau kita main di kamar Naura saja.?" Bujuk Celina lembut. Naura mendongak, menatap wajah Celina sembari menganggukan kepalanya.
Helaan nafas lega keluar dari mulut Celina. Dia segera beranjak dari duduknya dengan Naura yang berada dalam gendongannya.
"Aku akan pergi setelah membawa Naura ke kamarnya. Bisa tunjukin dimana kamar anak om.?" Ujar Celina lirih. Vano melotot mendengarnya. Terlihat ingin protes karna di panggil om oleh Celina. Namun laki - laki yang genap berusia 30 tahun itu mengurungkan Niatnya karna malas berdebat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
istri king kurkan
pasti Celine juga heran, vano pas sama anaknya jadi soft banget😍
2025-01-19
0
Nuryati Yati
udh tau punya anak kecil kok sembarangan bawa cewek pulang kerumah
2024-01-25
0
Nisanur
kenapa d Bawa plang klau tdk mau ketahuan anakx
2023-02-03
1